♻️AvRa-22♻️

49.1K 3.9K 84
                                    

Lagi males update, soalnya banyak sider setan, jadinya muales banget mau ngetik, hadeuh.

Baru 2x update hari ini, yaaah, biasanya sampe 3-4x.

Tapi yaudalah yaaaa, capek banget mau ngasih tau sider nih untuk nge vote doang, heran.

200 vote dan 50 komen, ayo vote diawal atau diakhir chapter, jangan jadi beban.

♻️Happy Reading♻️

"Kak Ranaya." Ranaya yang tadinya lagi di kamar mandi sekolah, menoleh ke belakang, melihat Amelia dan Samantha berdiri di belakangnya.

Senyum tipis Ranaya berikan "Ya?" tanya nya tenang.

Amelia tersenyum, berusaha meniru gaya senyum dan cara berbicara Ranaya, dia menunduk pelan lalu memegang tangan Ranaya.

"Kak, nama saya Amelia, saya mau masuk ekskul volli yang sama kakak, boleh kan?"

Ranaya memiringkan kepalanya, lalu tersenyum sinis, Ranaya tak suka cara Amelia bicara, dia meniru cara Ranaya bicara dan cara Ranaya tersenyum.

Ranaya tak suka peniru, Ranaya tak suka jika ada orang yang berusaha menjadi seperti dirinya.

"Kamu bisa daftar langsung di gedung ekskul, kenapa kamu dateng ke aku?"

"Soalnya kalau sama kakak kan, bisa langsung masuk," tutur Amelia lembut dengan senyum ramah.

Ranaya diam, dia mengapit dagu Amelia lalu mengulas senyum miring, dengan tenang Ranaya memiringkan wajah Amelia, mengamati wajah Amelia dari kanan dan kiri, lalu melepaskan apitannya.

Ranaya bersandar di wastafel kamar mandi lalu terkekeh pelan.

"Langsung aja, apa niat kamu?" tanya Ranaya datar.

Tatapan matanya terlihat tenang namun tak mengisyartkan apapun yang baik, dia seperti mengamati Amelia dari atas kebawah.

Amelia terlihat sedih, dia menunduk seolah dianiaya.

"Maksud kakak apa? Aku kan cuma mau daftar aja, kok respon kakak gitu? Ada yang salah? Atau kakak takut kalah saing?" nada suara Amelia begitu lirih namun mengejek.

Ranaya menghembuskan napasnya agak kesal, dia menyugar poni rambutnya dan ekspresi wajah Ranaya menjadi begitu dingin.

Lengan seragam Ranaya digulung sampai siku, menambah aura dominannya semakin kuat.

"Sebenarnya kamu ini gak jelas, aku males berhadapan sama orang kaya kamu, dan lagi." Ranaya berjalan kearah Samantha kemudian mencengkram kerah seragam Samantha kuat.

Dan membanting Samantha ke lantai.

Brugh!

"Aw!"

Ranaya mengulas senyum manis, dia mengelus pipi Samantha kemudian menarik ponsel Ranaya dari saku seragamnya, kamera ponsel itu aktif.

Ponsel Samantha ada di saku seragam dekat dada, bagian kamera terlihat jelas sedang merekam, Ranaya mengechek isi video yang Samantha rekam tadi.

Dia tersenyum sinis, dengan santainya Ranaya menghapus video barusan.

"Kalian ini, ngarep apa dari bikin jebakan kaya ini? Mau ngerusak image aku ya? Gak bakal bisa," Ranaya berujar tenang seraya menepuk pipi Samantha.

Dengan cepat Ranaya menyingkir dari tubuh Samantha saat dia merasakan pergerakan dibelakangnya.

Bugh!

"AAAAAAAKH!"

Samantha menjerit histeris saat wajahnya terkena hantaman botol merah berukuran sedang yang selalu digunakan untuk memadamkan api.

Amelia tadi berniat memukul kepala Ranaya menggunakan benda tersebut, tapi insting Ranaya kuat, jadi dia menghindar sehingga benda itu jatuh menghantam wajah Samantha.

Jeritan histeris Samantha membuat beberapa murid masuk ke kamar mandi.

Ranaya yang tadinya menghindar, langsung merubah mimik wajahnya jadi ketakutan.

Deru napasnya menjadi tersendat.

"A-amelia..k-kamu.." lirih Ranaya takut.

Amelia menggeleng ribut "Bukan! Bukan aku yang lakuin ini!" jerit Amelia panik.

"Kak Ranaya, ayo keluar, biar guru BK yang urus," bujuk salah satu adik kelas.

Ranaya mengangguk, dia keluar dari kamar mandi dan melirik pada Amelia yang tengah ditahan beberapa siswa kelas 12.

Senyum tipis Ranaya berikan, dia segera keluar kamar mandi dan sempat mendengar makian Amelia.

"SIALAN LO RANAYA! SIALAN! GUE BUNUH LO!"

Makian Amelia membuat semua murid bergunjing seketika.

"Dasar gak malu, udah ngelukain kak Samantha, masih bisa ngancem kak Ranaya,"

"Dasar psychopath!"

Ranaya hendak dibawa ke UKS, berpapasan dengan Avyaz dan ke 4 temannya yang tadinya hendak ke kamar mandi.

Avyaz segera mendorong siswa yang tadi ngerangkul bahu Ranaya.

"Lo kenapa? Diapain sama Amelia?" tanya Avyaz khawatir.

Nion, Niel, Oja dan Seno mengerubungi Ranaya, terlihat khawatir.

"Tadi Amelia mukul muka kak Samantha pakai alat pemadam api, dan Amelia sempat ngancem bakal bunuh kak Ranaya," sahut siswa tadi.

Ranaya hanya bisa mengusap air mata dipipinya "Aku takut.." lirih Ranaya parau.

Avyaz segera memeluk Ranaya, walau Avyaz lebih pendek dari Ranaya, Ranaya sendiri menyandarkan kepalanya di bahu Avyaz.

Avyaz memeluknya erat, sementara Nion menggeram pelan "Cari mati," desis Nion marah.

Dia tak suka mendengar apa yang Amelia ucapkan pada Kak Ranaya, sialan, lihat saja, akan Nion habisi cewek gatel itu.

"Tenang aja, gue disini," bisik Avyaz lembut seraya mengecup pipi Ranaya.

Dia melakukan itu tanpa dia sadari, biarlah, paling kalau dia sadar, dia bakal malu setengah mati.

♻️Bersambung♻️

Crazy Girl Be Mine [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang