[XLIX] Memanipulasi Pikiran

35 2 0
                                    

>>>

Berhati-hatilah,

Beberapa orang pandai memanipulasi pikiran orang lain.

>>>

Suara burung berkicau, angin berhembus perlahan, sinar matahari mulai menyinari sebuah kamar sederhana dilantai atas. Sindy mengerjap, kepalanya tiba-tiba berdenyut sakit. Dia terbangun, menyandarkan tubuhnya ke kepala ranjang dan melihat sekitar, ada suara berisik dari luar kamarnya tapi dia terlalu lemah untuk beranjak.
Pintu kamarnya terbuka.

"Sindy, lo udah bangun?"

Sindy menatap Yena bingung, "Kok lo disini?"

"Lo gak papa?" Yena balik bertanya.

"Gue gak papa."

"Ternyata Devka gak seburuk yang gue kira."

Sindy memilih tetap diam, karena Yena terlihat akan berbicara lagi setelah menyimpan bubur dan meletakkannya di meja belajar.

"Dia kemarin telepon gue, suruh buat jagain lo."

Sindy ingat tentang itu, setelah kepergian Yurina tadi malam ponselnya berdering tapi tangannya terlalu lemah untuk mengangkat panggilan itu. Lalu selang beberapa menit seseorang datang dan membawa Sindy ke mobilnya, Devka terlihat cemas melihat Sindy dan membiarkan Sindy istirahat di mobilnya sampai cewek itu tertidur pulas.

"Gue udah kasih tau bi Rasih supaya gak bilang apa-apa sama bokap lo. Nanti dia khawatir."

"Makasih Yen."

Yena mengangguk, mengambil mangkok berisi bubur dan mendekatkannya pada Sindy.

"Mau dimakan sekarang? Mumpung hangat."

Sindy menerima dan langsung memakannya perlahan, sesekali berbincang karena Yena terus saja bertanya.

"Jadi, ini perbuatan siapa lagi?"

Sindy memasukan satu suap bubur ke mulutnya.

"Lo gak mungkin bilang karena jatuh dari motor kan?"

Sindy tersedak, Yena seolah tau kalau dia ingin menutupi nya.

"Udah gue bilang, lo gak pandai berbohong, Sin."

"Yang penting gue gak kenapa-kenapa."

Yena menghela nafas kasar, "Tapi kalo dibiarin orang itu bakal ngelakuin hal yang lebih buruk dari ini."

Sindy menyuapkan lagi bubur ke mulutnya, mengunyahnya perlahan.

"Oke, gak masalah kalo lo gak mau bilang ke gue. Tapi apa lo pikir Devka bakal diam aja?"

Sindy berhenti mengunyah, menelan buburnya yang lembut dengan susah payah, "Emang dia mau ngelakuin apa?"

"Lo ingat kemarin dia mukulin Rendy? Banyak saksi mata yang liat, tapi gak ada satu pun dari mereka yang berani lapor guru. Devka nutup mulut mereka semua dan mereka nurut sama apa yang Devka suruh. Sangat mudah bagi dia untuk tahu siapa yang kemarin buat lo kaya gini. Tanpa lo tahu, Devka punya kekuasaan penuh disekolah."

SINARTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang