>>>
Tidak apa-apa, hal baik akan selalu terjadi walaupun kamu memilih pilihan yang salah.
>>>
Diruang keluarga yang cukup hening, dua manusia yang memiliki sikap berlawanan itu duduk di kursi yang berjauhan. Devka melirik saudaranya yang fokus bermain game, sudah berapa lama mereka saling mendiami satu sama lain. Itu hal yang wajar, karena mereka tidak terlalu dekat.
"Lo gak belajar?" pertanyaan itu Devka lontarkan untuk pertama kalinya setelah tiga hari ini mereka tidak bertegur sapa.
Deka melirik sekilas lalu kembali memainkan game di ponselnya. "engga." jawabnya singkat.
"Lo kemarin ke kafe sama cewek?" tanya Devka lagi.
Kali ini Deka melirik tertarik, mengubah posisi berbaringnya menjadi duduk.
"Lo tahu dari mana?"
"Temen." Jawab Devka singkat.
"Tumben lo tanya hal itu." Deka bingung karena tidak biasanya Devka bertanya soal keseharian Deka.
"Dia siapa? Pacar lo?" Tanya Devka lagi.
"Bukan, cuma temen." Walaupum bingung, Deka tetap menjawab dengan baik pertanyaan saudara kembarnya itu.
"Oh."
Setelah itu tidak ada percakapan apapun lagi, Deka yang masih bingung pun kembali bermain game dan Devka naik ke kamarnya di lantai atas.
***
Pagi harinya, ujian dimulai pukul tujuh. Sebelum masuk ke ruangan mereka menyempatkan membuka buku untuk mengulang hafalan mereka saat malam. Ada yang belajar mati-matian ada pula yang tidak menghafal satu kalimat pun, yang mereka yakini adalah bahwa keberuntungan akan memihaknya, karena yang terpenting mereka bisa lulus sekolah.
Sindy menghela nafas lega karena dia tidak duduk bersama Rendy, walaupun sebenarnya Rendy akan berada disampingnya dan duduk dimeja yang berseberangan.
Sindy duduk dengan kakak kelas perempuan bernama Syafa, ketika lima menit lagi ujian dimulai siswa-siswi mulai memasuki kelas dengan memperlihatkan kartu ujian. Jika tidak membawa kartu ujian mereka harus ke ruang guru dulu sebentar untuk menerima kartu ujian cadangan.
Untungnya Sindy tidak pernah melupakannya, sayang sekali jika kartu ujian itu hilang. Dia akan telat mengisi lembar jawaban soal jika sampai itu terjadi.
Setelah duduk dikursinya Sindy melihat Rendy melewati mejanya dan duduk berseberangan dengannya. Rendy mengabaikan Sindy seolah-olah cewek itu tidak ada di sampingnya, Rendy mungkin sudah sangat membencinya. Pesan permintaan maaf yang Sindy kirim tidak mendapat balasan. Sindy menspam ucapan maaf sampai ratusan kali, berharap Rendy akan membalas dan memaafkannya. Namun, sekarang malah nomornya yang diblokir oleh cowok itu.
Ujian dimulai, lembar jawaban dibagikan terlebih dahulu untuk mengisi nama peserta ujian. Lalu estafet memberikan lembar soal, begitupun seterusnya.
Sindy mengisi soal dengan tenang, walaupun ada beberapa murid yang terdengar berbisik dibelakangnya. Dia bukan seseorang yang akan menegur orang lain, Sindy lebih mengabaikannya saja. Yang terpenting adalah dia mengisi semua jawaban soal dengan maksimal.