[XLIII] Dream Catcher

33 2 0
                                    

>>>

Aku menyukaimu lewat mimpi.
Kamu membenciku secara nyata.

>>>

Deringan ponsel membangunkan Sindy dari tidurnya, dia mengerjap dan langsung duduk ditepian ranjang sambil mengedipkan matanya beberapa kali secara perlahan.

Mengantuk.

Itu karena dia begadang kemarin malam.
Untungnya ini hari minggu, jadi dia bisa tidur lagi. Namun, ponselnya tidak membiarkannya istirahat sejenak. Sindy meraih ponselnya dengan malas, siapa lagi yang meneleponnya pagi ini kalau bukan .... Rendy.

Rendy?

Apa dia tidak salah lihat, Rendy meneleponnya?

Saking bingungnya, Sindy hanya membiarkan ponselnya menyala dan berdering. Cewek itu hanya bisa melihat nama yang tertera dilayar pipih itu.

Nama seseorang yang Sindy pikir tidak akan menghubunginya lagi.

Panggilan berakhir.

Sindy yang setengah sadar langsung berdiri, melihat ponselnya dengan perasaan kecewa. Harusnya dia angkat panggilan itu segera.

Sindy turun dari lantai atas menuju dapur, membuka kulkas dan mengeluarkan satu botol minuman. Dia meminumnya perlahan, tanpa mengalihkan pandangan pada ponselnya yang dia biarkan tergeletak diatas meja makan.

Ponselnya berdering kembali.

Dengan cepat Sindy mengangkat panggilan itu.

"Halo?"

Sindy mendengar Rendy berbisik ditelepon, tapi tidak terdengar jelas.

"Kak Ren?" tanya Sindy memastikan.

"Kamu lagi dimana?"
Tanpa basa-basi, Rendy langsung bertanya.

"Dirumah, kenapa emangnya?"
tanya Sindy heran.

Hening seketika, Sindy hanya bisa mendengar suara hembusan napas dari seberang telepon ditambah suara-suara berisik yang tidak jelas terdengar.

"Kak? Halo?"

"Gak jalan sama dia?"

"Dia siapa?"

"Ber_rt_ y__g _k_ l_hat __kan k_mu?"

"Halo? Kak Ren maaf suaranya putus-putus."

Sindy diam untuk mendengar Rendy berbicara lagi, apa sinyalnya jelek? Dia tidak bisa mendengar suara Rendy dengan jelas.

"Na_ti _ita bic_ra l_gi."

Lalu sambungan terputus dari seberang.

Sindy menatap layar ponselnya dalam diam. Apa sebenarnya yang akan Rendy katakan padanya?

Notifikasi masuk, ada satu pesan dari Devka.

Dev
Maaf baru balas, kemarin malam aku ketiduran.

Hari ini Sindy berencana mengambil motornya yang masih di bengkel, setelah itu pergi ke toko antika untuk membeli sesuatu. Dia menanyakan apakah Devka bisa mengantarnya pergi, tapi cowok itu tidak membalas pesannya kemarin malam.

Dev
Kalau pagi ini aku gak bisa, nanti siang aja aku antar kamu ke sana ya?

Devka menjawab pertanyaan Sindy kemarin, cewek itu hanya bisa pasrah. Tidak apa-apa, lagipula dia bisa naik angkot untuk mengambil motornya di bengkel.

SINARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang