Lima Sembilan

184 8 2
                                    

Kejutan yang tuhan berikan memang tak di sangka-sangka, sungguh.
-Rasyana

~

~~

"Selamat ulang tahun, selamat ulang tahun, selamat ulang tahun Kenzo, selamat ulang tahun"

Kenzo yang baru saja menuruni tangga cukup terkejut ketika mendapatkan sebuah kejutan. Bentar-bentar, memangnya dirinya ini berulang tahun ya? Ah iya, sekarang tangga delapan belas Oktober

Tapi sejak kapan mereka menyiapkan ini semua? Sebab ketika dirinya datang, ruang keluarga nampak seperti biasanaya. Apa ketika dirinya mandi? Ah tapi, ia tak selama itu sampai nereka bisa dengan cepat menyiapkan ini semua

"Bang sini bang. Tiup lilinnya. Napa jadi bengong gitu lo?" Seruan Amel membuyarkan lamunannya

Berjalan mendekat lalu meniyp lilin yang berada di tengah-tengah kue. Setelahnya, ia mengucapkan terimakasih serta memberika pelukan sayang pada orang-orang yang berada di ruangan itu

Senyum tulus serta ucapan terimakasih ia layangkan sekali lagi pada perempuan yang memegang kue itu

Setelah kejutan kecil-kecilan di ruang keluarga, mereka semua berpindah tempat menuju taman belakang. Sebab sang ibunda dari yang berulang tahun telah menyiapkan beberapa sajian makanan

Suasana cukup seru dan hangat, tawa bahagia pun menguar ketika satu sama lain dari mereka melemparkan beberapa candaan

Tepukan pelan Rasyana layangkan pada paha pria di sampingnya, kalimat "Aku mau ngomong sama kamu" Rasyana lontatkan tanpa suara

"Buk" Ucap Kenzo memanggil ibunda yang sedang membolak-balikan daging yang sedang di bakar

"Ya nak?"

"Aku izin ke pojokan situ ya. Mau bicara dulu sama Rasya"

Bukannya mendapatkan izin dari sang ibunda, yang Kenzo dapatkan malah sebuah timpukan dari tisu yang sudah di gulung dan sudah di pakai oleh adiknya

"Pacaran mulu lo"

Tak hiraukan ejekan itu, Kenzo mulai meninggalkan meja makan untuk berpindah tempat menuju pinggiran kolam di pojokan sana, tentu dengan menggandeng tangan Rasyana

"Jadi, mau ngomongin apa?" Tanyanya pada Rasyana yang fokus melihat air kolam

"Ngga ada. Aku belum ada ngomong selamat ulang taun buat abang. Tadi kan pas yang lain nyanyi, aku ngga ikut nyanyi"

"Oh iya? Aku ngga ngeh. Jadi ada doa atau harapan buat aku dari hati terdalam?"

"Ada" Ucap Rasyana menolehkan pandangannya menatap manik pria itu

"Sebelumnya, selamat ulang tahun abang. Aku sangat berterimakasih sama abang untuk segala hal yang sudah abang usahain untuk aku. Segala doa dan harap baik, semoga segera tuhan kabulkan"

Rasyana menghentikan ucapannya untuk sesaat, satu tangannya mengambil satu tangan pria itu untuk di genggam

"Abang sangat berhak bahagia. Meskipun rasanya Rasya mulai sayang abang sebagai lelaki. Tapi Rasya rasa abang berhak dapat yang jauh lebih baik dari aku"

"Kenapa? Kenapa harus cari yang terbaik, sedangkan kamu sudah lebih dari cukup untuk aku. Aku slalu beranggapan, bahwa kamu memang yang paling terbaik"

Hening beberapa saat sebab Rasyana yang tak memberikan jawaban. Namun tetap tatapan mata itu masih saling menatap satu sama lain

"Ini...Masih masalah kemarin yang kamu jauhin aku?"

Dengan tegas Rasyana mengangguk-anggukan kepalanya "Aku udah ngga suci. Aku kotor. Dia udah ada disini" Ucalnya sembari melihat dan mengelus perutnya

Kenzo menatap tak percaya pada perempuan di sampingnya, matanya mencoba menyelami tatapan yang sialnya ia tak melihat kebohongan disana

"Aku sama sekali belum bisa cerita ke abang. Karena dari aku sendiri masih belum bisa terima. Bukan ke bayinya, tapi aku belum terima sama orang yang udah melakukan ini. Orang yang bisa-bisanya terlihat baik-baik saja setelah melakukan hal segila itu"

"Abang juga pasti kaget, kalo video atau foto yang kemarin pun benar aku. Cuma memang pada kenyataannya, aku saat itu sama sekali ngga sadar"

"Siapa or-" Pertanyaan yang Kenzo ingin layangkan harus terhenti ketika mendengar nada perintah dari sang ibunda

"Aku ke dalem dulu ya. Mau ambil apa yang ibu suruh" Pamit Rasyana yang mulai meninggalkan Kenzo

Sudah hampir lima menit Rasyana tak kunjung kembali, membuat Kenzo akhirnya beranjak dari tempat duduknya untuk menyusul perempuan itu

Kemana dia? Pertanyaan itu langsung terlontar begitu saja ketika melihat dapur yang sepi

Sedangkan yang di cari sedang berbincang dengan perempuan asing yang sedari tadi mengetuk pintu

"Mbaknya nyari siapa ya?" Tanya Rasyana dengan sopan

"Saya nyari Kenzo. Apa ada orangnya?"

Belum sempat menjawab, Kenzo sudah berdiri di sampingnya

"Ah, ini orangnya mba"

Perempuan asing itu langsung mencari sebuah benda dari tas mungilnya

"Ini punya lo kan?" Ucapnya sembari menunjukan sebuah gelang yang bertuliskan naman Kenzo

"Iya. Itu punya gue"

"Lo harus tanggung jawab"

Mendengar kata tanggung jawab membuat Rasyana sedikit deg-degan. Hal apa yang membuat pria di sampingnya ini harus bertanggung jawab?

"Tanggung jawab gimana maksudnya ya mba?" Taya Kenzo menatap perempuan asing itu dengan raut yang tak biasa

"Tanggung jawab atas apa yang lo perbuat, hal yang bisa bikin gue hamil anak lo"

Kamu telah mencapai bab terakhir yang dipublikasikan.

⏰ Terakhir diperbarui: May 27 ⏰

Tambahkan cerita ini ke Perpustakaan untuk mendapatkan notifikasi saat ada bab baru!

Rumah, apa itu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang