Delapan belas

171 6 0
                                    

Tak apa, ia memang sudah tak mengharapkan bahagia hadir pada hubungan keluarganya ini.
-Rasyana-

~~~

Tadi malam ketika dirinya pulang, untung tidak ada drama pertunjukan. Jadi ya, iya bisa lebih nyenyak untuk tidur. Apalagi ditemani obrolan menyenangkan bersama Sauqy melalui telepon.

Bunyi alarm yang kedua akhirnya berhasil membangunkan rasyana. Tak langsung beranjak pergi meninggalkan kasur, justru iya berleha-leha dengan memainkan handphone. Membuka whatsapp lalu bermain instagram dan terakhir menscroll tiktok, membuka sebuah link kiriman sang sahabat yang berisikan video ootd couple bersama teman.

Setelah sepuluh menit berlalu, akhirnya iya beranjak pergi dari kasur lalu membuka gorden agar cahaya memasuki kamarnya. Melamun kan diri untuk beberapa saat sembari menatap jalanan yang basah.

Ah, rupanya semalam hujan.

Ketukan pintu terdengar membuat Rasyana menyadari lamunannya. Melihat sebentar pakaian yang dipakai dan dirasa cukup aman ia melangkahkan kakinya untuk membuka pintu.

" Bagus banget lu bangun jam segini, bukannya bantuin bibi beres-beres rumah" ujar seseorang yang sepertinya akan membuat sabtu pagi ini terasa menjengkelkan.

"Lo yang dari tadi bangun, kenapa nggak ada inisiatif buat bantuin bibi" ucap Rasyana menimpali dengan santai.

Merasa perbincangan ini akan sia-sia, Clara pun kembali ke tujuan awal. Menerobos masuk kamar Rasyana lalu matanya menatap ke sekeliling.

"Lo mau apa sih? Perrgi deh dari kamer gue" Ucap Rasyana menghampiri Clara kemudian menarik paksa "adiknya" itu.

"Lo umpetin dimana jam tangan mama?"

Mendengar tuduhan itu Rasyana sontak mengeyeritkan dahi, pertanda dirinya bingung.

"Alah lo diem gini pasti lagi nyari alesan kan?" Tanya Clara dengan menyentak pergelangan tangan yang masih di pegang. Dirinya pun menjelajahi setiap sudut kamar Rasyana. Dengan memulai membentakin kasur lalu laci-laci di markas dibuka tetapi dirinya tak menemukan apa-apa.

Matanya pun terfokus pada lemari yang berada di pojokan kamar itu, dirinya kemudiqn melangkahkan kakinya untuk mendekati lemari itu lalu membukanya, matanya langsung terfokus pada sebuah laci lemari yang disampingnya menampilkan beberapa kode serta akses sidik jari.

"Cepetan lo buka laci ini" Perintahnya kepada Rasyana.

Rasyana yang sudah berada di titik muak pun menyeret dengan keras perempuan yang sudah sedari tadi mengacak-acak kamarnya.

"Pergi lo anjing dari kamer gue" Ujar Rasyana dengan nada kesal yang tertahan.

Beruntungnya jarak dari posisi lemari ke pintu itu sedikit jauh, jadi Clara menggunakan kesempatan itu untuk berteriak.

"Mah... Mamah..."

"Pah... Papah..."

Mendengar teriakan putrinya membuat dua paruh baya yang sedang asyik menonton tv pun panik. Keduanya pun terkejut ketika melihat sang putri yang tergeletak setelah adanya dorongan dari seseorang yang hendak menutup pintu.

"RASYANA" Ucap sang kepala keluarga dengan lantang.

Kalah, akhirnya Rasyana kalah. Ketika sudah sekuat tenaga menahan pintu untuk tertutup namun apa daya tenaga papanya pasti jauh lebih besar.

"Apa-apaan sih kamu?" Bentaknya

"Apanya yang apa sih pah? Papah ngga liat kamer rasya berantakan gini? Tuh gara-gara orang itu, mana pakai nuduh segala lagi" Ujar Rasyana menggunakan ada yang sedikit tinggi

Rumah, apa itu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang