♻️AvRa-41♻️

37.5K 2.2K 79
                                    

Vote diawal atau diakhir chapter, yang mau vote ya vote, gamau vote yaudah.

Gak mau maksa, ntar dikatain author tukang paksa, udah di fase males, ada yang baca syukur, gak ada yang baca yaudah unpub, gampang.

200 vote dan 50 komen, ayo penuhin.

♻️Happy Reading♻️

Apa yang Ranaya katakan pada Niel dan yang lainnya, benar-benar dituruti, keluarga Jhons tak berani membawa masalah ke ranah hukum karena mereka sadar, mereka juga bermasalah.

Setelah pulang dan mandi, mereka pergi lagi untuk kencan, ya pasti, soalnya kan ini Anniversary yang ke 1 tahun jadi harus dirayakan.

Seperti lagi, semua aku dirayakan~

Mereka memilih untuk Night Ride keliling kota, dengan pakaian yang sama yaitu kemeja biru gelap dan celana panjang hitam.

Avyaz seperti biasa, memeluk pinggang Ranaya dan mendusel dibahunya mesra, dasar bocah tantrum.

"Rana, nanti kita nikah, mau punya anak berapa?" tanya Avyaz tiba-tiba.

Ranaya terkekeh pelan "Berapa yaaa, mungkin, 2 atau 3 aja cukup deh."

"Yah, kok sedikit, lagi dong, 10, minimal 15 gitu."

"Heh, gila kamu ini."

Avyaz terkikik pelan "Enggak gila kok, kan berangan-angan doang."

Yah, kan gak salah kalau ber angan-angan, siapa tau jadi nyata walau belum tentu mereka masih hidup, ye kan.

Angin malam terlalu dingin untuk kulit Avyaz yang putih, jadi pipinya sudah memerah karena hawa dingin tersebut.

Hanya saja, rona merah karena kedinginan itu justru membuatnya tampak lucu.

Sepanjang perjalanan, mereka berbincang hangat dan sesekali Avyaz bakal masukin tangannya ke dalam kemeja Ranaya lalu mengelus perut rata Ranaya.

Mesum emang.

"Rana, masih ingat kan, kita mau buat rumah di tengah hutan yang ada taman bunga nya?"

"Ingat, memang kenapa?"

"Aku ada cari-cari referensi hutan yang mungkin bisa kita tinggali, tau gak, aku nemu rumah kosong di tengah hutan loh, ada taman bunga yang ngelilingi rumah itu, terus ada danau buatannya juga, kamu mau coba kesana gak?"

Ranaya diam, dia masih sibuk mengendarai scoopy kesayangannya.

"Malam ini?" tanya Ranaya.

Avyaz mengangguk "Iya, gak papa kan?"

"Gak papa sih, cuma, kita pulang aja dulu, ganti pake mobil biar aman."

Avyaz mengangguk, ya mau naik mobil atau motor, tetap Ranaya yang nyetir, Avyaz mah tinggal duduk.

Jadilah mereka putar balik ke rumah, lalu ganti pakai mobil Ranaya, baru setelahnya mereka berangkat kembali.

Bermodal dengan google maps, butuh sekitar 3 jam mereka untuk sampai di hutan yang Avyaz maksud, jalanannya ber aspal, hanya saja saat masuk ke arah rumah tersebut, mereka harus jalan kaki selama 20 menitan.

Bermodalkan senter yang mereka bawa dari rumah, akhirnya mereka menemukan rumah yang Avyaz maksud.

Rumah itu sudah tak dirawat, banyak akar pohon yang merambat ke dinding rumah, hanya saja akar pohon itu juga dihiasi bunga-bunga putih.

Jadi walau kesannya horor, ada terselip keindahan disana.

"Bagus sih, cuma sayang gak dirawat," celetuk Avyaz.

Ranaya tak menjawab, dia menggenggam tangan Avyaz, mereka berjalan melewati semak-semak dan bunga-bunga liar di halaman depan.

Lalu sampai di pintu rumah yang sudah lapuk, kemudian membukanya.

Isi rumah itu masih lengkap, tapi ya, sudah sangat usang dan rusak, seperti sofa, meja, bahkan ada tv, hanya saja sudah rusak dan pecah.

"Wah..kayanya yang pernah tinggal disini suami istri deh, atau mungkin pasangan kekasih," gumam Avyaz saat menyentuh cangkir yang ada di meja, cangkir couple, tampak berlumut dan kotor.

"Jangan dipegang, sayang, itu kotor."

Ranaya menarik tangan Avyaz agar tak menyentuh cangkir itu lalu meraih sapu tangan dari saku celana nya, dan membersihkan tangan Avyaz.

Mereka tak masuk lebih jauh, karena lantainya yang sangat berlumut dan akar-akar merambat ke dalam.

Ranaya takut Avyaz jatuh, atau ada ular gitu.

"Gimana kalau kita renov ulang?" usul Avyaz.

"Maksud kamu? Kita aja gatau ini rumah siapa, kalau yang punya masih hidup gimana?"

"Tenang aja, aku udah telusuri kok, rumah ini gak ada pemiliknya, karena udah meninggal, terus juga keluarga dari yang punya rumah ini gak mau ngurus, jadi mending kita renov ulang, mumpung gratis."

Ranaya agak ragu, tapi melihat tatapan melas dari Avyaz membuatnya mengalah.

"Yaudah, nanti kita renov, tapi kita harus izin dulu sama keluarga yang punya ini, baru bisa kita renov, sekarang keluar dulu yuk," putus Ranaya.

Dengan lembut Ranaya menarik tangan Avyaz keluar dari rumah.

Mereka berjalan keluar, tatapan mata Avyaz tertuju pada 2 gundukan tanah dibawah pohon taman bunga, seketika Avyaz merinding.

Dia memeluk lengan Ranaya erat dan ikut berjalan keluar dari perkarangan rumah.

Yah, niat mereka akan merenovasi rumah tersebut dan mewujudkan keinginan mereka, untuk membuat rumah ditengah hutan dengan taman bunga di depannya.

Aah, bukanya itu indah?

♻️Bersambung♻️

3x up.

Crazy Girl Be Mine [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang