[XXVII] Peraturan Bodoh

80 2 0
                                    

>>>

Ketika kamu tidak meminta maaf padahal kamu salah, kamu akan mendapat masalah.
Dan ketika kamu meminta maaf padahal kamu benar, kamu akan terlihat bersalah.
Karena itulah peraturannya.

>>>

"Dia ngajak balikan?"

"Serius?"

"Bukannya lo benci banget sama dia?"

"Kenapa lo masih save nomornya?"

"Jadi lo belum move on?"

"ACCA?"

Teriakan mereka bertiga sukses membuat Acca menoleh linglung. Cewek itu berkedip beberapa kali lalu mencubit pipinya sendiri. Apa dia sedang bermimpi?

"Sampe segitunya." gumam Sindy pelan.

"Siniin ponsel gue." Acca merebut ponselnya dari tangan Candy dan merasa kecewa karena sambungan telepon telah terputus.

"Tuh kan kalian sih pada berisik." kesal Acca.

"Emang lo bakal kasih dia kesempatan? Lo udah lupa apa yang dia lakuin sama lo?"

Ponsel Acca kembali berbunyi sebelum dia menjawab pertanyaan Candy, suasana tiba-tiba hening. Mereka bertiga membiarkan Acca mengangkat panggilan itu lalu mengisyaratkan Acca agar mengeraskan suara panggilannya. Sehingga mereka juga dapat mendengar apa yang akan Arga bicarakan. Acca tidak punya pilihan selain setuju.

"Halo?" sapa Acca pelan.

"Ca? Aku serius. Aku udah didepan rumah kamu. Bisa keluar sebentar?"

"Tapi ... aku gak lagi dirumah." jawabnya hati-hati.

"Dimana? Aku ke sana sekarang."

"Jangan!" sanggah Acca cepat. "Aku yang akan kesana." ucapnya lalu melirik ketiga sahabatnya.

Sedangkan mereka hanya mengerutkan kening bingung, entah apa yang akan Acca lakukan.

Acca menutup sambungan telepon lalu pamit ke ketiga sahabatnya. "Gue ceritain nanti ya. Bye." cewek itu membereskan buku-bukunya kemudian beranjak dari sana.

"Hm, ya udah kita biarin aja. Itukan pilihannya, kita gak punya hak buat ngatur." ucap Sindy ketika Acca sudah benar-benar menghilang.

"Menurut lo dia bakal jawab apa?" tanya Dyra penasaran

"Gak mungkin diterima lagi lah, yang kalian dengar dari Acca itu bukan seberapa, gue yang tahu keseluruhan ceritanya. Cowok itu keterlaluan ." ucap Candy mulai kesal.

"Mungkin aja kali, lo gak liat tadi dia masih save nomornya terus manggilnya masih pake aku-kamu, itu artinya dia masih suka sama tuh cowok." kata-kata Sindy membuat mereka berdua berpikir ulang.

"Oke, gimana kalo kita taruhan?" tantang Dyra yakin.

"Gak ada kerjaan apa hal kaya gitu dijadiin taruhan."

"Ayolah, seru tau, yang menang dapat satu permintaan dari yang kalah. Gimana?"

Candy menjentikkan jarinya, "Oke, siapa takut."

Sedangkan Sindy hanya menghela nafas pasrah, jika seperti itu dia akan menurut saja.

***

Rabu pagi, Sindy sedang bersiap-siap pergi ke suatu tempat. Cewek itu berdandan sangat rapih dengan setelan hitam. Papanya benar-benar sibuk seminggu ini, dia belum memberitahukan apapun soal skorsingnya. Entah itu suatu keberuntungan atau bukan, Sindy hanya takut papanya akan kecewa padanya jika tahu dia mendapat masalah di sekolah.

SINARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang