JANGAN SIDER MULU! Setiap tahun sider makin banyak aja, heran.
Ini udah triple up, rekor ya lapak ini bisa triple up, semoga nanti malam sebelum jam 12 bisa penuh lagi biar bisa 4x up.
200 vote dan 50 komen, GAS!
♻️Happy Reading♻️
"Rana, di depan ada Avyaz tuh."
Ranaya yang tadinya lagi ngerjain pr, menoleh ke arah jam dinding yang sudah menunjukan jam 10 malam.
"Ngapain dia jam segini datang," gumam Ranaya seraya beranjak dari duduknya lalu keluar dari kamar.
Turun ke lantai 1, Ranaya bahkan sudah memakai skincare wajahnya, karena ya setelah belajar nanti dia mau langsung tidur.
Piyama biru gelap yang Ranaya pakai juga sudah menunjukan dengan jelas kalau Ranaya ini sudah bersiap untuk tidur.
"Ngapain?" tanya Ranaya begitu melihat Avyaz duduk di sofa, mata Avyaz sembab, bibirnya bengkak karena dia menggigit bibirnya terus.
Ditambah pipinya merah karena habis menangis, rambutnya acak-acakan.
Avyaz menatap Ranaya sedih, lalu dia memberikan sebuah boneka rajut berbentuk mereka berdua, kali ini replika mereka tak terpisah, melainkan boneka itu berpelukan.
"Gue ada tugas prakarya dari sekolah 4 bulan lalu..r-rencana nya mau gue kasih ke lo tapi lo lagi cuekin gue.." nada suaranya bergetar dan sesenggukan.
Bawah matanya merah, dia menatap Ranaya memelas, seolah dia ingin Ranaya memaafkannya dan berhenti bersikap cuek.
"Terus? Ngapain kamu bawa kemari, enggak butuh aku," jawab Ranaya tenang.
Mama dan Papa agak shock mendengar jawaban Ranaya, tapi mereka tak mau ikut campur, jadi mereka diam saja, menguping dari arah dapur.
Tangan Avyaz bergetar, dia menatap Ranaya sedih dengan air mata yang kembali jatuh, isakan mulai terdengar.
"Jangan ngomong kaya gitu.." bisiknya lirih, kerongkongan Avyaz sakit, karena dadanya juga sakit.
"Terus ngomong kaya gimana?" tanya Ranaya dengan tangan yang terlipat di dada.
Tangan yang memegang boneka tadi turun dengan lemas, Avyaz meletakan boneka itu di pahanya kemudian mulai menutup wajahnya dengan telapak tangan, menangis lagi.
"Hiks..maafin Vyaz..maaf..j-jangan cuekin Vyaz kaya gini..hiks..Vyaz enggak suka.." isaknya sesenggukan.
Ranaya hanya menatapnya datar, seolah tak perduli.
"Kan enggak salah kalau kakak cuekin adeknya," jawab Ranaya santai.
Tangisan Avyaz makin kejer, dia melempar boneka tadi ke wajah Ranaya lalu beranjak.
"RANAYA JAHAT! AVYAZ ENGGAK MAU KETEMU RANAYA LAGI! HUAAAAA IBUUUUUUUU!"
Avyaz berlari pulang ke rumahnya sambil nangis, sementara Ranaya hanya merotasi matanya malas.
Dia memungut boneka tadi lalu membawanya ke kamar.
Kamar Ranaya dan Avyaz sebelahan, karena rumah mereka sebelahan, bahkan balkon samping kamar mereka berhadapan.
Ranaya bisa mendengar Ibu Avyaz mengomel karena Avyaz menangis lagi.
"Makanya kan udah ibu bilang, kamu kalau ngomong dijaga! Sekarang Ranaya cuekin kamu, kamu nangis-nangis terus!"
"RANAYA BILANG VYAZ ADEKNYA! VYAZ KAN BUKAN ADEKNYA! HUHUU!"
"Ya kamu juga nyebut dia kakak kamu, dia kan bukan kakak kamu!"
"HUAAAAAAAAA RANAYA JAHAT! AVYAZ BENCI RANAYA!"
"Ya udah, paling nanti Ranaya diambil orang," gumam ibu santai.
Avyaz kembali menangis dan mengunci dirinya di kamar, menangis lagi dan lagi karena patah hati.
Lagian sih, mulutnya gak dijaga.
Ranaya hanya tertawa pelan, dia menatap kearah boneka rajutan yang Avyaz berikan, lalu menciumnya.
"Lucunya, si adek," kekeh Ranaya seraya menyimpan boneka itu di meja belajar.
Mengabaikan Avyaz adalah kegiatan baru yang Ranaya suka.
♻️Bersambung♻️
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Girl Be Mine [End]
Teen Fiction"Avyaz lucu banget tau, gemes, embul gitu pipinyaaaaa." "Apaan sih, gila lo," Ranaya Halkia dan Avyaz Narledo, adalah manusia-manusia kuat, yang satu kuat mencintai Avyaz secara ugal-ugalan, sementara yang satu kuat menghadapi cewek gila kaya Ranaya...