Satu tahun kemudian..
.
.
.Gulf sudah mulai menerima semuanya walaupun masih berat namun dia tetap mencoba karna dia tidak ingin menjadi orang yang egois.
"Sayang!"
"Hmm!"
"Apa kau sibuk?"
"Seperti yang kau lihat, apa kau butuh sesuatu?"
"Aku butuh dirimu,"
"Masih pagi jangan ngegombal,"
"Aku serius, kau tau sendiri kan semalam semuanya gagal,"
"Berangkat bekerja sana, masih pagi jangan mesum,"
"Aku berangkat nanti siang, jadi masih ada waktu untuk kita bercinta,"
"Aku masih sibuk, jadi aku tidak bisa,"
"Sudahlah, kau memang tidak menyanyangi ku,"
Mew pergi meninggalkan Gulf dia merajuk tentu saja, sedangkan Gulf hanya bisa tersenyum saat melihat tingkah Mew.
"Dasar tukang merajuk, apa dia tidak berpikir jika dia sudah berumur,"
Setelah selesai dengan pekerjaannya Gulf pergi ke kamar menghampiri Mew, saat Gulf masuk dia melihat Mew tengah duduk di ujung kasur dengan wajah sendu membuat Gulf merasa bersalah.
"Kenapa melamun? Aku pikir kau sedang bersiap untuk berangkat kerja,"
Tidak ada jawaban, bahkan kini Mew tidak menatap Gulf.
"Lihat aku, ada apa? Jangan merajuk,"
"Aku tidak apa-apa, aku harus bersiap karna sebentar lagi ada meeting,"
Mew berdiri berjalan kearah lemari dia mencari baju kerjanya.
"Biar aku carikan bajunya,"
"Tidak perlu aku bisa sendiri, kau duduk saja,"
"Apa kau marah?"
"Tidak! Untuk apa aku marah dan atas dasar apa, kau tidak perlu hawatir aku baik-baik saja,"
"Mew!"
Gulf menghampiri Mew lalu memeluknya, dia tidak bisa jika Mew bersikap seperti ini.
"Maafkan aku jika sikapku membuatmu marah, kau boleh marah tapi jangan menjauhiku,"
"Sudah ku katakan aku tidak marah, sudah ya aku mau ganti baju sebentar lagi mau berangkat,"
"Tapi janji jangan marah,"
"Iya sayang!"
"Cium dulu!"
"Manja banget,"
Cup..cup..
"Masih kurang?"
"Hmmm!"
"Nanti malam kita sambung, jadi berdandan lah yang cantik, dan kau harus menidurkan putra kita terlebih dulu supaya tidak ada yang menggangu,"
"Aku laki-laki jadi untuk apa aku berdandan, aku akan menunggumu pulang, dan jangan pulang terlalu malam,"
"Mungkin hari ini aku pulang larut, karna pekerjaan sedikit menumpuk,"
"Jangan terlalu lelah, pekerjaan seperti itu tidak akan ada habisnya,"
"Mau bagaimana lagi, Ayah dan Zee harus keluar kota jadi mau tidak mau aku yang harus mengurus semuanya,"
"Ayah memang suka begitu tidak mau diam, sudah tua bukanya di rumah malah masih sibuk bekerja,"
"Jangan seperti itu, mungkin jika di rumah Ayah tidak betah karna sudah biasa bekerja,"
KAMU SEDANG MEMBACA
Beda Kasta (END)
General FictionSebuah kasta harus menjadi penghalang mereka Lalu apa yang akan terjadi? Mereka akan hidup bersama atau akan tetap terpisah dengan keadaan?