[LXIII] Harga Diri

26 1 0
                                    

>>>

Kamu menyukai kejujuran walaupun menyakitkan?

Tidak!

Mungkin kamu menyukai rasa sakit yang timbul dari kejujuran itu sendiri.

>>>

Sindy duduk bersama ketiga temannya di taman belakang sekolah, setelah makan siang di kantin sekarang mereka menghabiskan sisa waktu istirahatnya dengan bersantai di taman. Topik pembuka pembicaraan mereka tidak lain dan tidak bukan adalah tentang akun sosial media Sindy yang diretas.
Sebelum duduk dan menghirup udara segar, disepanjang perjalanan Sindy mendengar beberapa orang menggodanya seperti caption yang tertera di akun sosial medianya.

"Murah banget 500ribu. Itu mah uang jajan gue satu hari."

"Sindy, lo mau jalan sama gue gak? Gue bayar lebih."

"Devka kok mau ya sama cewek kaya dia."

Ya....ucapan semacam itulah yang Sindy dengar. Namun, karena ini bukan pertama kalinya Sindy mendengar hujatan semacam itu, dia jadi terbiasa. Lebih tepatnya mencoba biasa saja.

"Kesel gue sama mereka, gak tahu apa-apa malah banyak bacot." Ucap Candy menahan emosinya.

"Iya, gampang banget terhasut gosip murahan."

"Harusnya lo bilang, kalo itu bukan lo." Acca ikut-ikutan kesal.

Sindy hanya menghela nafas kasar, "biarin aja."

"Justru karena kebiasaan dibiarin mereka jadi seenaknya ngatain lo." Dyra bersuara.

"Gak papa, gue gak peduli sama omongan mereka."

Candy sudah ingin menimpali, tapi karena melihat seseorang mendekati meja mereka dia kembali menutup mulutnya. Seseorang mendekat ke arah Sindy duduk, memberikan susu kotak dan roti cokelat pada Sindy dan menyimpannya di atas meja. Dyra, Acca, dan Candy hanya saling tatap, bingung dengan tujuan orang itu datang ke meja mereka.

"Kak Sindy?"

"Iya?" Sindy menoleh dan hanya menjawab santai.

"Terimakasih ya buat hari itu, katanya kak Sindy yang tolong aku. Maaf aku baru berterimakasih sekarang, kemarin kak Sindy gak masuk sekolah ya?"

"Ah? Iya, kemarin ada keperluan. Tapi, lo beneran gak papa kan?" Sindy bertanya khawatir.

"Berkat kak Sindy aku baik-baik aja kok."

"Syukurlah." Sindy tersenyum dan dibalas senyuman juga oleh Meisya.

"Sekali lagi makasih ya kak, aku duluan." Meisya berlalu pergi dengan malu-malu, terlihat sangat lucu bagi Sindy melihat caranya berterimakasih.

Sindy mengangguk, padahal tidak usah memberinya makanan seperti ini. Sindy ikhlas menolong Meisya, tapi karena adik kelasnya itu berlalu pergi dengan terburu-buru dia akan menghargai pemberiannya dan memakannya dengan senang hati.

Sindy membuka roti cokelat hendak memakannya, "sampai mana tadi pembicaraan kita?" Tanyanya sambil mengigit roti cokelat kesukaannya.
Ketiga temannya hanya diam melihat gerak-gerik Sindy.

"Tadi itu pacarnya kak Rendy, kan?" Tanya Acca.

Sindy mengangguk sambil terus mengunyah.

"Siapa sih namanya? Duh, gue lupa lagi." Ucap Candy.

SINARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang