>>>
Kamu adalah penerang.
Namun, siapa sangka penerang itu akhirnya akan menghilang.>>>
"Gue terima."
Masih tidak menyangka kalimat itu terucap, Devka bertanya lagi memastikan.
"Lo serius? Nerima gue jadi pacar lo sekarang? Berarti kita jadian?"
Devka tidak dapat menyembunyikan perasaan bahagianya, Sindy tersenyum kecil melihat reaksi Devka yang lumayan berlebihan.
"Kenapa? Lo gak mau gue terima?"
"Engga, bukan gitu."
Anehnya, Devka benar-benar merasa senang saat ini. Devka bahkan tidak ingat tentang taruhannya saat mendengar jawaban Sindy. Cowok itu hanya merasa senang bahwa Sindy menerimanya.
Spontan Devka memeluk Sindy dengan erat, Sindy membulatkan matanya. Cowok itu memang suka bertindak dengan tiba-tiba.
"Makasih." ucap Devka lalu melepaskan pelukannya, "Gue antar lo pulang sekarang." ucapnya sambil tersenyum.
"Ayo." ajak Devka, menggenggam tangan Sindy dan membawanya berjalan bersama.
Sindy hanya menurut, aneh rasanya melihat sisi Devka yang seperti itu.
"Makasih soal yang tadi." ucap Sindy saat sampai didepan rumahnya.
"Gak masalah. Besok mau berangkat bareng?" tanya Devka.
Sindy tampak berpikir, dia baru menyadari tentang apa yang akan terjadi setelah ini.
Apakah Dyra akan marah padanya karena menerima Devka?
Apakah Yena juga tidak suka dengan keputusan yang Sindy ambil? Karena sekali lagi, Sindy adalah orang yang selalu memikirkan apa yang orang lain pikirkan tentangnya. Sindy khawatir akan pandangan orang-orang disekitarnya."Gue boleh minta tolong?" tanya Sindy pada akhirnya.
"Hm, tolong apa?"
"Jangan dulu kasih tau siapa-siapa tentang kita."
Devka mengerutkan kening bingung, "kenapa?"
"Gak papa. Nanti juga mereka tahu dengan sendirinya."
Devka diam, mencerna ucapan Sindy.
Lalu cowok itu hanya mengangguk, Sindy hanya tersenyum kecil melihatnya, matanya tiba-tiba saja teralihkan pada pergelangan tangan Devka. Gelang yang membuat Sindy yakin bahwa Devka adalah orang yang menyelamatkan kedua orang tuanya ada dipergelangan cowok itu."Gue juga punya permintaan." ucap Devka.
"Apa?"
"Kayanya kita perlu ganti sapaan. Jangan lo-gue, pake aku-kamu aja gimana?"
Sindy tersenyum lagi lalu mengangguk.
Devka memegang tangan Sindy dan berucap pelan, "kalau gitu aku pulang dulu ya."
"Hm, hati-hati dijalan."
Devka melepaskan tangan Sindy dan pergi dari sana.