[IV] Pindah Rumah

116 2 0
                                    

>>>

Karena hal terbaik selalu terjadi kebetulan.

>>>

Minggu, 09.01 AM
di Rumah Sindy

Pesan Chat ^

Kak Ren
lagi apa?

Sindy
sibuk.

Kak Ren
ok.

Read

___

"Sindy tolong bantu paman kesini!" teriak Andi dari arah luar.

"Sin, lo di panggil paman tuh." Candy menepuk pundak Sindy untuk menyadarkan lamunannya.

"Ahhh iya."
Sindy bergegas menemui pamannya.

Sebuah rumah bernuansa hijau menjadi tempat yang nyaman bagi Sindy. Sekarang dia sedang membantu Andi -pamannya- menanam sebuah pohon kecil di area taman.

Keluarga dan sahabatnya berkumpul dalam satu tempat sekarang. Sindy menyukainya.
Suga sedang membereskan kamarnya dilantai atas. Aini dan Acca merapikan meja dan peralatan makan di dapur. Dyra menyusun barang-barang di ruang keluarga. Candy menata kursi-kursi di ruang tamu.

Sindy terus menerus melihat layar ponselnya. Sindy naik ke lantai atas untuk membereskan kamarnya sekarang. Kamar Sindy berjarak 5 langkah dari kamar papanya.

Pesan Chat ^

Kak Ren
msih sibuk?

Sindy
Y

Read

___

Sangat singkat, dan membuat Sindy tambah penasaran. Semenjak pertemuan itu, Sindy memikirkan tentang seseorang bernama Yena. Mungkin kah itu sahabat Sindy di sekolah SMP-nya.

Dari cara Rendy mengiriminya pesan chat. Itu sama persis seperti saat Sindy berteman dengan Yena. Yena tidak peduli dengan ungkapan Senior-Junior, itu sebabnya Sindy tetap memanggil Yena tanpa sebutan kakak.
Yena adalah kakak kelas Sindy di SMP dan menjadi sahabat Sindy satu-satunya saat itu.

Sindy mulai nyaman berkirim pesan dengan Rendy, seperti seorang teman. Walaupun begitu Sindy akan tetap memanggilnya Kak Ren, itu akan membuat Sindy merasa lebih nyaman.

Sindy tidak pernah tau jika Yena sekolah di SMA Kenanga. Sindy kehilangan kontak dengannya semenjak kecelakaan itu.

"Sin, lagi ngapain? Kok ngelamun?"
Dyra memasuki kamar Sindy untuk membantunya merapikan kamar.

"Ng..engga. Gue lagi..."

"Ponsel lo bunyi terus tuh. Kayanya ada chat masuk" potong Dyra.
"Dari siapa?" tanyanya kemudian.

"Paling Kak Ren." jawab Sindy santai, sambil menata bukunya di rak.

"Lo sering chatan sama Kak Ren? Kok gak bilang."

SINARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang