[XXVIII] Satu Kepercayaan

116 2 0
                                    

>>>

Jika kamu memilih percaya pada orang lain, itu artinya kamu juga percaya akan dikecewakan.

>>>

"Gue punya buktinya."

Bukan Yena yang berbicara, melainkan seorang cowok yang mulai mendekati mereka sambil memainkan ponsel ditangannya.

Yena berbalik melihat kebelakang dan Adeliya tampak sangat terkejut dengan kedatangan orang itu, Sekarang disamping Yena ada Devka yang terus tersenyum penuh arti.

"Sebelum masalahnya makin panjang, lebih baik lo jujur dari sekarang. Cewek di video selain lo itu juga udah ngaku kalo dia disuruh sama Yurina, mau gue puter rekamannya?" ujar Devka menatap Adeliya dengan serius.

Adeliya yang tadinya sudah mulai bisa menghirup nafas lega kembali ketakutan. Sebenarnya video yang tersebar juga ulahnya, hanya saja satu tahun yang lalu dia tidak menyebarkannya.

Disudutkan seperti ini membuat Adeliya tidak berdaya, jika sudah berhadapan dengan Devka siapapun tidak akan ada yang berani melawannya, "Maafin gue Yen." ucapnya sambil memegang tangan Yena memohon, "Gue gak punya pilihan lain, tolong maafin gue."

"Kalau lo gak salah, lo gak harus minta maaf sama Adeliya. Gue percaya kok sama lo."

Permintaan maaf Adeliya tersamarkan oleh ingatan Yena tentang kata-kata yang diucapkannya satu tahun yang lalu pada Iren, apa karena itu Iren dikeluarkan? Tidak mungkin!

Entah kenapa kata-kata Adeliya sangat berpengaruh dengan emosinya saat ini, Yena yang tadinya sangat marah dibuat terdiam dengan pernyataan Adeliya.

Yena menepis tangan Adeliya lalu pergi meninggalkan Devka dan Adeliya disana.

Devka langsung menyusul Yena setelah mengucapkan beberapa kata untuk meyakinkan Adeliya agar mengaku.

Yena memegangi kepalanya yang berdenyut sakit, seseorang menghampirinya dan memegang bahunya ketika Yena tidak dapat menyeimbangkan pijakannya sendiri.

"Lo gak papa?"

Yena menatap cowok itu lama, "Apa peduli lo?!" bentaknya.

"Heran gue sama kalian, kenapa hobi banget bentak gue?"

Yena memutar bola matanya tak acuh, padahal Devka menolongnya tapi dia sangat tidak suka dengan kehadiran cowok itu.

"Lo punya video itu? Sejak kapan?"

"Itu gak penting." jawab Devka santai.

"ITU PENTING BUAT GUE!" teriak Yena, "Dari awal lo punya video itu terus lo diem doang selama satu tahun ini?" tanyanya.

"Karena itu bukan urusan gue."

Tangan Yena mengepal kuat, dia ingin menampar Devka saat ini juga. Namun, ketika tangannya bergerak perlahan, seseorang menghentikan tangan Yena dan menggenggamnya erat.

Rendy datang dan menatap Yena sambil menggelengkan kepala pelan, isyarat agar Yena tidak terlalu gegabah terhadap cowok didepannya saat ini.

Devka menaikkan salah satu alisnya, "Kenapa lo ikut campur?"

"Karena itu urusan gue." jawab Rendy santai.

Yena dibuat terkejut dengan kehadiran Rendy, pasalnya cowok itu sudah beberapa hari ini tidak bisa dihubungi. Lalu, apa sekarang cowok itu muncul hanya karena mendengar kabar tentang Iren? Apa Rendy benar-benar menyukainya? Atau hanya sekedar peduli?

SINARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang