[XIII] Pendekatan Pertama

81 2 0
                                    

>>>

Jika kamu berharap kepada manusia, bersiaplah untuk kecewa.

>>>

Pelajaran yang sedang berlangsung di kelas 11 IPA 1 membuat Yena mengurungkan niatnya untuk mengumpat kepada cowok yang duduk didepannya saat ini.

Yena duduk dimeja kedua dari arah kiri pintu masuk kelas, sebangku dengan cewek manis berkacamata bernama Adeliya. Pandangan Yena terbagi antara Rendy -yang berada didepannya- dan Devka -yang berada disamping kanannya-.
Dia meremas roknya dengan geram, lalu membenamkan wajahnya diatas meja.

"Selesaikan tugas halaman 50 lalu kumpulkan. Ibu keluar dulu sebentar."

Sedetik kemudian Yena menegakkan punggungnya lalu melihat guru Matematika tersebut keluar dari kelasnya.
Kelas yang tadinya hening mendadak ramai oleh sorak-sorai siswa yang frustasi melihat soal Matematika dibukunya.

"Ssttt, Rendy lo denger gue gak?"

"Iya, ada apa?" jawab Rendy tanpa menoleh.

"Lo kemana sih tadi? Udah gue bilang deketin Sindy. Lo kalah cepat sama Devka." Bisik Yena, agar cowok yang dighibah-kan tidak mendengar.

"Gue dikantin."

Refleks, Yena memukul bahu Rendy dengan keras. Suasana kelas yang cukup berisik dengan kegiatan masing-masing, tidak begitu peduli dengan apa yang Yena lakukan.

"Sakit Yen, lo kenapa sih? Sensi terus dari tadi? PMS?"
tanya Rendy kesal, lalu membalikkan badannya menghadap Yena.

"Wahhh, gila, gue emosi lama-lama sama lo." Yena mengibaskan tangannya mencoba memendam amarah. "Lo di kantin tapi diem aja? Gue mulai ragu lo suka sama Sindy."

Rendy tidak menjawab, lalu dia menghadap kedepan lagi untuk menyelesaikan tugas Matematika-nya.

"RENDY GUE LAGI NGOMONG SAMA LO!!!" teriak Yena. Seketika seisi kelas menatap Yena dengan bingung.

Kebingungan itu semakin memuncak setelah Devka menarik paksa lengan Yena.
"Ikut gue keluar."

Rendy yang melihat itu hanya terdiam dan mematung dengan ekspresi tanpa arti.

"Aw, kok lo kasar gini sih?" ucap Yena setelah mereka keluar kelas dan berdiri didekat taman.

Devka hanya diam sambil terus menatapnya dengan tajam. Di tatap seperti itu entah kenapa membuat Yena gugup, dia menelan salivanya dengan susah payah. "Mau apa lo Dev? Perasaan, gue gak terlalu akrab deh sama lo."

"Lo gak suka kalo gue deket sama Sindy?" tanya Devka to the point.

"Hah?"

"Lo gak budeg kan?"

"Baru juga ngobrol udah ngatain. Kenapa lo nanya gitu?"

"Jawab aja, apa susahnya sih!!!"

"Iihhh, lo ngebentak gue? Makin gak suka gue sama lo." ucap Yena sambil mengalihkan pandangannya.

"Lo pikir gue juga suka sama lo? Engga!!!" ucap Devka penuh penekanan.

"Awas aja lo kalo nyakitin Sindy. Gue jamin hidup lo gak bakal tenang." ucap Yena final, setelah itu berlalu meninggalkan Devka.

Devka hanya mengacak rambutnya dengan kesal, kemudian mengekori Yena yang sudah jauh menuju kelas.

***

Kelas 11 IPA 1 sudah hampir kosong, karena lima menit yang lalu siswa-siswi berhamburan keluar kelas untuk pulang. Menyisakan satu orang cowok yang masih berdebat dengan kedua temannya.

SINARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang