Tiga tujuh

150 4 0
                                    

Sehat-sehat tulang punggung keluarga
-Rasyana-

~~~

Sudah hampir sebulan papanya itu di rawat. Di sela-sela kesibukannya, Rasyana juga menyempatkan dirinya untuk mengunjungi papahnya itu

Meski tak mendapat respon baik, namun papahnya tetap mau ia suapi ketika di ruangan tersebut hanya ada dirinya

Seperti saat ini, ketika mamahnya itu pamit pulang untuk membersihkan diri. Tak ada obrolan yang menyelimuti mereka sebab papahnya terlalu mementingkan egonya dan Rasyana yang memang sudah terlalu malas untuk mengajak berbicara terlebih dahulu

"Wah sepertinta Clara ganggu" Ucap Clara yang berada di pintu

Melihat putrinya itu datang, ia menyuruh Clara untuk masuk ke dalam ruangan

Rasyana yang juga mengerti kode itu pun akhirnya meletakan mangkok bubur di atas nakas lalu berlalu pergi dari kursi dan berniat untum pergi dari ruangan tersebut

"Anak papah kemana aja? Ko baru jenguk papah?" Gerakan Rasyana yang sedang ingin mengambil tas yang ada di sofa pun terhenti ketika mendengar rengekan dari papahnya itu

"Baru? Gila. Ini gue yang emang masih punya belas kasih ala gimana sih?" Batinnya bertanya. Sebab sedari awal mengetahui bahwa papahnya itu masuk rumah sakit, membuat Rasyana akhirnya sering mampir ke rumah sakit tersebut

Tanpa melihat adegan melepas rindu itu, ia pun melangkahkan kakinya meninggalkan ruangan itu

Ketika sudah berada di pintu yang memang terbuka, matanya menatap Sauqy yang sedang duduk di kursi depan ruangan papahnya itu

"Kamu ngapain di sini?"

Sauqy yang mendengar suara dari kekasihnya itu terkejut "Kamu ko bisa ada di ruang rawat papahnya Clara?" Ucapnya dengan rasa terkejutnya itu

"Harusnya gue yang nanya. Lo selama ini sok sibuk, ngga ngasih kepastian buat hubungan ini, dan tiba-tiba gue liat lo disini yang justru malah terlihat kalo lo emang yang nganter Clara untuk ke sini"

~~~

Setelah perbincangannya dengan Sauqy di taman rumah sakit tadi, Rasyana tebak bahwa hubungannya akan semakin renggang, sebab Sauqy pun akhirnya mengetahui bahwa ia merupakan bagian dari keluarga

Rasyana pun mengangguk-anggukkan kepalanya ketika mendengar rentetan alasan yang diucapkan pemuda itu. Persetan dengan hubungannya, fokusnya saat ini hanya untuk cita-citanya itu. Meski terasa sakit Rasyana berusaha sekuat tenaga untuk tak merasakan itu

Di masa-masa penyembuhan papahnya, beliau mendapatkan sebuah notifikasi bahwa tangan kanan di perusahaannya itu menghianati sang papah hingga menyebabkan kerugian yang amat sangat besar

Sebenarnya Rasyana sendiri tak mengerti hal yang seperti itu, namun yang ia ketahui ketika mamanya meminta bantuan kepada Rasyana berarti keadaan ekonomi keluarganya memang tak baik-baik saja

"Kenapa harus Rasya mah? Kenapa ngga coba nyuruh Clara untuk jual barang-barangnya dia juga atau abang gitu" Ujar Rasyana

Mendengar itu mamahnya pun langsung memegang tangan Rasyana, namun sayang Rasyana terlebih dahulu menepis itu

"Mama sebelumnya juga udah minta tolong sama mereka. Abang kamu di sana juga lagi ada masalah jadi nggak bisa untuk bantu, kalau adik kamu itu mamah yang ngga tega. Mamah juga udah beberapa ngejual koleksi yang mamah punya ko"

"Buat orang tua sendiri kok ngga bisa bantu" Cibir Rasyana dengan nada sinis

"Jadi kamu bisa kan bantu mamah? Denger-denger juga kamu udah kerja, meskipun gajinya ngga tinggi pasti kamu juga udah ada tabungan"

"Aku nabung ya buat masa depan aku. Clara juga harusnya punya tabungan dong mengingat uang jajan yang kalian kasih ke dia itu lebih besar"

"Abang lagi, papahnya udah sakit sebulan lebih belum juga jenguk. Masalah apa sih yang lagi di hadapin? Abang juga udah kerja, kenapa mamay ngga minta bantuan juga"

Rumah, apa itu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang