♻️AvRa-24♻️

48.8K 4.6K 77
                                    

Kalau ada fitur VN, kayanya aku udah maki-maki sider terus, capek banget asli, capeknya bukan capek tenaga, tapi capek batin.

Capen batin pas ngeliat vote makin hari makin turun, makin jimplang padahal pembaca makin banyak, kenapa gitu loh.

Aku tuh minta kalian vote, dari bahasa yang sopan, sampai yang paling kasar, masih aja jadi sider.

Haahh, yah, kayanya memang kalau gak ada niat buat vote, sider tetap gak akan vote.

Dari 2020 loh, aku capek ngehadepin sider-sider ini, ah, sudahlah.

Ngetik panjang lebar juga gak bakal perduli, emang dasarnya setan ya bakal tetap setan, dasarnya sider ya bakal tetap sider.

Terserah deh, mau kalian ngatain aku author kasar, suka maki sider, terserah, gak perduli, udah males juga mau lanjut nulis.

200 vote dan 50 komen.

♻️Happy Reading♻️

Kematian Amelia membuat tanda tanya besar di Sekolah, pasalnya kematiannya begitu mendadak dan berhubungan dengan alat pemadam kebakaran.

Tapi sebagian murid berasumsi kalau yang membunuh Amelia pasti suruhan orang tua Samantha, secara orang tua Samantha kaya, tau anaknya dilukai pasti tak akan tinggal diam.

Padahal mereka tak tau yang sebenarnya, bahkan sidik jari saja tak ditemukan di alat pemadam yang menjadi alat untuk menghabisi Amelia.

Pasti pembunuhnya menggunakan sarung tangan, sehingga tak meninggalkan jejak.

Ditambah Amelia mati disaat hujan, pasti jejak pelaku juga hilang tak bersisa.

Avyaz saat ini sedang duduk dipinggir lapangan volli, menonton pertandingan Volli Ranaya, tentu harus Avyaz tonton.

Gak boleh lewat.

Avyaz sudah tau dari awal Ranaya ini masuk ekskul volli, tapi karena sekolah mereka berbeda, jadi Avyaz gak pernah bisa menonton pertandingan Ranaya.

Nion yang duduk disebelah Avyaz, bersorak kuat untuk menyemangati Ranaya.

Niel bertugas untuk dokumentasi, sementara Oja dan Seno sebagai pemegang pom-pom yang mereka pinjam dari ekskul cheers.

"Ayooo kak Ranaya! Ayooo!" sorak Nion semangat.

Oja dan Seno sibuk menggerakan pom-pom ditangan mereka untuk menyemangati Ranaya.

Avyaz sendiri melipat tangannya di dada, dengan kaki kanan yang dia angkat ke paha kiri, cara Avyaz duduk begitu arogan dan tenang.

Cara dia memandang Ranaya sudah jelas kalau Avyaz ini menyimpan rasa.

Ya, murid kelas 10 IPA sudah tau rumor kalau Avyaz suka sama kakak kelas palinh friendly di sekolah.

Mereka saja sering melihat Avyaz berangkat sama Kak Ranaya, tapi Avyaz yang dibonceng, lucu gitu ngeliatnya.

Pertandingan masih berjalan dengan point tim Ranaya yang unggul 11 point.

Ranaya terus melakukan gerakan oper, passing, dan smash.

Sampai dari tim lawan memukul bola ke arah Ranaya dan menghantam wajah Ranaya dengan kuat.

Crazy Girl Be Mine [End]Tempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang