Dua Belas

230 7 0
                                    

Terimakasihlah pada sebab yang membuat dirimu bahagia, kantuk misalnya.
-Rasyana-


~~~

"Mending kalian sama kita aja" Ajak Sauqy ketika mengetahui bahwa dua perempuan yang sedang bersama ia dan temannya tak membawa kendaraan.

"Tapi kita udah mesen taxi online" Ucap Amel menunjukkan layar ponselnya kepada para lelaki di hadapannya ini.

Zidan, teman Sauqy sontak mengambil ponsel Amel lalu membatalkan orderan itu "Udah gue batalin, jadi kalian ikut kita aja. Dijamin aman."

Badan Rasyana tertarik kedepan sebab tarikan tangan yang mengenggam lengannya dikala ia mendengarkan percakapan dua orang tadi.

Belum sempat Rasyana protes, ejek-ejekan mulai terdengar di pendengarannya. Mencoba melepas genggaman namun tenaga tidak sekuat itu, padahal ia merasakan bahwa genggaman itu terasa sangat lembut dan tidak menyakitinya.

Tepukkan pelan Rasyana layangkan di pundak Sauqy, memberi informasi agar mengantarkan dirinya ke rumah Amel. Ditengah perjalanan kantuk Rasyana datang, hingga tanpa sengaja beberapa kali ia membenturkan kepalanya ke helm yang dipakai Sauqy.

Sauqy yang menyadari itu sontak melirik Rasyana melalui spion dan kemudian meminggirkan motornya terlebih dalu lalu setelahnya menarik kedua lengan perempuan itu guna melingkarkannya dipinggang dirinya.

Hanya beberapa saat, sampai Rasyana mulai sadar kembali dan menarik lengannya karena merasa tak enak.

"Kenapa dilepas hm? Kalo lo tidur yang ada lo jatuh nanti. Gue tau banget rasanya ngantuk berat itu gimana. Dah sini tangan lo, kalo perlu senderin aja kepala lo ke pundak gue"

~~~
Pagi hari

"Kebo... Bangun kebo..." Rasanya suara Rasyana seperti sudah abis. Bagaimana tidak, sudah sepuluh menit ia membangunkan Amel yang sudah seperti simulasi mati karena susah sekali untuk dibangun kan.

Rasyana tidak sadar jika pintu kamar itu sudah terbuka, hingga menampakkan sosok pria yang sedang memperhatikkan ia. Deheman suara membuat Rasyana akhirnya mengalihkan pandangan ke arah pintu.

"Belum bangun juga?" Tanya bang Kenzo, selaku abang Amel

"Eh-abang dari tadi disitu?"

"Baru ko, kesini juga karena ngga sengaja denger suara kamu yang bangun-bangunin Amel"

"Iya nih bang, adik abang ini kayak simulasi mati. Sampe mau abis lo suara Rasyana"

Aduan Rasyana membuat Kenzo melangkahkan kakinya untuk mendekat ke samping kasur. Menggelengkan kepalanya.

Tapi sepertinya abis dari kamar adiknya ini, ia sepertinya harus meminta tolong kepada bibi untuk membuatkan minuman hangat. Bukan untuk dirinya, melainkan untuk teman adiknya itu. Karena sungguh, ia khawatir dengan suara perempuan itu.

Kembali lagi untuk melihat kondisi adiknya itu. Ia pun mengeluarkan jurus ampuh untuk membangunkan adiknya.

"Lo kalo ngga bangun, gue bakal stop uang tambahan lo"

Dan benar, adiknya itu bangun.

Dengan matanya yang masih menahan kantuk, Amel melayangkan lemparan bantal untuk abangnya itu. Dan ya, tepat sasaran.

"Ngga asik lo bang. Ancemannya itu mulu" Jika bukan karena uang tambahan dengan nominal yang cukup besar, ia tak akan terpengaruh oleh ancaman itu. Masalahnya, uang yang diberikan orang tuanya itu ngga banyak. Dirinya kan ingin, membeli sesuatu benda lucu meskipun tak ada manfaatnya.

Mata Amel pun beralih ke arah perempuan yang ada disampingnya "Lo lagi, semalem bisa-bisanya lo lagi tidur tapi senyum-senyum. Kebawa mimpi kah, gandengan sang pujangga hati?"

Rasyana pun sontak melototkan matanya ketika mendengar perkataan itu. Matanya mengkode Amel untuk bercerita, sebab masih ada bang Kenzo disini.

Tapi sayangnya, Amel ya Amel. Sudah dikode untuk berhenti tapi Amel malah berteriak heboh.

"Jadi, lo bener naksir Sauqy? Jahat banget si lo ngga cerita-cerita. Gue merasa ngga dianggep jadi sahabat selama-"

Deheman dari bang Kenzo memotong perkataan Amel "Jadi, daripada kalian bahas si sauri sauri itu, mending kalian mandi terus turun untuk sarapan. Ngga penting banget bahas cowo pagi-pagi"

Merasa tak terima dengan plesetan nama sang punjangga yang diucap bang Kenzo tadi, ia pun dengan secara tak sengaja melemparkan bantal lalu melayangkan protes "Sauqy bang! Sauri sauri, emangnya sauri saus tiram!" Setelah itu Rasyana bergegas pergi menuju ruang makan.

Rumah, apa itu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang