Lima empat

96 3 0
                                    

Benar bukan? Tuhan memang slalu memberikan alur yang susah untuk di tebak bagi makhluknya
-Rasyana-

~~~

"Mba izin angkat telepon dulu ya" Pamit Easyana pada mba Anggi yang dengan sigap menggantikan Rasyana di meja kasir

kakinya menuju taman belakang Cafe,  tempat ini hanya bisa dikunjungi oleh karyawan yang bekerja di Cafe.  karena memang mas Daffa membikin taman kecil ini bertujuan memberikan healing kecil- kecilan pada semua karyawan

"Baik bu, terima kasih infonya. Besok saya akan ke sekolah" Ucap Rasyana yang mengakhiri pembicaraan melalui telepon itu

Untuk beberapa menit, ia tak beranjak dari tempat duduknya. Pikirannya melayang, menebak apakah pihak sekolah akan mebawakan berita baik atau buruk

Tapi kalau di pikir-pikir, berita baik apa yang pantas untuk dirinya di tengah masalah yang belum keliatan ujungnya?

~~~

Kini Rasyana sedang berjalan menuju ruang kepala sekolah, selama perjalanan itu tak ada pasang mata yang menatapnya dengan pandangan mencemooh atau ucapan menghina untuk dirinya. Sebab memang, ia sengaja berangkat lebih awal bahkan ketika ia sampai, suasana sekolah sepi sekali. Bersembunyi di salah satu bilik toilet adalah solusinya ketika bingung hendak bersembunyi dimana

"Masuk" Ucap seseorang dari dalam setelah dirinya mengetuk pintu sebanyak tiga kali

"Misi bu"

"Eh Rasyana, duduk dulu nak. Sebentar ibu ngurus ini dulu ya, abis itu baru kita bicarain hal penting itu"

Sekitar sepuluh menit menunggu dengan perasaan yang bercampur aduk, akhirnya ia sedikit bernafas lega ketika melihat kepala sekolah yang mulai mendekat ke arahnya

Setidaknya, rasa bosannya mulai menghilang

~~~

"Baik nak, maksud dari ibu nyuruh kamu untuk datang ke sini itu ingin bertanya. Apakah kamu sudah punya bukti untuk menyangkal berita yang sudah tersebar?"

Rasyana yang diberi pertanyaan seperti itu bingung, gugup pun mulai mendominasi keadaan Rasyana sekarang

"Ah, perihal itu ya bu? jujur saya sudah di tahap pasrah bu, sebab bingung mau mencari bukti kemana lagi. Kalau pun nanti saya akan di keluarkan, saya menerimanya"

Bagaimana mau mencari bukti? dirinya memang melakukan itu. Walaupun pada saat itu dirinya sama sekali dalam kondisi tidak sadar

Setelah perbincangannya dengan kepala sekolah yang cukup menguras waktu tetapi cukup membuat perasaan yang rasyana rasakan lega. Rasyana pun keluar dari ruangan itu, tentunya dengan berpamitan terlebih dahulu

Baru saja menutup pintu, Rasyana di kejutkan dengan sebuah pelukan yang begitu erat

"Gue tau pasti hasilnya baik kan? Jadi kapan lo akan sekolah lagi?" Tanya Amel yang masih memeluknya erat

"Ko lo bisa tau?"

"Tau dong. Nih lo harus liat, tadi malem kepala sekolah kasih pengumuman kalo misalkan berita tentang lo itu ngga bener" Jawab Amel sembari memberitahu sebuah pesan di grup angkatan

"Dan lo harus tau juga, siapa yang ngebantu lo"

Melihat raut kebingungan sahabatnya, membuat amel mulai mendekatkan dirinya guna membisikan sesuatu

"Abang gue"

"Tapi gue masih bingung, secara lo tau sendiri kan sama apa yang gue alamin, ya kalo misalnya gue tuh" Ucap Rasyana sembari mengkode perkataan terakhir yang tak bisa di ucapkan sembarang tempat

"Iya juga ya. Sebenarnya waktu kemarin gue minta bantuan abang gue juga rada takut. Modal berani sama yakin aja gue kalo masalah lo yang ini pasti ada jalan keluar yang ngga ngerugiin lo nya juga"

"Tapi yaudah lah, ngga usah di pikirin. Yang penting lo masih bisa ngelanjutin sekolah yang tinggal satu tahap lagi"

Rumah, apa itu?Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang