[XXIII] Balas Dendam

59 3 0
                                    

>>>

Hidup tidak akan tenang, jika masih mempunyai dendam.
Melupakan memang sulit, jadi cobalah untuk mengikhlaskan.

>>>

Senin pagi, seperti biasa Sindy berangkat sekolah bersama Dyra.
Mobil Dyra memasuki area parkir sekolah yang lumayan luas.
Seperti biasa juga, Acca dan Candy menunggu di resepsionis.
SMA Kenanga memang mempunyai fasilitas lumayan lengkap.
Ruang resepsionis, ruang guru, ruang kelas, auditorium, gymnasium, perpustakaan, kantin, lab. komputer, lapangan luas indoor maupun outdoor, jaringan wifi yang memadai bahkan kolam renang dalam ruangan. Setiap harinya mereka masuk ke dalam sekolah secara bersamaan.
Seperti sekarang, mereka berjalan beriringan untuk masuk ke kelas.

Tiba-tiba seseorang datang menghadang jalan mereka, orang itu tepat berada dihadapan Sindy. Dia mendongak dan menemukan sosok cowok kasar yang dia tinggal kemarin sedang menatapnya.

"Gue perlu ngomong sama lo."

Dyra yang melihat itu memasang wajah tidak suka, dia langsung meninggalkan Sindy tanpa mengucapkan apapun.

"Kita tunggu dikelas ya, Sin." Acca menepuk bahu Sindy dan berlalu pergi bersama Candy menyusul Dyra.

"Apa lagi sih?" Mood Sindy belum berubah. Dia mempunyai firasat buruk hari ini. Ditambah lagi wajah kesal milik Dyra membuatnya makin merasa bersalah.

"Gue mau minta maaf." tatapan Devka berubah sendu. Sindy hanya bisa mengernyitkan kening.
"Gue gak bermaksud ngebuat lo dalam masalah."

"Gue rasa nih ya. Jangan-jangan Kak Dev punya kepribadian ganda."
ucapan Candy kemarin masih membekas dipikiran Sindy.

Tapi Sindy tidak pernah sedikitpun melihat sisi baik dari Devka, dia juga tidak yakin cowok itu meminta maaf dengan tulus saat ini.

"Iya, gue maafin." Sindy berucap sambil melihat sekelilingnya mencari seseorang, orang itu belum terlihat hari ini. Pesan terakhir yang Sindy kirim pun hanya dibaca dan tidak ada balasan sampai detik ini.

"Gue beneran minta maaf." Devka melihat gerak-gerik Sindy, cewek didepannya tampak tidak tertarik dengan permintaan maaf Devka.
"Lo lagi nyari siapa sih?"

"Kak Rendy."

"Gue lagi ngomong sama lo, dan lo malah fokus nyari orang lain?" Devka kembali membentak, memang tidak ada kata halus dalam kamusnya.

Sekarang Sindy menatap Devka, cowok itu bahkan tidak terusik sama sekali dengan tatapan tajam Sindy.
"Apaan sih. Lo udah selesai ngomong kan? Jadi, lo bisa pergi sekarang!"

Sindy masih belum percaya sepenuhnya dengan ucapan Candy kemarin. Itu hanya asumsi yang lumayan gila, Devka memang tidak baik dari awal. Dia salah mengira orang.

Interaksi Sindy dan Devka menjadi pusat perhatian siswa dan siswi yang lewat. Termasuk geng RYM yang melihat mereka dari kejauhan.

"Lo liat dia? Itu cewek emang kegatelan, masih berani dia masuk sekolah dan deketin Devka setelah apa yang dia lakuin ke gue kemarin." ucap Yurina dengan tatapan tajam yang dia arahkan ke Sindy.

"Kemarin? Emang ada apa?" tanya Renata penasaran.

"Dia udah mempermalukan gue di depan umum!" nafas Yurina menggebu, dia terlihat sangat geram.
"Lo suka kan sama Rendy, gue bakal bantuin lo buat hancurin Sindy. Dengan begitu, Lo bisa dapetin Rendy dan gue bisa dapetin Devka. Gimana?"

Renata diam beberapa detik, lalu dia menjawab pelan. "Kalo bisa, gue harap cewek itu lebih menderita daripada Iren."

"Bagus." senyuman miring menghiasi wajah Yurina.

SINARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang