part 44

978 149 17
                                    

Dua hari sudah berlalu..

Gulf tidak pernah bosan mendatangi Win kerumah kecil milik Tharn, walaupun setiap hari Win menolak namun Gulf tidak perduli.

"Win! temui Papa mu dulu sayang, kasihan dia,"

"Biarkan saja! Untuk apa dia datang kesini? Suruh pulang saja uncle,"

"Jangan seperti itu sayang, biar bagaimanapun dia yang mengandung dan melahirkanmu penuh dengan perjuangan, jika kau tau bagaimana menderitanya Papa mu selama bertahun-tahun kau pasti akan sangat sedih,"

"Aku tidak perlu tau, dan tidak akan pernah ingin menemuinya lagi,"

"Papa mu sakit setelah kau pergi, bahkan dia datang kesini dengan keadaan sangat pucat wajahnya, uncle mohon temui Papa mu walau hanya sebentar, kau tidak ingin terjadi sesuatu pada Papa mu kan,?

Tentu saja Win tidak ingin terjadi sesuatu pada Papa nya, namun rasa kesal yang ada di hatinya masih terlalu mendominasi sehingga membuat Win menolak untuk menemui Papa nya.

Karna Win tidak ingin menemui Gulf akhirnya Zee pun keluar kamar, dan memberitahu Gulf jika Win tidak ingin bertemu dengannya.

"Gulf!"

"Phi? Dimana putra ku?"

"Maafkan aku karna tidak berhasil membujuknya untuk menemuimu,"

"Begitu benci kah dia padaku? Phi aku ingin memeluknya aku merindukannya, hiksss,"

"Aku tau apa yang kau rasakan, percayalah tidak lama lagi dia akan datang dan memelukmu lagi, namun kau harus bersabar."

"Aku akan bersabar Phi, demi putra ku,"

"Sekarang kau harus pulang, Paw dan Hana juga butuh dirimu, jangan sampai kau mengabaikan mereka berdua,"

Gulf memandangi pintu kamar itu ia berharap Win akan keluar dan memeluk dirinya, dan sampai akhirnya karna sudah tidak tahan Gulf bediri dan mengetuk pintu itu agar Win mau keluar walau hanya sebentar.

Tokk.. Tokk..

"Sayang! Ini Papa tolong buka pintunya Nak, Papa ingin memelukmu Papa merindukanmu sayang, maafkan Papa jika Papa sudah membuatmu kecewa tapi percayalah semua yang Papa lakukan hanya untukmu,"

Tetap tidak ada jawaban yang ada hanya suara isakan mereka berdua, bahkan Zee yang melihat Gulf seperti ini tidak tega melihatnya.

"Papa membawakan makanan kesukaanmu, nanti kau harus makan bersama uncle Papa tidak ingin kau sakit, Papa pulang ya besok Papa akan datang lagi bersama adik-adik mu, karna mereka semua juga merindukanmu baik-baik bersama uncle jika membutuhkan sesuatu katakan saja pada uncle, sayang Papa pulang,"

Dengan hati yang sedikit kecewa akhirnya Gulf pun pulang, dia tidak akan menyerah dan akan datang lagi walaupun Win tidak ingin menemui dirinya.

Saat sampai rumah Gulf di sambut dengan anak-anak nya, mereka berdua pun tidak pernah berhenti menanyakan  keberadaan Phi nya.

"Hana Papa pulang," Panggil Paw.

"Buna! Sudah pulang?"

"Iya sayang!"

"Dimana Phi Win? Kenapa tidak ikut?"

"Phi nya masih harus menginap di rumah temannya, besok baru pulang,"

"Padahal kita sudah membuat gambar untuk Phi, lihat baguskan Bun,"

"Bagus! Ini siapa saja sayang,"

"Hana hanya mengambar kita bertiga, Hana Phi Win dan Phi Paw, kami saling bergenggaman tangan karna kami saling menyanyangi,"

Hati Gulf rasanya bertambah sakit saat mendengar apa yang Hana katakan, begitu sayangnya kah mereka pada Phi nya, tentunya saja bahkan mereka bertiga tidak dapat di pisahkan.

"Sudah sana lanjutkan lagi bermainnya, Buna ingin pergi istirahat dulu,"

Hana pun kembali bermain dengan Pawat, mereka berdua pun sama sangat merindukan Phi nya yang sudah dua hari tidak dapat mereka hubungi, setiap hari mereka merengek namun Gulf hanya bisa mengatakan jika Phi nya sedang menginap di rumah temannya karna kerja kelompok jadi tidak dapat di gangu.

Tidak lama Mew pun datang, ia memang pergi bekerja namun tidak full seharian karna ia tidak bisa meningalkan anak dan istrinya begitu lama.

"Daddy pulang!"

Mendengar suara Daddy nya membuat dua orang yang sedang bermain berlari menghampirinya, lalu mereka pun memeluk Daddy nya.

"Dimana Papa kalian?"

"Papa sedang di kamarnya, Papa juga baru pulang,"

"Baru pulang? Apa kalian sudah makan?"

"Sudah Dad! Tadi uncle Apo membuatkan kami nasi goreng,"

"Benarkah?"

"Benar! Dan masakan uncle sangat enak,"

Jujur saja Mew merasa anak-anak nya seperti terabaikan dia tidak suka dengan semua ini dan rasanya hatinya sangat sakit melihat anak-anak nya bermain hanya berdua tanpa pengawasan siapapun.

"Kalian tunggu disini sebentar, Daddy mau menemui Papa mu,"

Mew pergi ke kamarnya untuk menemui istrinya, saat sampai di kamar Mew mendapati Gulf tengah merebahkan dirinya di atas kasur.

"Mew! Kau sudah pulang?"

"Bisa tidak jika kau tidak seperti ini?"

"Maksudnya apa? Kenapa kau marah-marah pulang kerja? Apa ada sesuatu yang mengangu pikiranmu?"

"Apa saja yang sudah kau lakukan dengan anak-anak hari ini?"

"Katakan Mew apa maksudmu?"

"Aku hanya ingin tau! Hari ini kegiatan apa saja yang sudah kau lakukan bersama anak-anak,"

"Hari ini aku mengunjungi Win, dan setelah itu pulang, ada apa tumben kau bertanya seperti ini?"

"Lalu kapan waktumu bersama Paw dan juga Hana? Sampai kapan kau akan seperti ini?"

"Mew! Apa maksudmu? Baik Win tau pun Paw dan juga Hana mereka semua anak-anak ku, bahkan aku yang mengandung dan melahirkan, lalu apa masalahnya?"

"Masalahnya kau mengabaikan semuanya, kau mengabaikan anak-anak ku,"

"Mengabaikan yang bagaimana? Aku di rumah mengurus Pawat dan juga Hana, lalu apakah aku tidak boleh memikirkan anak ku yang lain? Mengertilah Mew jika kau berada diposisi ku kau pun tidak akan tau harus berbuat apa, aku mohon maafkan aku jika aku sudah membuatmu kecewa, katakan padaku sekarang aku harus bagaimana? Baiklah aku akan memasak untuk makan malam,"

Karna tidak ingin berdebat Gulf pun pergi ke dapur ia akan memasak untuk anak dan suaminya, dan sebelum itu Gulf menyuruh anak-anak nya mandi terlebih dulu, sedangkan Mew hanya bisa merutuki kebodohannya sikapnya yang seperti ini sudah pasti semakin menyakiti istrinya.

Karna merasa bersalah Mew pun menghampiri Gulf di dapur, dia akan meminta maaf atas sikapnya.

"Sayang!" Gulf hanya terdiam saat Mew memanggilnya.

"Maafkan aku sungguh, tidak ada niatan untuk ku menyakitimu,"

"Pergilah mandi, setelah itu makan bersama anak-anak,"

"Apa kau marah padaku?"

"Tidak! Untuk apa aku marah, sebentar lagi Ayah dan Papa datang, dan kau pergilah mandi aku akan menyelesaikan pekerjaan ku,"

Tentu saja Mew sangat paham jika istrinya itu tengah kecewa padanya, harusnya ia tadi tidak mengatakan kata-kata seperti itu, harusnya ia lebih bisa lagi menghargai perasaan istrinya namun nasi sudah menjadi bubur dan Mew pun hanya bisa menyesali apa yang sudah ia lakukan.









Bersambung..

❤️❤️

Beda Kasta (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang