[XLVII] Memulai Perkelahian

43 2 0
                                    

>>>

Beberapa orang tidak pandai menolong atau melibatkan dirinya dalam masalah orang lain, mereka hanya pandai membicarakannya.

>>>

Sindy berlari keluar kantin dengan tergesa-gesa, menabrak siapapun yang menghalangi jalannya. Perkelahian masih berlangsung dan tidak ada yang mencoba melerainya.

"Guru-guru masih rapat buat ujian hari senin. Gimana, Sin?" Acca berucap khawatir.

Bisa dibilang, ini bukan sebuah pertengkaran karena hanya Devka yang mencoba memukul sedangkan Rendy hanya diam pasrah menerima pukulan.

Sindy dapat melihat Devka mengepalkan kedua tangannya, cowok itu siap melayangkan satu pukulan lagi pada wajah Rendy. Namun, dengan cepat Sindy meraih tangan Devka mencegahnya untuk melakukan pukulan.

"Berhenti!!!" Sindy berteriak.

Tapi karena Devka pikir yang mencengkeram tangannya adalah orang lain, jadi cowok itu mendorongnya untuk menjauh. Kesadarannya baru kembali setelah melihat Sindy terjatuh cukup keras karena membentur pohon di pinggir lapangan.

Rendy yang melihat itu langsung mencoba menghampiri Sindy, tapi Devka tidak tinggal diam, dia terkejut mendapati Sindy yang meringis kesakitan melihat telapak tangannya yang terluka. Cowok itu mencengkeram kerah Rendy dan menariknya untuk berdiri, menjauhkannya dari hadapan Sindy.


"Jangan sekali-kali lo deketin cewek gue!" tegas Devka.

Devka melihat keadaan Sindy dan membantunya berdiri lalu memapahnya menuju UKS. Beberapa orang yang menyaksikan hanya bisa terdiam, itu karena mereka tidak ingin terlibat dengan masalah orang lain. Mereka hanya pandai membicarakannya, mungkin sebentar lagi akan ada gosip murahan yang tersebar.

Sebelum benar-benar pergi, Sindy melirik ke tempat dimana Rendy masih terduduk menahan sakit di pelipisnya karena ulah Devka. Seharusnya Rendy yang dibawa ke UKS, sedangkan Sindy hanya mendapat luka kecil di telapak tangannya.

"Maaf, aku gak sengaja." ucap Devka setelah sampai di ruang UKS, mendudukkan Sindy di ranjang sedangkan dia berlutut dibawah.

"Kenapa kamu pukul dia?"

Devka diam, dia masih merasa bersalah karena mendorong Sindy cukup keras sehingga cewek itu terluka. Devka mengambil kotak P3K dan membukanya.

"Dev, aku lagi ngomong sama kamu."

Devka menarik tangan Sindy perlahan untuk melihat lebih dekat bagian telapak tangannya yang terluka, cowok itu meniup luka Sindy dan mengoleskan obat secara lembut. Hal itu membuat Sindy terdiam untuk beberapa saat.

"Masih sakit? Maaf ya." ucap Devka lagi.

"Kamu belum jawab pertanyaan aku."

"Aku .... cuma takut." Devka menatap mata Sindy dengan kekhawatiran yang terpancar dengan jelas dimatanya.

"Takut apa?" Sindy bertanya bingung.

"Aku takut kamu bakal ninggalin aku demi dia." jawab Devka jujur.

Awalnya ini hanya taruhan dengan teman-temannya.
Awalnya Devka hanya akan bermain-main dengan Sindy, tanpa melibatkan perasaannya.
Awalnya dia berkata dengan tegas bahwa dia tidak akan menyukainya.

SINARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang