part 12

1.1K 154 20
                                    

Lima tahun kemudian...
.
.
.

Selama lima tahun Gulf tidak pernah bicara dengan Ayah nya dan selama itu juga hidup Tuan Mario tidak pernah tenang, rasa bersalah kepada putranya selalu membuatnya risau, hati orang tua mana yang tidak sedih jika selama itu Gulf begitu membencinya, walau tinggal satu atap namun Gulf tidak pernah menyapa nya Tuan Mario hanya bisa melihat putranya itu dari kejauhan.

"Kau mau kemana Gulf? Tetaplah di rumah nak, jangan bepergian di luar sepertinya akan ada badai,"

"Tidak usah perdulikan aku, bahkan jika aku mati pun kau tidak perlu perduli atau menangisi ku, bukankah kau lebih percaya pada wanita sialan mu itu?"

"Maafkan Ayah, sunguh Ayah sangat menyesal, katakan pada Ayah apa yang harus Ayah lakukan agar kau memaafkan Ayah?"

"Bawa Tharn kembali, apa kau bisa?"

"Maafkan Ayah, Maaf,"

"Papa!"

Suara bocah kecil berusia empat tahun itupun membuat dua orang yang tengah berbincang langsung menghentikan perdebatanya, mereka tidak ingin jika Win tau apa penyebab Daddy nya pargi.

"Papa mau kemana? Apa Papa ingin mencari Daddy?"

"Tidak sayang, maaf hari ini papa tidak mencari Daddy, jangan marah ya,"

"Tidak Pa, Win tidak akan marah, Papa nda boleh sedih lagi nda boleh nangis lagi, Win nda suka lihatnya."

"Iya sayang maaf,"

Hanya Win yang selalu bisa membuat Gulf tersenyum karna di dalam diri Win terdapat diri Tharn, setiap melihat tingkah laku Win membuat Gulf merasa melihat Tharn, selama lima tahun Gulf harus menanggung semua sendiri dia menjadi orang tua tungal untuk putra nya, tidak pernah terlintas di benaknya jika dia akan seperti ini Gulf tidak menyangka jika Tharn meninggalkan cinta untuknya, saat Tharn pergi Gulf baru tau jika dia tengah mengandung dan pada saat itu usia kandungan Gulf menginjak satu bulan.

Saat tau hidup putranya tidak baik-baik saja hati Tuan Mario benar-benar hancur, dia merasa sangat bersalah karna sudah memisahkan Gulf dengan Tharn, seharusnya saat itu dia tidak terhasut oleh Briana dan sudah pasti hidup putra dan cucu nya sudah bahagia saat ini, namun karna kebodohanya Tuan Mario memisahkan mereka bahkan dia tidak tahu dimana laki-laki malang itu berada hingga saat ini, selama lima tahun Tuan Mario tidaklah berpangku tangan bahkan dia mencari Tharn seorang diri di setiap sudut kota bangkok namun tidak membuahkan hasil, bahkan setiap hari Tuan Mario mendatangi hutan tempat dimana anak buahnya meninggalkan Tharn namun tetap nihil tidak ada jejak apapun disana.

"Papa tidak perlu hawatir, nanti Kakek pasti akan membawa Daddy pulang, iya kan kek?"

Bagai di tusuk duri, setiap kali Win mengatakan itu hati Tuan Mario sangat sakit, bagaimana bisa dia harus terus berbohong tentang dia akan membawa Daddy nya kembali bahkan kini dia tidak tahu dimana Tharn berada.

"Papa harus pergi, baik-baik di rumah,"

"Iya Pa, hati-hati di jalan Pa,"

Setelah berpamitan pada putra nya Gulf pergi, dia akan pergi mengunjungi rumah milik Tharn entah mengapa hari ini dia sangat merindukan Tharn hingga membuat dadanya terasa sesak, hari-hari yang Gulf jalani terasa begitu berat dia hanya ingin Tharn datang untuk menjemputnya dan mereka hidup bahagia.

Tidak butuh waktu lama kini Gulf sudah berada di rumah milik Tharn rumah kecil yang banyak meninggalkan kenangan, setiap kali dia datang Gulf selalu melihat Tharn tengah tersenyum manis padanya menyambutnya dengan tangan hangatnya.

"Apa kabar mu saat ini? Apa kau sudah melupakan ku? Melupakan janji yang sudah kau katakan dulu? Kau tau ini sudah lima tahun lamanya bahkan kau tidak datang menjemput ku, apa kau tau jika hari-hari yang aku lewati begitu sulit bahkan saat aku berada di keramaian aku merasa sangat kesepian, walau begitu aku harus tetap bertahan karna cinta yang kau tinggalkan, Tharn apa kau tidak ingin bertemu dengan putra mu? jika kau melihatnya kau akan melihat dirimu di dalam diri putra mu, dia sangat mirip seperti dirimu dia selalu lembut padaku selalu mengatakan kata-kata penenang untuk ku, Tharn kembalilah aku sangat merindukan mu  aku dan Win membutuhkan mu,"

Gulf menangis sedih setiap kali mengingat Tharn bahkan dulu iya pernah di temukan tak sadarkan diri oleh Zee, saat itu Gulf hampir meninggal karna mengalami dehidrasi selama tiga hari Gulf berada di dalam rumah milik Tharn dan selama itu juga Gulf tidak makan dan minum membuatnya hampir meninggal karna lemas.
.
.
.

Saat ini Tuan Mario tengah gelisah menunggu Gulf pulang, pasalnya malam sudah semakin larut namun Gulf tak kunjung pulang, beruntung Win anak yang tidak rewel yang harus tidur dengan Papa nya namun tak jarang bocah kecil itu menangis seorang diri, hanya Zee yang tau jika Win selalu menangis karna merindukan Daddy nya datang, Zee selalu mendengar setiap malam Win bicara pada bulan tentang Daddy nya agar sang bulan membawa Daddy nya pulang supaya Papa nya tidak sedih lagi.

"Paman!"

"Zee, kau belum tidur?"

"Harusnya aku yang bertanya seperti itu, kenapa Paman belum tidur? Ini sudah malam,"

"Bagaimana aku bisa tidur, jika putra ku belum kembali aku takut terjadi sesuatu padanya,"

"Percayalah jika Gulf akan selalu baik-baik saja, lebih baik Paman tidur biar aku yang menunggu Gulf pulang,"

"Zee, bukankah aku Ayah dan kakek yang sangat jahat? Harusnya dulu aku tidak melakukan itu harusnya aku menyetujui hubungan Gulf tanpa harus menyakiti Tharn, katakan padaku Zee apa yang harus aku lakukan agar putra ku kembali tersenyum padaku lagi? Agar dia tidak membenci ku dan memeluk ku lagi? rasanya sunguh sangat sakit saat anak ku sendiri membenci ku karna kebodohan yang telah aku ciptakan sendiri,"

"Gulf tidak membenci paman dia hanya sedikit kecewa, di dalam hati yang paling dalam Gulf pasti juga sudah memaafkan Paman, percayalah suatu saat nanti dia akan mendatangi paman dan memeluk Paman seperti dulu, biarkan untuk saat ini dia seperti ini biarkan saja dia melakukan apapun yang ingin dia lakukan,"

"Tapi ini sudah sangat lama, sudah lima tahun lebih sejak kejadian itu namun putra ku masih sama tidak ingin memaafkan ku,"

"Paman jangan terlalu memikirkan hal yang tidak-tidak, aku tidak ingin Paman sakit lagi, ayo aku antar Paman ke kamar dan istirahatlah, biar aku yang menunggu Gulf pulang,"

Zee membawa laki-laki paruh baya itu ke kamarnya, sungguh Zee tidak tega melihat Paman nya seperti ini, namun iya pun tidak bisa berbuat apa-apa karna Gulf sangat sulit untuk di nasehati, sejak kejadian itu Gulf benar-benar menutup diri untuk Ayah nya dia tidak ingin bicara bahkan dia tidak pernah menyapa Ayah nya membuat laki-laki paruh baya itu sangat sedih.

Setelah mengantarkan Paman nya ke kamarnya kini Zee pergi untuk melihat Win, dan lihatlah bocah kecil itu kini tengah berada di dekat jendela menatap langit dan berbicara pada sang bulan untuk yang kesekian kali, Zee tidak akan pernah sanggup setiap kali melihat Win seperti ini hatinya terasa begitu sakit, andai dia bisa menemukan Tharn sudah pasti dia akan membawanya pulang.



Bersambung..

❤️❤️

Beda Kasta (END) Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang