Enam

313 7 0
                                    

Jika diberikan beberapa pilihan kekuatan super, sungguh ia ingin sekali memperlambat waktu untuk kejadian yang tak mungkin terulang lagi
-Rasyana-

~~~

Di sepanjang perjalanan pulang, sudut bibir Rasyana terus terangkat. Tangannya menggenggam sisi samping jaket yang dipakai pemuda didepannya setelah mendapat persetujuan karena dirinya sedikit takut jika terjatuh dari motor yang sedang melaju ini. Karena sejujurnya, ntah mengapa saat ini ia sedikit mengantuk.

Ye, bilang aja lo mau modus - author

"Arah jalan rumah lo ke arah mana ra?" pemuda yang bernama Sauqy itu bertanya dengan suara yang sedikit diteriakkan.

Sauqy Firdaus namanya, pemuda yang memiliki tampilan sedikit urakan ketika berada di sekolah. Peristiwa yang membuat Rasyana jatuh hati ketika tanpa sengaja ia melihat tawa dari pemuda itu. Tawa yang sungguh manis.

Namun bukan hanya itu, jantung Rasyana kembali berdetak hebat ketika melihat Sauqy keluar dari Musholla dengan air yang menetes dari rambutnya. "MasyaAllah" hanya itu yang bisa Rasyana ucapkan.

Bertambah lagi, ketika ia selesai latihan musik untuk lomba waktu mau masuk kelas sebelas lalu, suasana sekolah waktu itu cukup sepi karena mengingat bel pulang sekolah sudah lama dibunyikan.

Saat itu, dirinya sedang ingin menuju toilet belakang sekolah karena toilet yang biasa digunakan untuk siswa sedang tidak bisa di pakai. Seram memang, namun mau bagaimana lagi, ia sudah tak tahan ingin buang air kecil.

Di tengah perjalanannya yang tergesa-gesa, matanya tak sengaja menangkap pemuda yang sangat ia kenal. Persetan dengan buang air kecil, ia memutuskan untuk mendekat tapi tidak terlalu dekat. Ia merasakan hatinya kembali bekerja dengan tak benar. Sudut bibirnya pun tak kuasa untuk menahan agar tidak tersenyum.

Bagaimana tidak, pandangan di depannya menampilkan sosok pemuda yang memberi makan beberapa anak kucing. Tak hanya itu, pemuda itupun sesekali berinteraksi dengan anak kucing tersebut.

Ah, sungguh menggemaskan.

Namun sayangnya, lamunan itu harus terhenti karena mendengar suara tak santai dari pemuda didepannya.

"Heh mbak, ini rumahnya ke arah mana? Malah ngelamun lo"

"Sumpah deh ya kalo bukan karena ngeliat anak Aksara Bangsa, males banget gue ngasih tumpangan" - batin Sauqy

"Lo tau perumahan em.. Cempaka? turunin gue disitu aja" untung saja kerja otaknya begitu cepat.

Setelah percakapan itu, hening kembali menyelimuti. Beberapa menit, mereka pun tiba didepan gapura yang bertuliskan "Perumahan Cempaka" lalu ia turun dan tak lupa mengucapkan terimakasih.

Rasyana yang ingin beranjak pergi pun, menahan dirinya ketika melihat Sauqy yang tak kunjung pergi. Raut bingung terpancar di wajahnya.

"Ini gue nggapapa turunin lo di pinggir jalan gini? Gue anter aja lah sampai depan rumah lo. Berasa ngga gentleman gue"

Otaknya kembali berpikir keras, matanya melirik ke sekeliling dan akhirnya terhenti pada suatu tempat.

"Gausah qy, gue mau mampir dulu ke mamang nasi goreng" ujuk Rasyana ke tempat nasi goreng yang berada di sebrang.

"Bentar deh, lo tau nama gue? Tadi lo manggil gue qy?" tanya sauqy dengan heran. Memangnya ia seterkenal itukah di sekolah?

Kembali lagi, otaknya dibuat bekerja keras oleh pertanyaan-pertanyaan pemuda didepannya ini. "Anu apa tuh, em itu gue ta tau nama lo itu dari Amel ya Amel sahabat gue. Kebetulan dia emang suka nyari gosip gosip yang ada disekitaran sekolah"

"Mel sumpah maafin gue karena udah jual nama lo. Nanti gue traktir soto Mbok Jum, Janji" - batin Rasyana

Nada kelabakan Rasyana sebenarnya Sauqy mengetahuinya. Namun, yan ia lakukan hanya menghendikkan bahunya pertanda tak peduli.

Tapi tunggu? Ia dikenal karena gosip?

~~~

"Aduh neng, udah lama ngga kesini. Tidak rindu memang dengan nasi goreng buatan amang"

Rasyana anggap itu adalah sebuah kata sambutan ketika dirinya sudah cukup lama tak merasakan nasi goreng buatan pria paruh baya itu.

"Ini saya rindu mang, makannya mampir kesini" timpal Rasyana dengan nada seperti yang amang ucapkan tadi.

Nada jail bercampur senang.

Karena memang, mereka cukup dekat. Amang ini sudah berjualan sejak ia masih kecil. Nasi goreng amang adalah pelariannya ketika ia sudah cukup penat dengan keadaan rumah.

Sambutan hangat, itu yang mebuatnya nyaman. Dan, amang pun sedikit tau tentang bagaimana kehidupannya selama ini.

Selagi menunggu pesanannya, matanya pun berkeliling menatap pengunjung yang masih cukup ramai. Memang ajib amang satu ini.

Pandangannya terhenti ketika melihat seseorang melemparkan senyum manisnya.

"Bang Kenzo?"

Beda dengan bang Kenzo yang melemparkan senyum, perempuan disebelah bang Kenzo justru melemparkan tatapan sinisnya.

Rasyanan yang melihat itupun, segera mengalihkan pandangannya.

"Neng ini udah selesai" ucap Amang memberikan kantong yang berisikan nasi goreng

Rasyana pun langsung membayarnya, ketika Amang ingin mengambil uang yang ia pegang. Ada tangan yang juga mengulurkan beberapa lembar uang berwarna ungu.

"Nih pak, dia gabung sama saya aja" Suara itu, suara yang sungguh ia kenal. Menolehkan pandangannya lalu berkata

"Gausah bang, ni Rasya juga ada uang" ujuk Rasyana pada uang yang ia pegang

"Tuh dengerin. Dia aja ngga mau kamu bayarin kok. Lagian dia siapanya kamu si" ucapan dengan nada sinis dapat Rasyana rasakan dari perempuan yang mengenggam manja lengan bang Kenzo

Kenzo yang tak mau ada keributan, lansung menaruhkan uang tersebut ke gerobak Amang. Tidak sopan memang, namun mau bagaimana lagi. Setelah itu, beranjak pergi dan tak lupa mengusap pelan rambut Rasyana dengan tangan yang tidak digandeng oleh perempuan itu.

Setelah kejadian itu, ia pun berlalu pergi menuju perumahan yang ada tepat disamping Perumahan Cempaka tempat tadi ia diturunkan oleh Sauqy.

Rasyana memang berbohong perihal Perumahan Cempaka adalah tempat ia tinggal. Sungguh ia tak bermaksud jika keadaannya bukan seperti ini. Keadaan yang mengharuskan dirinya tidak diakui oleh keluarga Ciaran.

Rumah, apa itu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang