[XXI] Toko Antika

59 3 0
                                    

>>>

"Alasanku menyukaimu begitu banyak, salah satunya yaitu 'Kamu berbeda dari kebanyakan orang."

>>>

Triiinggg...
Lonceng di pintu Toko Antika berbunyi menampakkan seorang cewek dengan rambut diikat dan seorang cowok tinggi yang mulai masuk ke dalam Toko tersebut.

"Selamat sore Kak Rissa." sapa Sindy tersenyum ramah bahkan terlihat akrab kepada pemilik toko.

"Sindy? Apa kabar? Kenapa jarang kesini?" tanya Rissa, dia bersekolah di SMA Antariksa kelas sebelas. Jika hari libur dia memang sering membantu ibunya menjaga toko.

Saat dulu Sindy masih bernaung di rumah bibinya, Sindy memang sering ke Toko Antika, karena jaraknya dekat dengan rumah bibinya sama seperti Taman Pelangi.
"Baik kak, Kakak apa kabar? Aku udah pindah rumah, maaf gak ngasih tahu dulu."

"Pindah kemana? Kamu gak tinggal sama bibi kamu lagi?"

"Engga kak, aku sekarang tinggal di Komplek Pelita. Kapan-kapan mampir ya kak."

Rissa mengangguk, cukup mengerti dengan apa yang Sindy ucapkan. Setidaknya dulu Sindy memang sudah bercerita kepada Rissa soal keluarganya.
Rissa melirik seorang cowok disamping Sindy. "Siapa? Pacar kamu?"

Langsung saja Sindy menggeleng, namun sangat pelan. "Bukan kak, dia temen aku." ucap Sindy lalu melangkah kedalam toko lebih jauh. "Aku boleh liat-liat dulu kan?" tanyanya mengalihkan pembicaraan.

Rendy hanya bisa menatap Sindy tanpa arti, lalu mengikuti cewek itu untuk memilih barang antik didalam toko. Toko minimalis dengan barang-barang yang tidak hanya antik, tapi didalam toko juga terdapat benda-benda modern dengan tampilan yang unik. Musik box, jam pasir, jam tangan, hingga jam dinding yang terbuat dari kayu ada di sana.
Lampu tidur, lampu tumblr dan lampu-lampu lain yang begitu unik terpampang di setiap sudut toko.

"Kamu mau beli apa? Biar aku cariin." tanya Rissa kepada Sindy.

"Miniatur Avenger, ada?"

"Bentar aku cari dulu, kamu liat-liat aja yang ada. Barangkali suka." ucap Rissa kemudian melangkah menuju ruangan yang lain.

Sindy melirik kepada Rendy, cowok itu hanya diam dan terus melihat sekitar. "Kakak mau beli sesuatu gak?" tanyanya.

"Engga."

"Pilih aja satu barang, hadiah dari aku sebagai ucapan terimakasih karena Kakak udah anterin aku."

"Gak usah."

"Ya udah biar aku yang pilihin."

"Kenapa?" tanya Rendy. Sindy hanya diam karena tidak mengerti. "Kenapa lo selalu mau bales kebaikan orang?" jelasnya.

"Kebaikan emang harus dibales dengan kebaikan lagi. Aku gak bisa seenaknya ngerepotin orang lain tanpa ngasih mereka apa-apa. Jadi, Kakak mau pilih sendiri atau aku yang pilihin?" jelas Sindy panjang lebar.

"Ya udah iya, gue pilih sendiri."

"Oke."

"Ngomong-ngomong, soal tadi yang dijembatan—"

SINARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang