Dua delapan

148 5 0
                                    

Sesuatu hal yang ia pikir tak bisa digapai, akhirnya ia menggenggam itu
-Rasyana-

~~~

Keseruan hari ini diakhiri dengan memakan gado-gado di tengah keramaian kota.

"Ini mas, mbak pesenannya" Obrolan yang sedang seru terhenti ketika bapak penjual gado-gado menaruh pesanan mereka di meja yang mereka tempati

"Loh pak, ini kertas apa?" Tanya Rasyana sembari mengangkat kertas yang ada di bawah piring itu

"Itu mba ada titipan surat dari orang"

"Iyaudah pak, makasih"

Rasyana yang hendak membuka surat itu pun terhenti ketika pemuda di sampingnya ini berbicara "Taruh dulu aja suratnya, di makan dulu itu gado-gadonya"

"Iyaaa. Lagian itu kayaknya dari orang iseng suratnya, mending gue buang aja deh"

Mendengar itu, Sauqy menahan lengan Rasyana. Berusaha mengambil kertas yang sudah kusut karna sudah di remukan oleh perempuan itu

"Ya tapi jangan di buang juga. Siapa tau isinya uang kaget"

Memilih mengalah akhirnya Rasyana kembali menaruh kertas itu dan di timpa oleh tempat tisu yang ada di situ

Dan saatnya Rasyana membuka kertas itu setelah menghabiskan gado-gadonya

"Nih maksudnya apa ya?" Tanya Rasyana menyodorkan kertas itu tepat di hadapan pemuda itu

"Ya lo bisa baca kan?"

"Lo beneran ngajakin gue pacaran?"

Tak menjawab pertanyaan itu, Sauqy beranjak pergi ketika matanya menangkap sesuatu. Rasyana yang melihat itu pun, matanya mengikuti kemana Sauqy pergi.

Hatinya berdebar ketika melihat Sauqy yang berhenti melangkahkan kakinya tepat di penjual bunga.

Setelah membeli beberapa tangkai bunga mawar merah, Sauqy kembali menuju tempat makan tadi. Setelah sampai, ia mendudukan dirinya menghadap perempuan itu.

"Jadi nona Rasyana, sesuai dengan apa yang di pertanyakan di kertas itu. Lo mau jadi pacar gue?"

Untuk beberapa saat setelah Sauqy mengungkapkan apa yang ada di kertas yang ia baca tadi, hening menyelimuti mereka. Sebab Rasyana yang masih melamun dan Sauqy yang menahan tawanya ketika melihat raut dari wajah perempuan itu

"Ehm" Deheman Sauqy tetap tak membuat perempuan itu sadar

Pemuda itu pun akhirnya mendekatkan dirinya ke arah Rasyana lalu "Lo kalo masih diem gue anggep iya. Lo juga cuma bisa jawab iya. Dan, kalo lo ngga nerima bunga-bunga ini pun bakal gue anggep iya" bisiknya tepat di telinga perempuan itu

Rasyana yang mulai sadar pun dengan reflek langsung menyubit lengan pemuda itu.

Sauqy yang kesakitan pun langsung memundurkan tubuhnya "Nah, kalo lo kdrt juga tetep bakal gue anggep iya juga" Ucapnya di tengah kesakitan yang masih terasa

"Kok maksa sih?" Nada ngegas terselip di pertanyaan yang Rasyana lontarkan

"Ya kalo gue ngga maksa, gue takut lo di ambil orang"

"Mana ngga romantis lagi" Dumel Rasyana mengalihkan pandangannya tak mau menatap pemuda di sampingnya. Tetapi tangannya tetap mengambil bunga yang sedang pemuda itu pegang

"Tapi tetep tuh bunganya di ambil" Ucap sauqy dengan nada mengejek

Hening kembali menyelimuti mereka untuk beberapa saat

"Jadi ini beneran di terima apa ngga?" Tanya Sauqy memecah keheningan

"Loh jadi boleh nolak?"

"Mengingat apa yang di sampein sama lo sih kayaknya gue ngga bisa gunain kesempatan untuk ngomong ngga karena di setiap pilihan yang lo beri hanya ada kata iya"

Rumah, apa itu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang