>>>
Yang terbaik itu, tidak berharap dan tidak memberi harapan pada manusia.
>>>
"Kalo gue minta lo jadi pacar gue, mau?"
"Hah?" Sindy terkejut, ini sangat tiba-tiba untuknya.
"Lo ingat pesan pertama yang gue kirim?"
Tentu saja Sindy ingat, dari awal sikap cowok didepannya memang aneh. Mana ada orang yang langsung menembaknya seperti itu tanpa basa-basi terlebih dahulu.
"Ingat, kenapa?"
"Lo pikir gue becanda ya? Gue gak main-main pas bilang gue suka sama lo."
"Bukan gitu, tapi —" kalimat Sindy menggantung, dia tidak tahu harus berkata apa.
"Apa yang buat lo ragu?"
Sindy diam, dia bukannya ragu tapi ada alasan lain.
"Lo lagi suka sama seseorang?"
Sindy ingin menjawab iya, tapi lagi-lagi mulutnya diam.
"Lo suka sama Rendy?"
"Engga!" refleks Sindy menjawab, jawaban yang tidak sesuai dengan isi hatinya.
"Pembohong."
"Kata siapa gue suka Kak Ren?"
Devka memang baik, tapi karena sempat ragu tentang cowok didepannya saat ini Sindy jadi takut Rendy akan mendapat masalah kalau dia mengaku suka dihadapan Devka, mungkin itu alasannya Sindy refleks menjawab tidak.
"Gak ada yang bilang, gue cuma nebak." ucap Devka, pandangannya beralih pada sosok yang sedang berjalan pelan kearahnya. Pucuk dicinta ulam pun tiba.
"Gue gak minta jawaban lo sekarang kok," Devka tersenyum. "gue kasih waktu lo satu minggu. Cukup kan?"
"Engga, gue jawab sekarang aj—" kalimat Sindy menggantung kembali karena tiba-tiba ponsel cowok itu berdering.
Devka langsung mematikan panggilan tersebut tanpa mengangkatnya. Hal itu membuat Sindy curiga.
"Siapa yang nelpon?"
"Bukan siapa-siapa. Gue harus pergi sekarang."
"Tapi, gue belum selesai ngomong."
Devka tersenyum, menatap manik mata Sindy lalu mengacak pelan rambut cewek itu, "sampai bertemu besok disekolah, Sindy."
Devka berdiri dan berlalu pergi.
Sebenarnya ini hanya taruhan dengan teman-temannya untuk mendapatkan Sindy, tapi entah kenapa perasaan aneh menghampirinya ketika melihat Sindy dekat dengan cowok lain.
Sindy merapihkan rambutnya yang berantakan, berbalik untuk melihat kepergian Devka. Namun, dia malah melihat Rendy yang mulai mendekat. Apa Rendy mendengar percakapannya dengan Devka barusan?
"Aku ganggu kalian?" tanyanya sesudah duduk dihadapan Sindy.
"Engga. Kak Ren udah lama datang?"