Tiga enam

132 3 0
                                    

Komunikasi memang penting untuk sebuah hubungan. Namun, jika tanpa kepercayaan pun rasanya sungguh percuma.
-Rasyana-

~~~

"Ini beneran ngga ada yang mau di bahas?" Tanya Rasyana memecahkan keheningan yang sudah berlangsung cukup lama

"Kamu serius ngasih pertanyaan itu buat aku? Aku dari tadi nungguin kejelasan dari kamu"

Setelah penjemputan Sauqy terhadap Rasyana tadi di kelas, mereka memutuskan untuk mengobrol terlebih dahulu di sebuah taman yang ada di perumahannya dengan kondisi taman yang cukup sepi

"Aku dari waktu itu mau ngejelasin tapi kamunya aja ngga bales chat aku. Tadi istirahat pertama, aku juga nyari kamu di setiap sudut sekolah dari perpustakaan, semua taman, ruang basket, uks tapi aku sama sekali ngga nemuin kamu" Nada pembelaan Rasyana layangkan, tersenyum kecut ketika kejadian tadi tiba-tiba saja terlintas di fikirannya

"Perpus-perpustakaan? kamu tadi ke perpustakaan?" Tanya Sauqy sedikit gugup. Tapi melihat anggukan serta pernyataan bahwa Rasyana tak melihat dirinya, Sauqy pun bernafas lega

"Yaudah, aku kasih kesempatan kamu buat ngejelasin" Ucap Sauqy dengan nada lembut

"Aku udah keburu males. Yang aku mau kasih tau, kalo laki-laki itu abangnya Amel, aku udah kenal dia dari lama. Kamu ngga usah cemburu karena aku ke Bandung pun ada urusan dan kebetulan abangnya Amel juga ada urusan di sana. Terserah, aku males ngebantah pikiran-pikiran kamu yang mikir negatif tentang aku" Ucap Rasyana mengalihkan pandangannya tak menatap pemuda itu

"Aku ini pacar kamu. Kamu bisa ngomong ke aku dulu atau emang seharusnya kamu minta tolong ke aku, bukan ke cowo lain"

"Kamu yang bilang kalo di hari itu untuk beberapa ke depannya mau jenguk nenek kamu ke daerah purwokerto. Aku juga tau batasan untuk ngga ngucap kata tolong pada saat itu, apalagi kamu cucu kesayangannya"

"Tolong ralat ucapan kamu yang bilang bahwasannya aku yang minta tolong ke abangnya Amel. Karena, awalnya aku emang niat ke Bandung itu sendiri tapi Amel yang bilang bahwasannya aku boleh ikut abangnya karna abangnya itu juga mau ada perlu di Bandung"

"Terserah mau percaya apa ngga. Aku bisa bawa Amel untuk ngejelasin hal ini sama kamu juga"

~~~

Perbincangan kemarin di taman tak membuahkan hasil, sebab hubungannya kini masih nampak tak baik-baik saja karena dari dua belah pihak tersebut tak ada yang mau mengalah untuk meminta maaf terlebih dahulu. Rasyana mencoba untuk baik-baik saja untuk menghadapi hal ini, sebab melihat Sauqy yang juga nampak baik-baik saja

Sejujurnya Amel pun di landa kebingungan sebab sudah jarang melihat Rasyana bersama Sauqy. Begitu pun sahabat Sauqy, mereka bingung terhadap Sauqy yang sudah jarang menemani Rasyana. Namun dari Amel dan sahabatnya Sauqy tak ada yang berani bertanya kepada dua insan tersebut, karena mereka tau bahwa itu bukanlah ranah mereka untuk bertanya sebelum dua insan tersebut memulai cerita terlebih dahulu

"Tiga ujian lagi kita udah bakal pisah" Ucap Amel dengan raut wajah sedih

"Kan udah gue bilang, kemungkinan gue untuk ngga lulus di ujian itu pun ada. Kalaupun gue berhasil, teknologi udah semakin canggih kali"

"Harus berhasil dong! Lo udah cape-cape berjuang gini" Ucap Amel dengan nada serius

"Btw, lo ujiannya udah di tahap mana?" Tanya Amel menanyakan perihal ujian beasiswa yang sedang Rasyana lakukan

"Tinggal dua tahap lagi. Kemungkinan di ujian terakhir sekolah nanti kayaknya udah ada pengumumannya"

"Semangat ya. Kayaknya gue kalo mau ngedeskripsiin tentang rasa bangga gue ke lo itu ngga bakal cukup dengan satu paragraf. Intinya gue salut sama lo"

Melihat Amel yang terlalu serius, Rasyana pun meraup pelan wajah sahabatnya itu

"Udah yuk pulang. Udah sepi gini suasana kelas" Setelah menyadari kelas yang sudah sepi, mereka mulai bergegas meninggalkan kelas

Setelah sampai di parkiran, Rasyana pun mulai mengeluarkan handphonenya dari saku bajunya itu. Ketika ingin meng-klik "pesan" pada ojeg online yang akan mengantarnya pulang, notifikasi telepon dari bibi membuatnya mengrungkan niatnya untuk memesan

"Halo bi, ada ap-"

"Mbak, tuan masuk rumah sakit"

Melihat keterdiaman sahabatnya itu, Amel berinisiatif mengambil alih sambungan telepon itu. Setelah mendengar apa yang di ucap bi Marni, akhirnya Amel mengajak Rasyana untuk ke rumah sakit bersama-sama

Rumah, apa itu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang