Hmm, lumayan lah votenya gak jimplang, biasanya nih chapter 01 yang sering jimplang, MAKA DARI ITU, AYO VOTEEEEEEE!
Vote diawal atau diakhir chapter, biar aku bisa double update atau bahkan bisa triple update.
Nanti JeXi update siang ya, kaya semalam, 5x up JeXi, 5x up HiZe, tapi HiZe jadwalnya malam, kalau JeXi siang.
Nah untuk lapak ini, aku up tergantung cepatnya target penuh.
200 vote dan 50 komen, JANGAN JADI SIDER BABIQ.
♻️Happy Reading♻️
Kamar bernuansa biru gelap dengan dekorasi bola basket, ditambah foto-foto yang terpajang.
Foto kelulusan TK Avyaz dimana Ranaya juga datang dan ikut berfoto, foto kelulusan SD dimana Ranaya juga datang dan ikut berfoto.
Avyaz Narledo, berusia 15 tahun dan saat ini masih berada di semester genap SMP kelas 3.
Avyaz akan segera lulus SMP sekitar 2 bulan lagi.
Avyaz memiliki wajah yang tampan, namun dimata Ranaya Halkia, tetangga sekaligus cewek gila yang selalu nempelin Avyaz kemana pun dia berada, Avyaz ini lucu, entah darimana letak kelucuannya.
Tatapan mata Avyaz selalu datar, dia suka sekali menatap orang lain rendah, dan lagi Avyaz ini narsis betol, bukan main kenarsisan yang Avyaz miliki ini.
Tinggi Avyaz 165 cm, masih lumayan pendek, soalnya Avyaz baru di sunat setahun yang lalu namun tingginya belum terlalu bertambah.
Rambut Avyaz hitam legam berponi namun agak ikal.
Pintu kamar Avyaz dibuka dari luar, sang Ibu masuk dan melihat Putra tunggalnya itu sedang memasukan buku pelajaran ke dalam tas.
"Vyaz, hari ini kamu berangkat sama Ranaya, soalnya Pak Jo lagi sakit, jadi Pak Jo enggak datang buat kerja."
Ucapan sang Ibu membuat Avyaz menghembuskan napas kesal, dia menatap sang ibu lalu mengangguk.
"Yaudah," jawabnya singkat lalu memakai tas sekolahnya, kemudian Avyaz keluar dari kamar bersama sang ibu, menuju ruang makan.
Dan di ruang makan itu, Ranaya, gadis dengan tinggi 170 cm itu sudah menunggunya.
Dengan seragam SMA Negeri nya, ditambah rambutnya yang dikuncir kuda, wajah cantik dengan senyum manis itu, begitu lah yang Avyaz lihat setiap hari.
"Pagi Vyaz~" sapa Ranaya begitu hangat.
Avyaz hanya mendengus "Lo pagi-pagi udah dateng aja ke rumah orang," cibir Avyaz datar.
Ranaya hanya tersenyum manis, dia ikut sarapan sama orang tua Avyaz, soalnya disuruh sama Ayah Avyaz, ya dia udah sarapan kok di rumah, cuma Ranaya juga suka makan, walau badannya kurus.
Mereka sarapan bersama, lalu setelah selesai, Ranaya dan Avyaz berangkat.
"Ini helm kamu," ucap Ranaya seraya memberikan helm bogo biru muda, helm bogo milik Ranaya warna merah muda.
Avyaz berdecak kesal "Makasih." dia mengambil helm itu dan memakainya, lalu duduk di jok motor Ranaya.
Ranaya hanya tersenyum malu saat Avyaz memeluk pinggangnya, ya, walau Avyaz sering menolak keberadaan Ranaya, tapi dia tetap mau memeluk atau melakukan beberapa skinship.
"Tenang Rana, ingat, Vyaz masih minor, belum legal, gak boleh di grepe-grepe," gumam Ranaya berusaha menahan dirinya untuk tidak mencium Avyaz.
Avyaz tak dengar, dia hanya diam memeluk pinggang Ranaya dan motor scoopy pun melaju keluar dari perkarangan rumah dan komplek perumahan.
Sesekali banyak orang komplek yang menyapa Ranaya, tak heran, gadis itu memang terkenal sangat ramah dan suka menolong orang sekitar.
Apalagi kata-katanya selalu manis.
Di jalan, Avyaz hanya diam diboncengan, masih memeluk pinggang Ranaya.
Tapi saat Ranaya hampir sampai di gerbang sekolah Avyaz, dia segera melepas pelukannya dari pinggang Ranaya.
Malu dia tuh, Ranaya tau banget sifat Avyaz, Avyaz tuh suka Denial dan menolak perlakuan Ranaya, tapi kalau satu hari aja Ranaya enggak datang mengganggu Avyaz, pasti cowok itu akan kecarian dan mulai tantrum gak jelas.
Setelah sampai, Ranaya menghentikan motornya dan mengambil helm milik Avyaz.
"Gue pulang sore, soalnya ada kelas tambahan untuk ujian, gak usah jemput gue," ucap Avyaz datar.
Dia menatap wajah cantik Ranaya dalam diam.
"Ini bekal kamu, mama aku yang buat." Ranaya memberikan tas bekal untuk Avyaz, orang tua mereka juga sudah saling kenal, jadi tak heran kalau keduanya mendapat perlakuan khusus.
Avyaz menerima tas bekal biru tupperware itu.
"Makasih, oh ya, nih, semalam gue gak sengaja ngeliat ini di toko pernak-pernik, lo pernah bilang pengen kuncir rambut cherry," tutur Avyaz datar seraya memberikan sekotak sedang kuncir rambut cherry.
Ranaya menerimanya dengan bahagia, dia tersenyum manis.
"Makasih yaa, aku pergi dulu, sekolah yang rajin." Ranaya mengusap kepala Avyaz dan mengecup punggung tangan Avyaz.
Ranaya juga heran kenapa dia selalu melakukannya, tapi ya dia merasa mengecup punggung tangan Avyaz seperti sebuah kebiasaan.
Avyaz segera menarik tangannya, telinganya memerah, untung enggak ada yang lihat.
"Apaan sih, geli tau," kesal Avyaz seraya berjalan masuk ke gedung sekolahnya.
Ranaya hanya tertawa, dia melajukan motornya ke SMA Negeri Laksmana, 10 menit dari sekolah Avyaz.
Yah, itu adalah rutinitas mereka sebagai tetangga, bukan sahabat kecil, soalnya Avyaz selalu menolak kata sahabat kecil.
Dia pasti marah kalau ada yang nyebut mereka sahabat kecil.
♻️Bersambung♻️
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Girl Be Mine [End]
Teen Fiction"Avyaz lucu banget tau, gemes, embul gitu pipinyaaaaa." "Apaan sih, gila lo," Ranaya Halkia dan Avyaz Narledo, adalah manusia-manusia kuat, yang satu kuat mencintai Avyaz secara ugal-ugalan, sementara yang satu kuat menghadapi cewek gila kaya Ranaya...