Kalau chapter ini votenya jimplang, bakal otw karantina, soalnya aku males pusing-pusing mikirin alur kalau sider bejibun kaya parasit, buang waktu, nguras emosi, bikin enek, bikin gak mood.
Jadi, mau cerita ni lanjut, ya silahkan vote, soalnya cerita ini panjang sampai 40-45 chapter, tapi kalau tetap jadi sider babiq, yaaa jangan harap ini lanjut.
Simple, capek marah-marah gak jelas.
Vote diawal atau diakhir chapter.
200 vote dan 50 komen.
♻️Happy Reading♻️
Setelah kelulusan, Avyaz disibukan dengan pendaftaran ke SMA Laksamana, akan ada ujian tulis dan beberapa tes masuk, jadi selama hampir 3 minggu Avyaz sibuk pergi sama Ibu.
Sibuk daftar, sibuk belanja seragam dan keperluan SMA, sibuk beli sepatu baru, buku, tas dan banyak lagi.
Dan lagi Avyaz juga potong rambut, karena nantinya dia akan MOS alias Masa Orientasi Siswa, rambut harus pendek.
Gak boleh lebih dari 1 ruas jari, jadi rambut kebanggaan Avyaz harus dipotong pendek kaya rambut orang-orang mau pergi wamil, atau wajib militer.
Karena rambut nya itulah, yang buat Avyaz gak mau ketemu Ranaya, malu, dia bahkan terus memakai topi jika keluar rumah.
"Dek, anter ini ke rumah Rana," panggilan dari Ibu membuat Avyaz menghembuskan napas kasar.
Ibu masih aja manggil Avyaz adek, tapi udalah, Avyaz juga malas ngasih tau Ibu, toh ujungnya bakal dipanggil adek lagi.
Avyaz menghentikan game di Ps nya lalu beranjak, meraih topi untuk menutupi kepalanya.
"Anter apa bu?" tanya Avyaz datar seraya berjalan ke arah dapur.
Ibu memberikan paper bag berisi kotak Tupperware, isi brownies coklat buatan ibu.
"Ini, Ibu buat brownies kesukaan Ranaya, kasih gih, dia pasti suka,"
"Avyaz gak suka brownies," celetuk Avyaz seraya meraih paper bag itu.
"Bukan buat kamu, buat Ranaya itu."
Avyaz menghentakan kakinya sebal, dia berjalan ke arah pintu rumah dengan gerutuan yang terus dia berikan.
"Sayang banget keknya sama Rana, hmph,"
"Anaknya sendiri gak suka brownies padahal."
"Kenapa sih? Sekali-kali bikinin pulut durian kek, cookies durian kek, ini makanan kesukaan Rana mulu."
Ibu hanya terkekeh mendengar gerutuan Avyaz, benar-benar mirip sama Ayahnya, 100% sama, tak beda sedikitpun.
Avyaz memakai sendal swallownya lalu berjalan ke luar teras rumah, menuju pagar rumah Ranaya, ini masih jam 11 siang, pasti Ranaya di rumah.
Apalagi mereka juga lagi sama-sama libur, Ranaya libur setelah pembagian raport kenaikan ke kelas 12, Avyaz libur sebelum masuk SMA.
Ranaya dapat juara umum di pembagian raport kemarin.
Sesampainya di rumah Ranaya, Avyaz mengetuk pintu rumah "Ran," panggilnya tenang sambil mengetuk pintu.
Pintu terbuka, terlihatlah Ranaya yang membuka pintu, Ranaya hanya memakai tank top dan hotpants.
Rambutnya dikuncir kuda, aah, pesona cewek yang lebih tua memang kuat.
Avyaz menunduk malu, dia memberikan paper bag tadi "Ibu ngasih brownies buat lo," ujar Avyaz.
Ranaya tersenyum tipis, dia menerima paper bag itu lalu mengusap gemas kepala Avyaz yang terhalangai topi.
"Makasih ya, kamu udah lihat pengumuman pendaftaran? Aku udah ngeliat nama kamu di barisan nomor 1, kamu masuk IPA? Sama kaya aku."
Avyaz mendongak, dia mengangguk pelan dan tersenyum tipis.
"Iya gue masuk IPA juga, satu lantai sama lo kan?"
"Iya, kelas 10 IPA bakal satu lantai satu gedung sama 12 IPA."
Ya itu memang rencana Avyaz, masuk IPA biar bisa satu lantai dan gedung sama Ranaya, walau beda kelas.
"Kata ibu, gue berangkat sekolah sama lo kalau udah masuk SMA," ujar Avyaz seraya melirik paha Ranaya.
Ranaya ber oh ria "Boleh-boleh, gampang itu."
Avyaz tak sabar masuk ke SMA, dan lagi, pubertasnya akan segera datang, Avyaz saja bisa melihat jakunnya mulai tumbuh.
"Ekhem, Ran, ulang tahun gue sebentar lagi datang loh," celetuk Avyaz.
"Aku tau kok, ke 16 tahun kan?"
Avyaz mengangguk, dia mendekat ke arah Ranaya dan menggenggam tangannya, lalu mengecup punggung tangan Ranaya, dan mengeluskan telapak tangan Ranaya ke pipi Avyaz.
Senyum tipis Avyaz berikan, pipi ranumnya yang memerah malu.
"Iya, bentar lagi gue legal loh," bisik Avyaz lembut.
Ranaya menahan diri untuk tidak menjadi CEGIL saat ini, bisa saja Ranaya menyambar bibir Avyaz saat ini juga, tapi Avyaz masih MINOR!
Dia hanya bisa tersenyum menahan godaan saat ini.
"Iya, aku tunggu kamu legal," jawab Ranaya seraya mencium sudut bibir Avyaz.
Avyaz memejamkan matanya, menikmati kecupan singkat disudut bibirnya.
"Mhh, kita bukan sahabat kan?" bisik Avyaz bertanya.
"Bukan kok."
"Bagus deh."
Ya, bukan sahabat, karena Avyaz tak akan sudi mengakui kalau mereka sahabat.
♻️Bersambung♻️
KAMU SEDANG MEMBACA
Crazy Girl Be Mine [End]
Ficção Adolescente"Avyaz lucu banget tau, gemes, embul gitu pipinyaaaaa." "Apaan sih, gila lo," Ranaya Halkia dan Avyaz Narledo, adalah manusia-manusia kuat, yang satu kuat mencintai Avyaz secara ugal-ugalan, sementara yang satu kuat menghadapi cewek gila kaya Ranaya...