[XX] Moment Kecil

68 3 0
                                    

>>>

Bukankah sebelumnya kamu mempunyai banyak mimpi?
Tapi sekarang kamu bagaikan mimpi, setidaknya bagiku!

>>>

"Dia yang udah buat gue berubah."

"Berubah?" tanya Sindy bingung.

"Iya, ternyata nyakitin orang yang kita suka lebih sakit daripada disakitin sama orang."

"Kakak pernah nyakitin Kak Ren?"

Renata menghela nafasnya gusar, sebelum akhirnya bercerita kembali "Tanpa sengaja, semua berawal dari gue yang ngebully cewek yang dia suka sampai cewek itu pindah sekolah."

"Apa? Siapa?" Sindy menatap Renata lekat.

"Namanya Iren. Lo boleh gak percaya sama gue, tapi itu kenyataannya."

Sindy diam, dia tidak tahu harus percaya atau tidak.

"Gue gak nyangka tiba-tiba Rendy suka sama lo dan ngelupain Iren, padahal dulu dia suka banget sama cewek itu."

"Kak Rendy suka sama aku?" tanya Sindy memastikan, walaupun mereka berdua dekat bukan berarti Sindy akan menganggap baiknya Rendy itu sebagai bentuk suka. Mungkin saja Rendy memang baik pada semua orang.

"Iya, dia suka sama lo. Gak percaya?"

Belum juga Sindy menjawab, tidak lama setelah itu seseorang menarik tangan Sindy dan membuat Sindy berdiri, Renata terkejut melihat sesosok cowok dihadapannya. Cowok itu memegangi pergelangan tangan Sindy dengan erat.

"Rendy?" Renata mencoba bersikap biasa saja.

"Ikut gue sekarang!" Rendy menatap Sindy dan langsung menarik tangannya menjauh dari Renata.

"Tapi__" Sindy melihat Renata yang masih duduk ditempatnya dan perlahan mulai menjauh sampai tidak terlihat.
Setelah cukup jauh, Rendy melepaskan genggamannya dan mengalihkan pandangannya dari Sindy.

"Kenapa sih kak? Aku belum selesai ngomong sama Kak Rena."

"Jangan temuin dia lagi!"

"Kenapa?"

"Gue takut lo kenapa-napa."

"Tapi buktinya aku baik-baik aja."

"Terus kenapa tangan lo bisa luka? Ini ulah Renata kan?" Rendy bertanya sambil melihat beberapa luka di tangan Sindy.

"Bukan, Kak Rena gak ada hubungannya sama ini." bela Sindy.

Rendy menghela nafasnya, dia tidak ingin percaya, tapi Sindy juga bukan tipe orang yang pandai berbohong.
"Kenapa lo gak angkat telepon dari gue?" tanya Rendy pada akhirnya.

"Hah?" Sindy bingung, dia langsung mengambil ponselnya dan melihat ada lima belas panggilan tak terjawab.

"Lain kali angkat!"

"Iya iya, maaf."
Sindy menatap Rendy, namun diabaikan karena cowok itu terus saja mengalihkan pandangannya.

"Khawatir ya?" goda Sindy karena tidak bisa melihat ekspresi wajah Rendy.

SINARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang