Bersyukurlah kalian jika dipertemukan orang yang benar-benar sayang kalian.
-Rasyana-~~~
Panik. Satu kata yang menggambarkan keadaan Amel saat ini.
Bagaimana tidak, sahabatnya ini tak masuk sekolah tanpa alasan dan juga ngga bisa dihubungi sama sekali. Dari jam pertama sampai bel pulang terdengar, hatinya sungguh gelisah
Sebab terlalu aneh.
Baru kali ini, Rasyana seperti itu. Biasanya jika tak masuk pun pasti memberi alasan dan juga ponselnya itu masih bisa dihubungi.
Ingin menghampiri rumah Rasyana tapi terlalu takut. Bukan karena takut dimarahi oleh monster-monster yang ada dirumah sahabatnya itu karena tentu saja ia bisa melawan dan walaupun Amel seperti orang yang tidak jelas, gini-gini amel pun sudah di tahap sabuk hitam. Tapi yang Amel khawatirkan adalah Rasyana yang akan terkena imbasnya.
Datangi? Tidak? Datangi? Tidak?
Dengan segala perdebatan antara hati dan otaknya, akhirnya ia mengambil keputusan
Akan mendatangi rumah sahabatnya itu.
~~~
Rumah Rasyana"Sut.. Sut.. Bi Marni"
Bi Marni yang hendak membuang sampah pun terkejut. Matanya melihat sekeliling untuk melihat siapa yang memanggilnya dengan bisikkan seperti itu.
Matanya tertuju kepada mobil yang berada disebrang dengan kaca yang terbuka setengah, menemukan seseorang yang memanggil dirinya.
"Neng Amel ini mengkagetkan bibi saja"
"Hehe, maaf ya bi. Suasana didalem aman ngga bi?" Tanya Amel masih dengan nada yang berbisik.
Setelah mengetahui apa yang sudah terjadi dan sudah tau bagaimana keadaan rumah sahabatnya saat ini, disini lah Amel berada setelah menaiki tangga kayu yang diberikkan oleh Bi Marni.
Balkon kamar Rasyana.
Mengetuk pelan jendela yang tertutup rapat dengan kayu-kayu yang menutupi jendela itu, seakan-akan takut seseorang yang didalam sana kabur meninggalkan rumah.
setelah ketukkan kelima, akhirnya tirai yang menutupi jendela terbuka. Menampilkan kondisi Rasyana yang sungguh membuat Amel khawatir.
Tatapan kosong dan tatapan khawatir itu beradu untuk beberapa menit.
Hingga akhirnya,
"Tunggu sebentar" ucap Amel mencari ponsel untuk mengetikkan beberapa kalimat untuk ditanyakan.
Rasyana yang membaca kalimat itu, langsung mencari kertas dan pulpen sebagai media untuk menjawab pertanyaan sahabatnya itu.
"Gu-gue? gue ngga? gue nggapapa?" Tanya Amel kepada dirinya sendiri karena sungguh tulisan Rasyana saat ini sangat menguji dirinya.
Setelah paham apa yang disampaikan, ia pun melototkan matanya. Bagaimana bisa dengan kondisi seperti itu masih bisa dikatakan baik-baik saja?
Menyadari bagaimana Rasyana menyampaikan hal itu menggunakan kertas dan pulpen, ia pun kembali menanyakan. Namun kali ini, ia bertanya langsung menggunakan mulutnya dengan teriakkan yang tak mengeluarkan suara.
"Ponsel lo mana?"
Amel pun kembali terkejut, ketika matanya melihat sudut kamar yang ditunjukkan Rasyana.
Sebab, handphone sahabatnya itu hancur berserakkan.
~~~
Malam hariSetelah meninggalkan perdebatan yang cukup membuat kepalanya pusing kembali dan mengisi perutnya diam-diam dengan makanan yang dibawakan oleh Amel tadi, kini ia berada di cafe tempatnya bekerja.
Malam ini Rasyana terlihat anggun dengan rok span blue soft yang di padupadankan dengan kemeja putih serta riasan tipis yang ia oleh diwajahnya.
Duduk dengan gitar dan bersiap-siap hendak menyapa para pelanggan cafe yang terlihat ramai malam ini.
Setelah menyanyikan enam lagu dan juga mengucapkan terimakasih kepada para pelanggan cafe, Rasyana langsung menghampiri meja yang ternyata sudah bertambah penghuninya.
"Halo sya. Gue boleh gabung kan?"
KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah, apa itu?
Teen FictionBagi sebagian orang, pulang ke sebuah "rumah" adalah tujuan ketika sudah capek dari segala hal. Disambut hangat, adalah sebuah mimpi yang ia inginkan ketika usianya makin beranjak dewasa. Ntah salah apa yang ia perbuat, hingga rasanya ia berfikir ba...