[LVI] Sulit Dimengerti

36 1 0
                                    

>>>

Kamu hanya ingin dimengerti.
Bahkan ketika kamu tidak mengerti dirimu sendiri.

>>>

Sindy duduk berhadapan dengan Devka di meja kantin, tadi Devka ada urusan sebentar. Entah kemana Sindy pun tidak bertanya, karena cowok itu dengan tiba-tiba merangkul pundaknya lalu membawa Sindy ke kantin. Mengabaikan beberapa pasang mata yang melihatnya, mereka berdua makan dengan tenang sekarang.

"Pulang nanti kita jalan lagi ya." ajak Devka.

Sindy mengangguk sambil meminum es jeruknya.

"Kamu suka durian?" tanya Sindy setelah menyeruput habis minumannya.

"Engga terlalu, kenapa?"

"Oh, gak papa."

"Kamu suka?"

"Suka." Jawab Sindy berbinar.

Devka tersenyum, "kalo gitu nanti pulang kita langsung beli ya."

"Tapi kan kamu gak suka?"

"Kalo kamu suka, aku juga suka."

"Jangan maksain." Tegas Sindy.

Devka tertawa pelan, "mungkin kalau satu atau dua biji masih bisa aku makan." Ucapnya meyakinkan.

"Bijinya?" Sindy bertanya jail.

"Kulitnya! Ya buah nya dong sayang, kamu ada-ada aja."

Sindy tertawa pelan, "Kalo buah yang kamu suka apa?" Tanyanya kemudian.

"Hm." Devka tampak berpikir. "Apel mungkin." Jawabnya.

"Kalo gitu nanti kita beli durian sama apel ya." Ucap Sindy antusias.

Devka tersenyum sambil mengangguk pelan.

"Oh iya ada yang mau tanyain."

Sebenarnya hal ini tidak terlalu Sindy pedulikan, tapi entah kenapa dia ingin bertanya untuk memastikan.

"Tanya aja."

"Kamu kemarin malam kemana?"

"Kemarin?"

"Iya, abis anterin aku pulang."

"Aku langsung pulang ke rumah kok. Kenapa kamu tanya itu?"

"Ada yang bilang dia liat kamu di jalan, sama cewek."

Devka tertawa mendengar perkataan Sindy. "Cewek siapa?"

Sindy balas tertawa kikuk, "gak tau, katanya rambutnya panjang. Kamu bonceng dia pake motor."

"Loh, kamu kan tahu motor aku lagi ada di bengkel."

"Belum beres?"

"Belum sayang, nih liat." Devka memperlihatkan foto motornya yang sedang di bengkel.

"Terus yang kemarin dia liat siapa?"

"Dia siapa sih maksud kamu?"

"Ada lah pokoknya. Kamu gak boleh tau."

"Kamu lebih percaya dia? "

"Engga kok. Aku percaya sama kamu, kamu kan sekarang kalau mau pergi kemana-mana suka bilang." Ucap Sindy sambil tersenyum.

"Nah gitu dong." Devka mengacak rambut Sindy gemas.

"Ooh iya, tadi aku dapat surat lagi." Devka mengeluarkan beberapa surat yang dia simpan di saku celananya.

SINARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang