Tiga

451 17 2
                                    

Jika dirasa cukup menyakitkan, sebaiknya tak mengenang hal itu. Walaupun hal yang dikenang adalah hal manis yang sempat dirasakan.
-Rasyana-

~~~

Lagi-lagi senin. Siapa disini yang membenci hari senin? Rasyana juga termasuk salah satunya. Minggu ini adalah jadwal nya ujian. Dan senin depan adalah pembagian rapot.

Anggota keluarga yang Amel sebut "Setan-setan" ini sudah kembali pulang ke rumah. Perbincangan hangat mereka di ruang makan pun sungguh sangat memuakkan bagi pendengaran Rasyana.

"Adek nanti mau hadiah apa? Papah pasti yakin kalo adek pasti dapat rangkin satu kembali. Jadi, ayo apa hadiahnya? Biar papah persiapkan dulu" ucap sang papah mengelus dengan sayang rambut Clara.

"Ponsel keluaran terbaru boleh pah? Kemarin adek ngeliat di sosial media ada yang warna pink lagi, boleh yah pah?" ucap clara dengan manja

"Boleh dong sayang, apapun untuk mu akan slalu papah usahakan"

Mendengar itupun sontak Clara langsung menghampiri sang papah dan memeluknya erat

"Adek itu kasian papah nya, udah duduk lagi dan dimakan itu makanannya" tegur sang nyonya dengan nada yang begitu halus

"Abang juga mau hadiah apa? IPK semester kemarin juga bagus. Katakan apa yang pengen abang mau? Harus dua barang ya, semester kemarin kan mamah sama papah lupa untuk kasih reward ke abang" lanjut mamah bertanya kepada anak pertamanya

"Abang mau mobil boleh mah? Terserah nanti mau di taruh disini apa di apartemen. Untuk reward semester kemarin, ngga usah mah. Abang cukup mobil aja"

Suasana ruang makan terasa hangat, namun tidak bagi Rasyana. Berharap apa dia? Hadiah? Bahkan sudah sangat lama ia tak merasakan momen itu. Seingatnya, terakhir ia diberikan sebuah hadiah karena dirinya yang baru berumur 5 tahun bisa menggunakan sepeda dengan baik.

Rasyana betul-betul ingat. Dari dulu memang orang tua mereka selalu memberikan hadiah atas hal apapun yang anak mereka bisa lakukan dengan baik.

Dirasa sudah cukup mengenang, dan ia sudah cukup juga dengan makannya, Rasyana pun berdiri. Decitan kursi yang di dorong bahkan tak menganggu senda gurau yang saling dilontarkan satu sama lain.

Tanpa pamit, Rasyana segera mengambil langkah nya untuk pergi menuju sekolah. Namun baru beberapa langkah kakinya ini pergi, sebuah ucapan membuat ia secara paksa untuk menghentikan langkahnya.

"Kamu! Awas sampai nilai kamu memalukan saya dan suami saya. Nilai semester kemarin saja tidak membuat saya puas. Siap-siap uang jajan mu akan saya potong jika hal itu terjadi lagi"

Emosi Rasyana cukup terpancing mendengarkan itu, bisa dilihat dengan tangannya yang meremas kantong bagian dalam cardigannya. Tanpa berbalik badan, ia menyauti "Mempermalukan? Bagian mana yang udah saya lakukan untuk memperlakukan keluarga ini? Jika orang diluar sana bahkan ngga tau kalo saya adalah "bagian" yang tinggal disini" setelah mengatakan itu, Rasyana berlalu pergi meninggalkan yang katanya disebut "Rumah"

~Disekolah~

" Rasanya gue pengen ganti nama. Minimal yang huruf depannya R, biar bisa satu ruangan sama lo" nada kesal terdengar dari apa yang diucapkan Amel. Rasanya ia ingin sekali mengutuk yang membuat dirinya dan Rasyana berpisah. Amel kan hanya tidak ingin pisah sebab dirinya tak bisa jauh-jauh dari Rasyana

yee bilang aja lo mau nyontek - author

"Ngomel mulu lo. Lagian nih ya, ujian semester kemarin juga lo masih dapet rangking" ucap Rasyana menyemangati

Amel yang mendengar itu pun sontak menghentikan langkahnya. Mereka berdua memang sedang berada dilorong, berjalan bersama setelah tadi tak sengaja berpapasan di gerbang.

Melototkan mata dan berusaha menggapai lengan Rasyana namun terhenti ketika melihat sahabatnya itu balik melototkan dirinya. Amel pun memakai jurusnya yang sebenarnya kelihatan menggelikan untuk Rasyana, jurus menghentak-hentakan kakinya. "Rangking kata lo? Rangking lima dari bawah apa yang bisa dibanggain?"

"Sini-sini gue bisikkin" Amel yang memang dasarnya nurut jika kepo pun akhirnya mendekatkan kupingnya untuk dibisikkan sesuatu.

"Hal yang bisa lo banggain dan syukuri dari rangking itu adalah lo bukan yang paling akhir. Artinya, masih ada yang dibawah lo dan lo berarti ngga bego-bego banget" ujar Rasyana dengan nada yang begitu mengesalkan di telinga Amel.

Sudah terlambat. Waktu begitu cepat ketika Amel ingin membalas perkataan itu dengan gigitan yang akan ia berikan di bahu Rasyana, tapi Rasyana sendiri sudah berlari menghindari ia. Tau gitu, dirinya tak usah mendekat kepada sahabatnya itu. Salahkan dirinya yang terlalu kepo.

Akhirnya yang bisa Amel lakukan hanya satu.

"RASYANA" teriak Amel yang cukup mengundang banyak tatapan. Merasakan banyak tatapan sinis ke arahnya karena mungkin mereka ternganggu dengan teriakannya yang cetar ini. Sambil memberikan senyum tanda maaf kepada mereka yang melihat, ia pun bergegas lari untuk menyusul Amel yang mungkin sudah sampai kelas.

"Semoga nanti kelas dua belas, kita sekelas lagi ya sya. Kalo misalkan ngga, gue bakal santet siapapun yang bikin jadwal pembagian kelas nanti" batin Amel

Rumah, apa itu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang