[LVII] Masih Bertahan

30 1 0
                                    

>>>

Setia itu mahal,
Tidak bisa dilakukan oleh orang murahan.

>>>

Minggu pagi yang cerah, Sindy gunakan waktu paginya dengan berolahraga. Langkah kakinya mulai melemah setelah memutari taman sebanyak lima kali. Sudah satu bulan lebih Sindy rutin lari pagi setiap hari minggu, dia akan mencoba gaya hidup sehat dan melakukan olahraga ringan. Tentu saja untuk diri sendiri, walaupun ada beberapa orang yang mengatakan bahwa badannya mulai berisi, perkataan seperti itu tidak pernah berpengaruh bagi Sindy. Tubuhnya adalah miliknya, selagi dia sehat entah berisi ataupun kurus Sindy akan selalu bersyukur tentang apa yang ada pada dirinya.

"Udah berapa putaran?"

Sindy melirik ke sampingnya, seseorang bertanya saat Sindy berhenti berlari dan memilih untuk berjalan santai.

"Lima." Jawab Sindy singkat

"Hm." Cowok itu tampak berpikir, "aku baru tiga." Ucapnya sambil mengangkat tiga jarinya dan tersenyum.

Namanya Leo, seseorang yang baru Sindy kenal dua minggu yang lalu. Dia kebetulan lari pagi ditaman, sama seperti Sindy dan kebetulan juga pernah menolongnya saat Sindy terjatuh. Kepribadiannya ramah, suka menyapa lebih dulu, dan terlihat ceria. Itulah kenapa Sindy juga mudah akrab dengannya. Tapi hanya sekedar itu. Tidak lebih.

Sambil berjalan santai, Leo mensejajarkan langkahnya dengan Sindy. Sehingga mereka berjalan beriringan.

"Kenapa?" Sindy bertanya karena merasa diperhatikan dari samping.

"Boleh minta nomor kamu?" Tanya Leo to the point.

Sindy berhenti melangkah, "buat apa?"

"Hm, komunikasi. Kita bisa jadi teman."

Sindy diam, dia tidak bisa memberikan nomornya pada orang yang baru saja dia kenal. Terutama laki-laki. Pacarnya begitu posesif, Devka tidak akan membiarkan siapapun mendekati Sindy.

"Ada yang marah ya kalau aku minta nomor kamu? " Leo bertanya curiga karena Sindy hanya diam.

Sindy hanya mengangguk pelan, "maaf."

Leo tersenyum, "gak papa, santai aja. Gak mungkin juga cewek secantik kamu gak punya pacar."

"Kalau gitu, aku duluan ya." Sambungnya, lalu berlari sambil melambaikan tangan pada Sindy.

Sebenarnya bukan hanya Leo, saat Sindy sedang sendiri dan pergi keluar ada beberapa cowok yang terang-terangan meminta nomornya dan mengajak kenalan, tapi Sindy menolak memberikannya. Karena, bagaimanapun juga Sindy harus menghargai Devka sebagai pacarnya. Tidak membiarkan siapapun masuk kehidupnya terutama laki-laki. Pertemanan laki-laki dan perempuan tidak akan bertahan lama, salah satunya pasti akan menaruh rasa. Sindy menutup hatinya untuk siapapun, karena sudah ada Devka didalamnya.

Sindy duduk di taman setelah selesai berlari sepuluh putaran, menetralisir nafasnya lalu meneguk minumannya sampai tandas. Setelah itu pulang kerumah dengan berlari pelan.

Ketika membuka gerbang utama rumahnya, Sindy bisa melihat papanya sedang menyiram bunga di taman kecil yang dulu mereka buat.

"Sudah pulang?" Suga bertanya saat Sindy masuk kedalam.

SINARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang