>>>
Penyesalan tidak terjadi saat kamu membuat keputusan, tapi dalam proses setelah keputusan itu diambil.
>>>
Sore ini, Sindy mulai menyelidiki sesuatu. Tidak ingin berlama-lama disalahkan Sindy nekat mengikuti Yurina dari sepulang sekolah.
Devka mengetahui rahasia tentang Yurina tapi Sindy enggan meminta bantuan darinya.
Sindy memang keras kepala.
Banyak sekali pertanyaan yang bersarang di kepalanya saat ini, dia juga harusnya menyelidiki siapa Devka sebenarnya. Kenapa Devka terlihat persis seperti orang yang Sindy cari?
Entah itu Devka atau orang lain, Sindy ingin mengetahui semua itu secepatnya.Disinilah Sindy sekarang, kafe Mozza. Tempat dimana Yurina dipermalukan oleh Devka dan tempat yang membuat Sindy berubah pikiran tentang cowok yang menyelamatkan orang tuanya.
Sindy duduk di salah satu kursi kosong disudut ruangan, untuk menyempurnakan penyamarannya dia memesan juice mangga yang bahkan tidak berniat dia minum. Sindy mengamati Yurina and the genk dari kejauhan sambil pura-pura membaca majalah.
Tanpa disangka dari arah pintu masuk, seseorang datang perlahan dan terlihat kebingungan. Sindy tidak terkejut sama sekali, sudah dia duga bahwa Siska memang ada sangkut-pautnya dengan Yurina. Hari ini dia lumayan beruntung karena bisa melihat Siska menghampiri Yurina dengan mata kepalanya sendiri. Sindy berencana merekam mereka untuk dijadikan barang bukti.
Ketika dia hendak mengambil ponselnya dari saku celana tiba-tiba ada seseorang yang menyenggol mejanya dan mengakibatkan minuman yang dia pesan terjatuh. Cewek itu meminta maaf kepada Sindy berulang kali dan langsung membersihkan air yang tumpah ke bajunya dengan tisu. Sindy kesal, bukan karena bajunya basah melainkan karena tidak dapat menangkap momen dimana Yurina memberikan sebuah amplop kepada Siska, setelah itu Siska bergegas keluar dari kafe tersebut.
"Maaf, aku gak sengaja." ucap cewek didepan Sindy.
"Hmm, gak papa. Lain kali hati-hati." Sindy hanya melihat sekilas cewek didepannya, dia lebih terfokus memperhatikan Yurina dan kepergian Siska bergantian.
Sindy berdiri dengan tergesa-gesa, dia berniat menyusul Siska walaupun tau itu percuma. Ketika Sindy sudah berada diluar kafe, Siska menghilang dari jangkauannya.
"Aish, sial!"
"Lagi cari siapa?"
Suara cowok mengagetkan Sindy tepat ditelinga nya. Devka malah tersenyum lebar melihat keterkejutan Sindy.
"Ngapain lo disini?" tanya Sindy kesal.
"Gue?" tunjuk Devka pada dirinya sendiri. "Gue mau ketemu sama lo. Ada yang mau gue omongin."
"Apa?" tanya Sindy tidak sabar, dia tidak punya waktu untuk meladeni cowok didepannya ini.
"Gue ... gue punya sesuatu buat lo." ucapnya sambil tersenyum hangat menyerahkan satu batang cokelat kehadapan Sindy.
Alis Sindy bertaut, tiba-tiba saja Devka berkata dengan lembut. "Lo siapa sih sebenarnya?"
Sekarang Devka yang dibuat bingung oleh pertanyaan Sindy. "Maksud lo?" tanya Devka menatap Sindy dengan serius.
"Gue sibuk, tolong jangan ganggu gue." ucap Sindy dengan menekankan setiap katanya.
"Sekarang gue sadar gue salah. Semua hal yang lo benci, gue gak akan ngelakuin itu, jadi ... lo mau kan maafin gue, please?" Kedua tangannya terulur, menyerahkan cokelat yang dari tadi hanya ditatap bingung oleh Sindy.