YEAY 3x update muahahaha!
JANGAN JIMPLANG! Ayoooo vote diawal dan diakhir chapter, gas!
Besok pagi kalau penuh, aku update lageeeee.
200 vote dan 50 komen gas!
♻️Happy Reading♻️
Sebutan Adek adalah suku kata yang paling Avyaz benci, setiap kali dia mendengar kata Adek, dia langsung tantrum.
"Stop! Stop! Jangan nyebut adek lagi! VYAZ MUAK!" jerit Avyaz kuat saat sepupu paling kecil dari Avyaz berkunjung dan semua orang menyebutkan kata adek.
Sepupunya baru berusia 2 tahun.
Tante, om, 2 orang sepupu 14 tahun dan orang tua Avyaz menatapnya kaget dan shock.
Avyaz menghentakan kakinya kesal, dia melipat tangannya di dada.
"Jangan pernah nyebut kata adek kalau ada Vyaz! Vyaz muak! Vyaz enggak suka!" kesalnya.
Ayah dan Ibu tau apa permasalahan diantara Ranaya dan Avyaz, jadi mereka membiarkan saja apa kata Avyaz, sementara Tante dan om nya menggeleng pelan.
"Memang kenapa sih?" tanya Tante.
Avyaz mendengus "Vyaz alergi dengan kata-kata adek," jawabnya santai.
"Hadeuh, bocah puber," celetuk Om Avyaz.
"Vyaz bukan bocah puber!" pekiknya kesal.
Suara Avyaz belum terlalu berat seperti remaja kebanyakan, masih agak melengking, dia memang sedang memasuki masa pubertas.
Baru bentuk tubuh dan tinggi badan saja yang berubah, suara belum.
"Permisi." Avyaz menoleh cepat saat mendengar suara Ranaya dari arah teras, dia segera berlari cepat ke arah teras.
Mengulas senyum cerah saat melihat Ranaya tiba, hari ini mereka ada janji untuk pergi ke taman, mau jogging, ya mereka udah baikan.
Cuma kadang Ranaya masih suka jahilin Avyaz.
"Rana," sapa Avyaz dengan santai dan senyum di wajah tampan manisnya.
Ranaya membalas senyuman Avyaz lalu mengusap rambutnya "Dek Vyaz," sapanya dengan senyum jahil.
Senyum Avyaz langsung berubah menjadi rengutan.
"Stop panggil gue adek!" protesnya.
"Oke-oke, bocah tantrum."
Avyaz mendengus, tapi karena hari ini mereka akan jogging, jadi Avyaz gak mau buat mood Ranaya buruk, jadi setelah bersiap, mereka pergi ke taman.
Di taman, Avyaz cukup menarik perhatian para gadis yang juga sedang jogging di taman, Avyaz kan agak narsis juga.
"Gue tau gue ganteng," celetuk Avyaz saat beberapa orang gadis mengambil foto dirinya diam-diam.
Ranaya sendiri sibuk berlari pelan di belakang Avyaz, tak terlalu perduli pada celetukan Avyaz.
Namun Ranaya berhenti berlari saat seorang pemuda menepuk pundak Ranaya.
"Permisi, boleh minta nomor whatssap?" tanya pemuda itu langsung ke inti.
Ranaya menatapnya, lalu tersenyum ramah "Boleh," jawabnya hangat.
Ya Ranaya kan memang friendly.
Avyaz yang tadinya berlari di depan Ranaya langsung berhenti dan menoleh ke belakang, dia menatap keduanya tajam.
"Ran, buru," ketus Avyaz seraya menarik tangan Ranaya agar berjalan lebih cepat.
Ranaya menoleh ke arah Avaz "Maaf ya, lain kali," pamit Ranaya pada pemuda tadi.
Keduanya berjalan dengan tangan yang bertautan, Avyaz tampak kesal karena Ranaya begitu mudahnya akan memberikan nomor Whatssap pada orang lain.
"Lo ini gampang diculik gue rasa," cibir Avyaz.
"Hm? Kenapa gitu?"
"Ya soalnya, lo gampang banget ngasih nomor wa ke orang lain," sentak Avyaz kesal.
Dia menyentak tautan tangan mereka lalu berjalan pergi meninggalkan Ranaya, marah dia, ngambek.
Ranaya tak mengejar Avyaz, dia justru menangkup pipi nya sendiri yang memerah pelan "Ah, dia cemburu? Lucu banget," lirihnya senang.
Yah, Ranaya bisa melihat telinga Avyaz memerah, yah dia sedang cemburu buta, kalau cemburu, telinga Avyaz selalu merah.
Mengenal cowok itu dari kecil sudah cukup jelas membuat Ranaya mengetahui sifat-sifat dari Avyaz.
♻️Bersambung♻️
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Girl Be Mine [End]
Teen Fiction"Avyaz lucu banget tau, gemes, embul gitu pipinyaaaaa." "Apaan sih, gila lo," Ranaya Halkia dan Avyaz Narledo, adalah manusia-manusia kuat, yang satu kuat mencintai Avyaz secara ugal-ugalan, sementara yang satu kuat menghadapi cewek gila kaya Ranaya...