Tiga Belas

215 8 0
                                    

Sebab tak ada gunanya menyerah hanya karna satu hal. Kamu harus melihat rezeki lain yang tuhan kasih
-Rasyana-


~~~

Rasyana termenung di halaman belakang sekolah. Memikirkan ponsel yang digenggamnya, racikan minuman hangat, serta bekal kotak makan.

Ia tau jika Amel sayang padanya, namun ia merasa tak enak mendapatkan "bantuan" ini. Meski Amel slalu bilang bahwa ini bukanlah "bantuan".

Tadi ketika Rasyana kembali ke kamar Amel untuk mengambil tas, Amel pun mengajak dirinya untuk membicarakan sesuatu. Pergerakan Amel yang berdiri dari kasurnya, berjalan menuju laci, membuka laci hingga akhirnya mengambik sebuah ponsel dan setelahnya duduk kembali disampingnya itu Rasyana pantau.

Hingga akhirnya beberapa kalimat membuat Rasyana lagi-lagi bersyukur bisa dipertemukan dengan sahabatnya itu.

"Ini ada handphone sya, meskipun bekas tapi masih bagus ko. Abang gue slalu ngerawat apapun benda yang dia punya. Uang yang udah lo sisihkan buat beli handphone mending lo tabung lagi" katanya.

Ditengah lamunannya, bunyi notifikasi menyadarkan kembali Rasyana. Sebuah pesan dengan nomer yang tak ia kenal membuatnya mengeyeritkan dahinya. Pesan itu berisikan "Gue Sauqy. Nanti lo pulang sekolah, pulang bareng gue"

Sauqy tau darimana nomernya? pikirnya bingung. Sebab nomer ini adalah nomer baru, ia belum memasukkan nomer lamanya yang masih ada di kepingan ponsel yang sudah hancur.

Sebuah pesan kembali muncul, membuat akhirnya Rasyana tau jawabannya.

"Gue tau nomer yang ini dari Amel. Lo abis dari mana sih? Dihubungin dari kemarin ngga aktif terus"

~~~

Disini ia berada, berjalan menyusuri rak yang ada ditoko buku dengan tangan yang digenggam oleh pemuda disampingnya.

Sauqy tadi bilang, bahwa sang adik yang menyukai komik sedang berulang tahun. Dan dirinya berinisiatif membelikan komik yang kebetulan limited edition dan adiknya belum mampu untuk beli sendiri.

"Qy, sorry banget nih. Boleh dilepas ngga ininya?" Tanya Rasyana menggoyang-goyangkan dengan pelan genggaman ini.

"Ngga. Soalnya gue jalannya cepet. Jadi daripada lo ketinggalan karena badan lo cebol dan gue ngga mau ribet-ribet untuk nyari lo kalo lo ilang, yaudah gue gandeng aja."

Pukulan pelan Rasyana layangkan kepada Sauqy. Enak saja menyebutnya cebol! Ia kan untuk ukuran perempuan itu tinggi.

Matanya berbinar ketika melihat papan nama yanh bertuliskan "Fiksi". Ia pun langsung kembali menolehkan kepalanya ke pria disampingnya.

"Gue mau kesitu, jadi kita mencar aja"

Matanya mulai memilah deretan novel yang ada. Hingga akhirnya ia pun memilah judul mana yang akan ia pilih dari beberapa judul novel yang sudah ia pegang.

Belum sempat memutuskan, novelnya sudah berpindah tangan. Rupanya Sauqy sudah berada didekatnya. Memperhatikan Rasyana sedari tadi tanpa Rasyana tau.

"Daripada lo bingung, mending gue traktir lo"

Mendengar itu pun Rasyana mengambil kembali novel-novel tadi. Namun sayangnya, pergerakan Rasyana sudah dibaca oleh Sauqy. Dan sauqy tak akan membiarkan perempuan itu bimbang kembali.

~~~

Setelah menemani permintaan Sauqy untuk membeli komik untuk adiknya dan beberapa novel untuk dirinya, Rasyana pun akhirnya memenuhi permintaan Sauqy.

Yaitu, menemani Sauqy untuk merasakan nikmatnya nasi goreng mang Asep.

"Lo pedes ngga?"

"Sedeng aja jangan pake acar ya sya"

Rasyana pun langsung menyampaikan pesanan itu kepada mang Asep yang sedari tadi melemparkan tatapan menggoda untuk dirinya.

"Aduh neng, siapa itu? Pacar nya neng ya?"

"Meni merah pipinya neng" lanjut mang Asep ketika melihat rona merah di pipi Rasyana sebab pertanyaan yang dilontarkan mang Asep tadi

"Bukan mang, temen itu. Temen sekolah" Ucap Rasyana

"Mau bikin dua ya mang. Yang satu kayak biasa aja, yang satunya sedeng sama jangan dikasih acar" Lanjut Rasyana memesan

"Shap neng"

Rumah, apa itu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang