♻️AvRa-04♻️

74.3K 5.4K 109
                                    

JANGAN JIMPLANG! Jadi biar aku bisa double up.

Oh ya, masih ada road to 1k followers Ig, ntar kalau udah 1K, aku bakal update 10x selama 3 hari muahahahahahaha, masih 471 followers di ig, masih lama lah mau 1K. Ig ara_aulika25

200 vote dan 50 komen, lapak HiZe hari ini tamat, semalam kan Wp eror jadi gak aku lanjut up beruntunnya, nanti siang baru aku up lagi sampai end.

Berarti up 8x untuk HiZe dari siang sampai sore.

JANGAN JADI SIDER! Sider tuh babiq.

♻️Happy Reading♻️

Sesuai rencana, mereka pergi ke alun-alun kota sehabis magrib, pakai sepeda, soalnya Alun-alun gak jauh dari komplek rumah.


"Kita boncengan? Kan kamu bisa naik sepeda," cetus Ranaya saat Avyaz sibuk duduk di boncengan sepeda milik Ranaya.

Avyaz mengangguk saja "Ada masalah?" tanya nya datar.

Ranaya terkekeh pelan, dia mengusap gemas rambut Avyaz "Kamu tuh ya, lucu banget," puji Ranaya.

Avyaz hanya menepis tangan Ranaya dari kepalanya lalu memeluk pinggang Ranaya.

"Buru jalan," ujarnya pada Ranaya.

Ranaya segera mengayuh sepedanya, keluar dari halaman rumah menuju jalanan komplek dan pagar utama komplek.

Keduanya hanya memakai kaus dan celana biasa, gak dandan, soalnya kan cuma jalan-jalan biasa, setiap 3 kali dalam seminggu pasti mereka ke alun-alun.

"Gue denger ada pasar malam di alun-alun," ucap Avyaz datar, masih memeluk pinggang Ranaya.

"Iya kah? Tapi aku gak bawa dompet, di kantong cuma ada uang 100 ribu,"

"Yaelah Rana, lo ngomong kaya orang miskin aja, gue bawa dompet,"

"Kamu traktir,"

"Iya."

Ranaya mengayuh sepedanya sampai 15 menit kemudian mereka sampai di alun-alun dan benar ada pasar malam, begitu ramai dan banyak penjual makanan.

Ranaya merantai dulu sepeda miliknya lalu berjalan bersama Avyaz menuju stand-stand makanan.

Avyaz memasukan kedua tangannya ke saku celana, dengan ekspresi datar sementara Ranaya dengan tampang polosnya melihat-lihat aneka jajanan.

"Ada kerak telor, aku mau beli kerak telor dulu," ujar Ranaya pada Avyaz lalu membeli kerak telor dan menunggunya.

Sementara Avyaz berjalan ke stand pernak-pernik, dia melihat banyak pernak-pernik murah.

Dan matanya tertuju pada cincin perak dengan bandul bunga sakura, entah kenapa Avyaz tertarik pada cincin bunga itu.

Seolah-olah ada sebuah keterikatan antara dia dan sebuah cincin bunga, atau mungkin cincin dari bunga?

Tak mau terlalu lama berpikir, Avyaz membeli 2 cincin, satu yang bunga dan satu lagi bentuk matahari, lalu menyimpannya di kantong.

Cincinnya anti karat, bukan emas sih, cuma dari bagan alumunium yang bagus, sehingga harganya pun bagus.

Satu cincin 15 ribu.

Avyaz berjalan lagi ke tempat Ranaya yang ternyata sudah selesai dengan kerak telor, tanpa bicara, Avyaz langsung menarik tangan Ranaya dan memakaikannya cincin bandul matahari.

"Buat lo," gumam Avyaz setelah selesai memakaikan cincin itu di jari manis Ranaya.

Ranaya menatap cincin di jarinya lalu melirik pada cincin bunga di jari manis Avyaz, dengan senyum manis, Ranaya mengusap gemas rambut Avyaz.

"Lucu banget sih,"

Avyaz hanya merotasi matanya malas dan menepis tangan Ranaya dari kepalanya.

Mereka kembali berjalan menyusuri pasar malam, sesekali main beberapa permainan disana.

"Avyaz, wah ketemu lo disini." Avyaz dan Ranaya berhenti saat sekelompok remaja menyapa Avyaz.

Tampaknya itu teman 1 ekskul Avyaz.

Avyaz menyapa mereka kembali.

"Sama cewek, siapa lo?" tanya salah satu dari mereka menunjuk pada Ranaya.

Avyaz tak pernah suka jika ada yang penasaran pada Ranaya, tak pernah suka juga kalau ada teman ekskul yang mau tau soal Ranaya.

Ranaya hendak memperkenalkan diri, namun Avyaz sudah duluan menjawab.

"Kakak gue," jawav Avyaz singkat.

Ranaya langsung diam, kecewa, dia melengos dan melanjutkan makan kerak telornya.

Setelah Avyaz selesai berbincang dengan temannya, dia kembali menghampiri Ranaya.

"Pulang, ini udah jam setengah 10," ucapnya hendak menggapai tangan Ranaya, namun Ranaya segera berjalan meninggalkan Avyaz.

"Ya udah ayo pulang," ucap Ranaya tenang.

Avyaz mengerjab pelan, agak shock ya pas Ranaya memilih berjalan duluan.

"Tungguin gue." Avyaz berjalan menyusul Ranaya, mereka berjalan ke parkiran sepeda dalam diam.

Ranaya juga tampak tenang, gak seperti biasanya.

Tapi Avyaz malas bertanya, baguslah suasana hening kaya gini, Avyaz suka.

Ranaya kembali membonceng Avyaz, dia mengayuh sepeda dalam diam, dan setelah sampai, Avyaz turun dari sepeda Ranaya.

"Makasih," ucap Avyaz seraya berdiri disebelah sepeda Ranaya.

Ranaya hanya mengangguk, dia mendorong sepedanya masuk ke halaman rumah lalu memasukannya ke garasi.

Lalu Ranaya masuk ke rumah, meninggalkan Avyaz yang bingung.

"Biasanya..dia bakal ngusap kepala gue deh, kok, tumben.."

Avyaz merasa ada kurang saat Ranaya tak melakukannya.

♻️Bersambung♻️

Crazy Girl Be Mine [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang