♻️AvRa-14♻️

59.5K 4.4K 106
                                    

JANGAN JIMPLANG! Jangan jadi sider!

Vote diawal atau diakhir chapter, oke? Baru up 2x nih, hm-hm.

200 vote dan 50 komen ayo!

♻️Happy Reading♻️

Avyaz menatap teman satu ekskulnya yang datang berkunjung setelah ujian selesai, apaan, ngapain mereka datang.

"Yo, mana kakak cantik itu? Gue pengen kenalan nih," celetuk Nion begitu duduk di sofa ruang tamu rumah Avyaz.

Niel, Oja dan Seno ikut duduk di sofa dan menunggu Avyaz menjawab.

"Siapa kakak cantik? Gue anak tunggal," ketus Avyaz seraya meletakan 4 botol soda di meja dan beberapa bungkus keripik kentang.

Nion menyambar 1 bungkus keripik kentang lalu bertanya "Itu loh, yang sama lo di pasar malam," celetuk Nion.

Avyaz diam, berpikir sejenak lalu ber oh ria "Ooh, Ranaya? Tetangga gue, rumahnya di sebelah, dia bukan kakak gue cuma ya dia 2 tahun lebih tua dari gue makanya dia kakakan gitu loh," jelas Avyaz seraya duduk di sofa depan mereka.

Oja mengangguk "Cantik dia, minta Wa-nya," pinta Oja.

"Ogah!" solot Avyaz kesal.

"Kenapa lo kesal? Dia jomblo kan?" tanya Niel.

"Ya, ya gue gak mau! Lo pada gak boleh nanya wa Ranaya! Dia galak, nanti lo di marahin-"

Tok tok.

Teman-teman Avyaz langsung menoleh kearah pintu, Avyaz sendiri segera bangkit dan berlari ke arah pintu dan membuka nya.

"Ngapain lo kemari?" tanya Avyaz saat melihat Ranaya ada di depan pintu rumahnya.

Ranaya mengusap gemas rambut Avyaz "Mama aku buat kue, nih." Ranaya memberikan paper bag berisi kue.

"Makasih, sekarang pulang-"

"Halo, kakak cantik~"

Avyaz menggeram kesal saat Nion mulai menyapa Ranaya dan membuka pintu rumah lebih lebar, Nion tersenyum menggoda pada Ranaya.

Ranaya membalas senyuman Nion lalu mengangguk "Halo, adek manis," sapa Ranaya balik pada Nion.

Nion memang manis untuk seukuran cowok remaja.

Nion bersandar di pintu, lalu tersenyum malu.

"Aduh, kakak ini bisa aja." Nion meraih tangan Ranaya lalu mengecup punggung tangan Ranaya.

Avyaz langsung mengamuk, dia menarik Nion mundur.

"HEH! JANGAN SEMBARANGAN CIUM RANAYA!"

"Kenapa? Kakak cantik gak marah kok,"

"Sialan! Pulang lo!"

"Ogah, kakak cantik, minta wa dong,"

"JANGAN! RANAYA JANGAN LO KASIH!"

Ranaya tertawa pelan "Udah ah, aku masih ada kerjaan, dah."

Ranaya mengusap kepala Avyaz untuk menenangkannya lalu mengedipkan mata pada Nion.

Avyaz menunduk dengan wajah memerah malu, sentuhan Ranaya memang selalu yang terbaik.

Nion mleyot, dia pingsan setelah mendapat kedipan dari Ranaya.

"Aah, kakak cantik, gila, cantik banget.." lirih Nion setengah sadar.

Ranaya tertawa pelan lalu berjalan pergi dari depan rumah Avyaz.

"Jangan berantem ya kalian, dah, makan kue nya bersama."

Ranaya berjalan kembali ke rumahnya.

Sementara Avyaz kini sedang menarik Nion agar duduk lagi di sofa.

"Gue akui dia memang cantik, dan, friendly," celetu Seno.

"Gak heran Nion bisa suka, kan Nion selera nya tinggi," sahut Niel.

Avyaz mendengus kesal, sialan, ini lah alasan kenapa Avyaz selalu tak suka teman-temannya datang ke rumah karena nanti akan bertemu Ranaya.

"Gue pengen dapetin kak Rana deh," gumam Nion.

"Dia punya gue, gak boleh!" sergah Avyaz.

"Eit, siapa cepat dia dapat dong."

"Sialan, berantem sini lo sama gue!" solot Avyaz.

Nion hanya memeletkan lidahnya mengejek Avyaz, mereka tau kalau Avyaz ini tantruman, ya hanya mereka ber 4 saja yang tau.

Itulah kenapa pertemanan agak lebih dekat daripada teman-teman di sekolah.

Dan sekarang mereka punya bahan untuk menjahili Avyaz dan membuatnya tantrum setiap saat.

Yaitu berkata kalau mereka akan mendekati Ranaya, maka Avyaz pasti akan langsung mengamuk dan marah-marah.

Itulah kelebihan punya teman tantruman, mudah dijahili, mudah membuatnya marah.

"Kak Rana can-"

Bugh!

Nion terkapar setelah Avyaz menghantam wajah Nion dengan pukulannya.

"Jangan puji-puji Rana!"

Niel, Seno dan Oja tertawa kuat, dasar bocah puber.

Ini lagi si Nion, suka bener mancing emosi si Avyaz, udah tau anaknya tantruman.

♻️Bersambung♻️

Crazy Girl Be Mine [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang