Jimplang sih chapter sebelah, makanya aku baru update jam segini, terus aja jimplang, makin lama lagi aku update.
Sider setan nih emang beban banget, heran aku kenapa ada orang yang tetap jadi sider padahal dah disindir dan dimaki berulang kali.
Kalau di lapak ini, kalian susah jadi sider, soalnya kena hujat mulu, gak sama authornya, sama pembaca lain juga.
Gak ada loh manfaat jadi sider, kenapa lah kalian tetap bertahan jadi sider.
JANGAN JIMPLANG! Stop jadi sider!
Ini bisa lebih dari 50-60 chapter.
200 vote dan 50 komen, AYO!
♻️Happy Reading♻️
Ini bulan 10, minggu kedua, tanggal 16 oktober, hari dimana Avyaz berulang tahun yang ke 17 tahun.
Pagi-pagi sekali, Ibu dan Ayah sudah sibuk berberes untuk pesta ulang tahun Avyaz, akan ada banyak orang yang datang, kerabat jauh yang dari Jepang juga akan datang.
Ditambah lagi kerabat Ayah yang ada di luar pulau juga akan datang.
Maklum, anak tunggal kesayangan, ulang tahunnya harus dirayakan pastinya.
"Vyaz berangkat dulu ya buu," pamit Avyaz saat Ranaya sudah menunggu di depan untuk mengantarnya.
"Iyaaa, hati-hati," jawab Ibu.
Ibu dan Ayah sudah mengucapkan selamat ulang tahun pada Avyaz, tepat jam 12 malam pula.
Kalau Ranaya ngucapin ulang tahunnya jam 12 lewat 1 menit.
"Pagi," sapa Ranaya lembut saat Avyaz berjalan kearahnya.
Remaja yang rambutnya sudah mulai mencapai tengkuk itu, tersenyum manis saat Ranaya menyapanya.
"Pagi juga, Rana," sapa nya balik seraya mencium pipi Ranaya lembut.
Ranaya terkekeh pelan, dia mengusap gemas rambut Avyaz lalu membantunya duduk di jok motor.
Avyaz segera memeluk pinggang Ranaya manja, cincin bunga yang Ranaya beri bulan lalu, Avyaz awetkan menggunakan resin, jadi cincin bunga itu tetap hidup di dalam cairan resin.
Bahkan Avyaz jadikan gantungan kunci untuk pintu kamarnya, nanti kalau Avyaz sudah punya motor, bakal Avyaz jadikan gantungan kunci motor.
"Tau gak, besok motor gue bakalan nyampe loh," celetuk Avyaz seraya menyandarkan pipinya dibahu Ranaya.
Ranaya masih bisa fokus kok, dia tau Avyaz mandangi wajahnya dari samping, hari ini Ranaya ada kelas pagi, jadi bisa sekalian berangkat sama Avyaz.
"Merk apa motornya?"
"Apa yaa, vario deh kayanya, kata Ibu gak boleh naik motor sport atau ninja, soalnya gue pendek," gerutu Avyaz.
Ya itu fakta, walau Avyaz sudah 17 tahun sekarang, tingginya mentok di 170 cm, sementara Ranaya saja sekarang 176 cm.
"Mana pendek, kan udah 170 sekarang," jawab Ranaya.
"Iih tapi itu pendek tau, kalau naik motor sport, nanti gue jinjit, kan gak keren."
Ranaya terlalu pelan, dia mengelus tangan Avyaz yang melingkar diperutnya.
"Yaudah, tapi kamu buat sim dulu, belajar naik motor dulu, baru bisa bawa motornya ke jalan," tutur Ranaya.
"Iyaa tauu, ibu bilang bakal milihin orang buat belajar bawa motor,"
"Sama aku aja,"
"Enggak mau, lo kan sibuk," ujar Avyaz seraya mengecup leher Ranaya pelan lalu tersenyum malu.
Ranaya hanya bisa tersenyum saja, kecupan Avyaz ini lebih mirip kecupan anak kecil, ya wajar sih, baru legal juga.
"Kapan mau buat KTP?" tanya Ranaya.
"Bulan 11, lo temenin gue yaa,"
"Iya."
Avyaz tersenyum senang, dia mendusel dibahu Ranaya dan bisa merasakan jantungnya berdebar tak terkira.
Teringat nanti malam dia mau ngapain sama Ranaya.
Sessmpainya di pagar SMA Laksmana, Avyaz segera turun setelah Ranaya menghentikan motornya.
Dengan senang Avyaz turun dan menundukan kepalanya, bersiap akan elusan yang akan Ranaya berikan.
Seolah sudah terbiasa, Ranaya mengusap kepala Avyaz lalu mencium punggung tanganya.
"Belajar yang rajin," pesan Ranaya.
"Iyaaa, siap!"
Ranaya terkekeh pelan "Lucu banget sih."
Avyaz tak mengelak lagi sekarang, dia sudah LEGAL! Sudah bukan MINOR lagi! Jadi Avyaz bisa bebas mengekspresikan perasaannya.
"Kado buat gue udah lo siapin?" tanya Avyaz.
"Udah aku bawa, nih." Ranaya memberikan paper bag hitam berisi sweater dan syal rajutan yang Ranaya kerjakan dari bulan 7, selama 3 bulan.
"Apa nih isinya?" tanya Avyaz saat melihat ada 4 kotak kecil, 1 sweater dan 2 syall.
"Kondom 1, lalu 3 lagi itu cincin, kalung, anting-anting, mana tau kamu mau pake." jawaban santai Ranaya membuat wajah Avyaz merah padam seketika.
Dis menepuk bahu Ranaya kuat, sampai Ranaya terkejut dibuatnya.
"Ranaya gila! Ngapain lo masukin kondom kesiniiii!" rengek Avyaz malu.
Ranaya mengelus punggungnya yang ditabok sama Avyaz barusan.
"Ya biar gak lupa, nanti malam aku datang ke ulang tahun kamu kok, ada hadiah lain yang nyusul," jawab Ranaya diiringi wink menggoda yang mampu membuat Avyaz merah padam.
Dengan kesal Avyaz memasukan paper bag tadi ke tasnya "Dasar cewek gila!" sungut Avyaz seraya berjalan masuk ke halaman sekolah.
"Kan aku, cegilnya kamu~"
"DIEM! PERGI SANA!"
Ranaya tertawa pelan lalu mengendarai motornya, dia bisa melihat leher Avyaz dan telinganya merah padam.
Dia malu, lucunya~
♻️Bersambung♻️
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Girl Be Mine [End]
Teen Fiction"Avyaz lucu banget tau, gemes, embul gitu pipinyaaaaa." "Apaan sih, gila lo," Ranaya Halkia dan Avyaz Narledo, adalah manusia-manusia kuat, yang satu kuat mencintai Avyaz secara ugal-ugalan, sementara yang satu kuat menghadapi cewek gila kaya Ranaya...