Sebab memang, penyesalan selalu ada di akhir
-Kenzo-~
~~
Pecah juga tangis yang sudah Amel tahan dari tadi, setelah sahabatnya membuka pintu dan mempersilahkannya masuk. Amel sempat terperangah kaget melihat tempat yang kini di tinggali oleh Rasyana.
Ruangan sepetak yang berfungsikan kamar, ruang tamu dan kamar mandi menjadi satu
"Udah dong nangisnya. Ini kenapa jadi lo yang nangis?" Ucap Rasyana yang menenangkan Amel dengan sebuah pelukan
Amel tak menjawab itu, yang ia lakukan adalah menenangkan dirinya terlebih dahulu
Tarik napas...Buang napas... Itu yang Amel lakukan atas perintah yang di berikan oleh sahabatnya
"Sorry ya adanya air putih doang" Ucap Rasyana sembari menyerahkan gelas berisikan air putih
"Tapi kalo lo agak lamaan disini, ntar sorean ada batagor kuah lewat dan itu enak banget"
"Em-kenapa lo ngga minta bantuan gue?"
"Harusnya lo tau alesannya"
"Abang gue?"
Untuk sesaat keadaan menjadi hening sebab Rasyana yang tak menjawab pertanyaan itu
"Lo ketemu abang gue dimana?"
Amel bersyukur keadaan tak menjadi hening lagi sebab Rasyana akhirnya mau menjawab pertanyaannya dan bercerita
Cerita itu terus mengalir membahas bagaimana bisa rasyana akhirnya tinggal di sini dan juga mengapa Rasyana bisa se-pasrah itu
Keduanya berpelukan, ah lebih tepatnya Amel yang memeluk Rasyana sebab melihat air mata yang mulai berjatuhan dari mata sahabatnya
Hatinya benar-benar ikut turut merasakan sakit, sebab baru kali ini dia melihat sahabatnya seterpuruk ini
Amel akan terus berdoa, semoga yang memberikan sakit pada sahabatnya turut merasakan sakit juga. Bahkan jika bisa, sakit yang memang tak ada penawarnya
~~~
Di rumah Amel
"Mau sampe kapan lo kayak gini bang?" ucap Amel sembari melemparkan beberapa foto yang menjelaskan keadaan rasyana saat ini
Tangan Kenzo mulai memunguti foto-foto yang jatuh ke lantai. Hatinya berdenyut merasak sakit.
Jujur ia marah pada perempuan itu. Bukan marah karena rasyana sudah tak virgin lagi atau merasa jijik pada perempuan itu. Kenzo marah pada dirinya sendiri yang merasa tak becus dalam menjaga Rasyana. Kenzo juga kesal pada berita yang seharusnya ia dengar sendiri dari mulut perempuan itu, bukan malah dari mulut orang lain
"Bang! Lo dengerin gue ngga sih?" ucap Amel sembari melemparkan bantal sofa pada abangnya. Dirinya kesal karena merasa tak di dengar, padahal dirinya sudah panjang lebar berbicara sedari tadi
"Tolong anter gue buat ketemu Rasya"
Tumpukan bantal kembali Kenzo rasakan ketika menyelasaikan ucapannya itu
"Enak aja! Ngga bisa. Ngga bisa. Dia butuhin lo itu beberapa hari yang lalu. Lo kemana aja kemarin-kemarin?! Gue sampe capek sendiri karena ngejer-ngejer lo yang lo nya sendiri aja kayaknya masih males buat ngedengerin penjelasan gue"
Ya, namanya juga kakak beradik. Amel sedikit mereda ketika melihat raut wajah melas dari abangnya
"Gue emang belum bisa nemuin lo sama Rasya. tapi kalo lo mau bantu gue, mungkin sedikit bisa ngapus rasa bersalah lo"
Tak ada jawaban, hingga di detik sepuluh Amel memutuskan untuk beranjak pergi. Merasa tak habis pikir pada pola pikir abangnya
Baru sepuluh langkah Amel pergi, kakinya terhenti ketika mendengar ucapan yang di lontarkan oleh abangnya
"Abang bantu rencana kamu, asal nanti kamu bisa temuin abang sama Rasya"
Tanpa berbalik badan dan tetap berdiam diri di tempatnya, amel mulai menjelaskan rencananya di keheningan ruang yang menemani

KAMU SEDANG MEMBACA
Rumah, apa itu?
Teen FictionBagi sebagian orang, pulang ke sebuah "rumah" adalah tujuan ketika sudah capek dari segala hal. Disambut hangat, adalah sebuah mimpi yang ia inginkan ketika usianya makin beranjak dewasa. Ntah salah apa yang ia perbuat, hingga rasanya ia berfikir ba...