[LIII] Menahan Rasa

44 2 0
                                    

>>>

Apa kamu pikir kamu bahagia?
Apa kamu baik-baik saja?

Mungkin tidak!
Itu karena kamu menahan rasa sakitnya.

>>>

Sindy pulang ke rumah dengan perasaan gelisah, terlebih lagi tadi saat memasuki pekarangan rumahnya, dia bertemu Jino. Cowok itu menunggunya dan meminta maaf dengan tulus, dia juga mengatakan kalau macaron itu darinya. Sindy terkejut, ternyata dia salah mengira itu dari Rendy.

Devka juga tidak membalas pesannya sampai sekarang, cowok itu benar-benar marah. Padahal ujian masih berlangsung, tapi sekarang pikirannya sangat tidak karuan. Sindy menjadi tidak fokus untuk belajar didalam kamar. Dia berniat keluar untuk mencari udara segar, kafe yang kemarin dia kunjungi saat bertemu Dyra menjadi tujuannya saat ini. Belajar di area terbuka mungkin akan membuat pikirannya sedikit lebih baik.

Sebelum duduk Sindy sudah memesan minuman, dia meletakkan beberapa buku dan laptop diatas meja. Untungnya pengunjung kafe tidak terlalu banyak, sehingga dia bisa belajar dengan tenang.

Lonceng di pintu kafe berbunyi, tanpa sengaja Sindy melihat Rendy memasuki kafe dan berjalan memesan minuman di kasir. Sindy bersembunyi di balik buku, semoga saja cowok itu tidak menyadari kehadirannya disini.

Suara langkah kaki mendekat, Sindy sedikit menurunkan bukunya untuk melihat posisi Rendy. Cewek itu terkejut untuk beberapa saat, padahal ada banyak tempat kosong disekelilingnya. Kenapa cowok itu harus duduk dihadapanya?

Untungnya Rendy duduk membelakangi Sindy, sehingga cowok itu masih tidak menyadari kehadirannya. Dia memang merasa bersalah pada Rendy dan tulus ingin meminta maaf. Namun, Sindy juga harus menghargai Devka karena cowoknya itu tidak suka melihatnya berdua dengan Rendy, sehingga Sindy pun harus menghindarinya seperti ini.

Sindy merasakan Rendy beranjak, dari sudut ekor matanya dia melihat cowok itu menuju kasir dan langsung pergi setelah menerima satu buah minuman.

Sindy menghela nafas lega, dia menaruh kembali bukunya ke atas meja. Padahal dia ingin belajar dengan tenang, tapi kenapa jantungnya tiba-tiba saja berdebar.

Sindy kembali membuka buku, membaca setiap halaman dengan saksama. Dia mencoba untuk fokus setidaknya dia harus mengingat setiap materi yang mungkin saja muncul saat ujian.

***

"Kenapa lo kesal gitu Dev?" Raffa bertanya karena Devka membanting ponselnya ke atas sofa.

Devka hanya menghela nafas pelan dan menghiraukan pertanyaan Raffa.

Arga tersenyum kecil, "Lo pasti bosan ya? Biasa nya jalan setiap malam sama cewek. Sekarang diabaikan sama cewek sendiri."

"Diam lo."

Arga mendekat, menyerahkan satu sobekan kertas yang terdapat nomor telepon.

"Itu nomor Zara, ajak dia pergi aja malam ini. Sindy gak bakalan tahu."

"Gue udah bilang gak mau."

"Dia aja ketemuan sama cowok, itu artinya lo juga masih bisa main sama cewek."

"Dia ketemuan sama siapa?"

SINARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang