♻️AvRa-11♻️

61.8K 4.5K 107
                                    

Aku baru kelar nonton Night Has Come, udah gilaa, SERU POL FILMNYA WOY!! Apalagi end nya, gak ketebak, PLOT TWIST BEGETE!

Kayanya one day aku bakal buat cerita tema survival begitu.

200 vote dan 50 komen, GAS! JANGAN JIMPLANG! JANGAN SIDER!

♻️Happy Reading♻️

"Vyaz, itu botol dari Rana."

Avyaz yang tadinya baru turun dari lantai 2 langsung menoleh ke arah sang ibu yang memegang botol kaca berwarna biru dengan tanda tangan Ranaya.

Dengan cepat Avyaz mengambil botol itu dan menatapnya berbinar.

"Kapan Rana ngasih?" tanya Avyaz dengan tatapan penuh kebahagiaan.

"Tadi pagi, sebelum kamu bangun,"

Ini adalah pagi di hari minggu, dan Avyaz baru bangun tidur jam 10 pagi, sementara Ranaya memberikan botol itu di jam 7 pagi.

Avyaz memeluk botol itu lalu membawanya ke lantai 2, dia harus menyimpan botol ini dengan sebaik-baiknya.

Sebelum Avyaz naik ke lantai 2, dia mendengar berita di tv mengenai sesuatu.

"Ditemukan mayat seorang gadis muda di sebuah gang buntu, yang bersebelahan dengan minimarket, di dekat Komplek perumahan elit, mayat tersebut ditikam berulang kali sebelum akhirnya ditinggalkan begitu saja, tak ditemukan apapun selain sarung tangan karet, sidik jari tak ditemukan di TKP."

Avyaz tersenyum miring, dia berjalan kembali ke lantai 2 dengan botol kaca barunya.

Setibanya di kamar, Avyaz meletakan botol itu di lemari kaca khusus, lemari kaca berisi kuncir rambut cherry, gelang, foto-foto nya bersama Ranaya.

"Nah, ini disini aja, biar aman," bisik Avyaz seraya mengelus pintu lemari kaca dan tersenyum manis.

Avyaz kian tersenyum kala melihat Ranaya ada di balkon kamar, tepat sekali, balkon kamar mereka bersebelahan.

Dengan segera Avyaz keluar dari kamar menuju balkon.

"Ran!" panggil Avyaz.

Ranaya yang tadinya sedang membaca buku, seketika mendongak dan menatap Avyaz.

"Apa, dek Vyaz?" tanya Ranaya dengan senyum jahil.

Senyum diwajah Avyaz langsung sirna, dia menghentakan kakinya kesal.

"Jangan panggil gue adek!"

"Lah, kamu kan emang adek an aku,"

"Enggak! Panggil gue Avyaz, kaya biasa,"

"Oke, Dek Vyaz,"

"RANAYA! ASU LO!"

"Heeeeh, adek-adek gak boleh ngomong kasar~" goda Ranaya.

Avyaz semakin kesal, wajahnya sudah merah padam karena emosi, dia meraih sendal berbulunya lalu melemparkannya ke arah Ranaya.

Untung Ranaya bisa ngelak.

"Eit, adek kasar ih, enggak suka kakak,"

"RANAYA! JANGAN PANGGIL GUE ADEK!"

Ranaya tertawa seketika, lucu banget, bocah puber kesayangan Ranaya.

"Lucu banget sih," puji Ranaya dan Avyaz seketika tersenyum, akhirnya Ranaya memanggilnya lucu lagi

"Adek," sambungan dari ucapan Ranaya membuat senyuman Avyaz hilang, dia langsung tantrum dan masuk ke dalam kamarnya.

Mulai teriak-teriak gaje sampai ibu dan ayah menggeleng heran dari lantai bawah.

"Kayanya Avyaz lagi masuk masa puber," celetuk ayah.

"Iya kayanya,"

Avyaz masih ngamuk gak jelas, ngomel gak jelas di kamarnya.

"Adek! Adek! Adek! Gue bukan adek! Gue udah 15 tahun! Sebentar lagi SMA! GUE BUKAN ADEK!"

"Enak aja adek, adek-adek gini udah bisa buat adek bayi, hmph!"

"Mentang-mentang dia lebih tua 2 tahun, manggil gue adek!"

"Hmph! Enggak mau temenan sama Ranaya lagi!"

"Enggak mau dipanggil Adek! Kami kan bukan saudara, soalnya kalau saudara enggak bisa nikah," gerutu Avyaz seraya memukul boneka replika dirinya di kasur.

Bocah puber satu ini, sudahlah labil, gengsian, arogan lagi, aneh betul.

♻️️Bersambung♻️

Crazy Girl Be Mine [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang