Empat puluh

127 3 0
                                    

Beberapa orang yang turut menyakiti sahabat kita, wajib untuk kita benci juga kan?
-Amel-

~~~

Beberapa hari ke belakang dirinya memang cukup dekat dengan bang Kenzo. Desas-desus berita perselingkuhan nya sudah tersebar di media sekolah, sebab memang Rasyana dan Sauqy pun tak mengatakan hal apapun untuk mengkonfirmasi perihal hubungannya.

Tatapan mencemooh dan cibiran sudah terbiasa ia dengar ketika berada di lingkungan sekolah. Amel tentu tak menjadi salah satu orang yang menghina nya, sebab sahabatnya itu selalu mendukung keputusan yang Rasyana buat. Dirinya juga sudah bercerita tentang semua hal yang selama ini ia pendam. Amarah sahabatnya itu menggebu-gebu hingga tanpa Rasyana tahu bahwa amarah itu membuat hubungan Amel dengan Fajar menjadi sedikit jauh

"Mel gue salah apa sih?" Tanya Fajar di tengah kejaran nya mengajar Amel yang berjalan cepat di depannya itu

Tak ada jawaban. Bahkan Amel menengok nya saja tidak. Hingga di belokan koridor yang cukup sepi, Fajar menambah kecepatan jalannya. Dan yak, ia berhasil memegang lengan perempuan itu

Melihat amel yang tak kunjung membalikkan badannya membuat fajar akhirnya beralih pindah menjadi didepan perempuan itu

"Aku salah apa? ayo coba di bicarain" Ujar Fajar dengan nada lembut

Amel sama sekali tak menatap wajah pemuda itu, pandangannya yang sedari tadi ia tetap adalah sebuah dada bidang sebelum akhirnya berubah menatap mading yang ada di sampingnya

"Capek. Udah deh mending kita jauh aja, gue jadinya gedeg lihat lo"

Mendengar nada sinis yang di ucap oleh perempuan di depannya ini membuat fajar hendak menggenggam tangan perempuan itu. Tapi belum sempat ia genggam sebuah tepisan membuat dia mengurungkan niatnya

"Coba ayo sebutin hal apa yang aku lakuin sampai bikin kamu kesel, sampai chat aku ngga dibales-bales, telepon aku ngga diangkat, aku samperin ke rumah pun kamu malah menghindar. Aku tanya ke orang rumah juga ngga tahu jawabannya kenapa kamu bis-"

"Gue benci" Ucap Amel memotong pembicaraan

Fajar pun memegang dagu perempuan itu dengan jari telunjuk dan ibu jarinya, ia bernafas lega ketika tak ada penolakan dari perempuan di depannya ini.

"Hei lihat aku" Ucapnya ketika melihat mata perempuan itu yang masih enggan menatapnya

"Ya oke kalau kamu ngga mau ya lihat aku. Ciuman di koridor kayaknya sebuah tantangan yang cukup seru apalagi kalau ada orang yang liat"

Fajar sontak terkekeh melihat respon yang di berikan perempuan itu, tangannya berusaha mengelus pelan mata yang seperti mau keluar

"Nanti sakit matanya, yang bener ah"

"Senyum dong. Mana senyum manisnya, ngga baik kalau disembunyikan gitu" Lanjut Fajar yang masih melihat raut datar yang ditunjukkan amel

Amel pun memberikan senyum terpaksa nya dengan lebar. Namun apa yang ia lakukan sepertinya kembali salah

"Sakit ini nanti sudah bibirnya yang benar senyumnya"

Tak mengikuti perintah itu Amel justru menepis dengan cukup kasar pada tangan yang sedari tadi membingkai wajahnya itu

"Ck ribet banget ah" Ucapnya yang ingin bergegas pergi

"Eh eh eh tunggu dulu, kan lu selesai"

"Bacot banget deh"

Fajar pun menggeram ketika mendengar umpatan itu, dirinya sontak langsung mencium bibir yang menang sudah menjadi candunya

Ciuman itu hanya sekilas, sebab Fajar merasakan rasa sakit di perutnya yang memang secara sengaja Amel layangkan cubitan

Setelah pagutan terlepas, Fajar beralih memeluk Amel dengan sayang

"Udahan ya marahnya. Aku minta maaf atas segala hal yang aku lakuin dan bikin kamu jadi kesel sama aku"

Tadi jawaban dari perempuan yang dipeluk nya itu

"Eh ini kamu beneran benci sama aku?" Tanya Fajar dengan panik

Jawaban berupa gelengan yang Fajar dapatkan membuatnya bernafas lega. Kepalanya dengan reflek melihat kebawah dan menatap balik amel yang tengah menatapnya juga

"Gue benci sama sahabat lo"

Rumah, apa itu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang