Enggh..
"Tharn!!"
"Sayang, boleh?"
"Tapi aku sudah lelah,"
"Baiklah! Ayo lebih baik sekarang kita mandi,"
Gulf seperti melihat ada rasa kecewa di wajah Tharn saat dia menolaknya, bukanya Gulf tidak mau namun dia benar-benar sudah sangat lelah karna sejak semalam mereka melakukannya.
"Tharn, lihat aku,"
Gulf menarik wajah Tharn lalu dia mencium pipi Tharn dengan sayang.
"Ada apa hmm?"
"Apa kau marah?"
"Tidak sayang, dengan alasan apa aku harus marah? Ayo kita mandi sudah siang bukankah hari ini kita akan pergi jalan-jalan,"
"Tharn!"
"Aku tidak apa-apa sayang,"
"Ayo kita lakukan sekali lagi, setelah itu kita mandi bersama,"
"Lain kali kita bisa melakukannya lagi,"
"Hiksss..pasti kau marah padaku kan?"
"Jangan menangis, aku tidak marah padamu,"
"Kau boleh marah padaku, tapi aku tidak ingin kau meninggalkan ku,"
"Sudah ya jangan menangis lagi, aku tidak akan meninggalkan mu, ayo kita ke kamar mandi nanti akan aku mandikan dirimu,"
Setelah itu mereka mandi bersama saling membersihkan tubuh satu sama lain dengan canda tawa.
"Sekarang sudah rapih, cantik dan wangi,"
"Aku laki-laki aku tampan,"
"Kau tampan dan cantik sayang,"
"Tharn, kita perginya mengunakan apa?"
"Aku hanya memiliki motor, tapi jika kau tidak mau naik motor kita akan naik taksi saja,"
"Tidak, aku mau naik motor saja, biar nanti bisa peluk kamu di sepanjang perjalanan,"
"Jika kau maunya begitu tidak apa-apa, sebelum pergi kita sarapan dulu na,"
"Nanti saja,"
"Sekarang kita sarapan dulu na,"
"Tapi suapi,"
"Baik Tuan putri,"
"Jangan pangil aku seperti itu,"
"Iya! maaf sayang,"
Lihatlah betapa lembutnya sikap Tharn pada Gulf, bagaimana Gulf tidak semakin jatuh cinta jika Tharn mempunyai sikap seperti ini.
"Aku sudah kenyang,"
"Sedikit lagi sayang, ayo buka mulutnya,"
"Tapi sudah kenyang,"
"Ya sudah biar aku yang habiskan, sekarang kau bersiap pakai jaket yang tebal agar tidak terlalu terkena angin,"
"Iya sayang nya aku, tapi aku mau minum dulu,"
Tharn pergi ke dapur untuk mencuci piring, sedangkan Gulf pergi kearah kulkas dia ingin minum, dan setelah di rasa semua sudah rapih mereka pun berangkat.
"Apa kau sudah siap?"
"Aku sudah siap, ayo kita berangkat,"
"Pegangan yang kuat sayang,"
Di sepanjang jalan Gulf tidak pernah melepas pelukanya, entah mengapa dia merasa sedih hatinya terasa berdebar dia takut terjadi sesuatu pada Tharn tapi entah karna apa, bahkan kini Gulf menangis tanpa suara membuat hatinya semakin sakit.
KAMU SEDANG MEMBACA
Beda Kasta (END)
General FictionSebuah kasta harus menjadi penghalang mereka Lalu apa yang akan terjadi? Mereka akan hidup bersama atau akan tetap terpisah dengan keadaan?