[XXXII] Berusaha Mendekat

47 2 0
                                    

>>>

Bersama semesta, waktu akan berjalan dengan semestinya.

>>>

Pagi ini, Sindy berangkat sekolah dengan perasaan gelisah. Walaupun kebenaran terungkap, dia ragu orang-orang disekitarnya akan percaya lagi padanya. Sindy tidak melakukan kesalahan, tapi sifatnya yang takut akan pandangan orang-orang tentangnya masih menghantuinya.

Saat melewati koridor kelasnya, tidak ada satupun yang menyapa Sindy.
Biasanya setiap pagi dia selalu mendapat sapaan ramah dari teman-temannya.

"Hai Sindy, baru datang?"

"Sindy mau ikut ke kantin gak?"

"Sindy, Acca mana? Gue mau nyalin tugas nih."

"Sindy, nanti pinjem buku biologi ya."

"Hai Sindy."

"Iya, pagi juga Sindy."

"Sindy hari ini ada tugas apa aja?"

Dan masih banyak pertanyaan atau sapaan lainnya yang Sindy terima, baik dari teman dekat yang Sindy kenal sampai teman yang Sindy hanya tau wajahnya tapi tidak dengan namanya. Mereka semua mengenal Sindy karena pribadinya yang ramah dan mudah bergaul dengan siapapun, walaupun mereka tau Sindy mempunyai tiga sahabat, tapi dia tidak pernah membedakan teman-temannya.

Namun, sekarang mereka hanya menatap Sindy dengan tatapan yang tidak bisa Sindy artikan. Untuk menyapa duluan pun Sindy enggan.

Apa mereka masih membenciku?
Kenapa mereka menatapku seperti itu?
Apa aku melakukan kesalahan lain?
Kenapa aku masih merasa dikucilkan?

Sindy menunduk, pertanyaan-pertanyaan itu memenuhi kepalanya saat ini.

"Selamat pagi, Sindy." sapa seorang cowok yang sekarang berdiri tepat didepannya.

Sindy mengangkat kepalanya, dia menatap cowok itu dengan bingung.

"Udah sarapan?"

Sindy menggeleng pelan.

"Nih." cowok itu tersenyum lalu menyerahkan satu bungkus roti cokelat dan susu kotak pada Sindy.

Bagaimana Rendy tau kalau Sindy menyukai dua hal itu?

"Terimakasih, kak." Sindy balas tersenyum, orang pertama yang menyapa dihari pertamanya sekolah adalah Rendy. Semoga saja hari ini berjalan dengan baik.

"Jangan lupa dimakan."

Setelah mengucapkan itu Rendy pergi menuju kelasnya. Sebenarnya dia mendengar percakapan Sindy dengan Devka kemarin.

Pernyataan bahwa Sindy tidak menyukainya.

Kalimat itu masih teringat jelas di kepalanya, ternyata hanya dia sendiri yang menyimpan rasa suka selama ini.

Rendy memang tidak bisa mengekspresikan rasa sukanya pada Sindy secara jelas, mungkin inilah saatnya dia akan berusaha mendekati Sindy secara langsung. Tidak diam ataupun hanya mengirim pesan. Rendy akan mendekati Sindy secara terang-terangan. Dia tidak ingin kehilangan cewek yang disukainya.

SINARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang