"Permisi pak Rony mohon maaf mengganggu, saya ingin bertemu dengan Salsa" ketukan pintu itu mengagetkan Salsa karena sedari ia duduk di tempatnya belum ada yang dikerjakan sama sekali.
"Silakan bu Norma, tolong dibiasakan untuk panggil dengan sebutan bu Salsa"
"Baik pak Rony mohon maaf" permintaan maaf Norma membuat Salsa bingung karena bagi dia sebutan dengan awalan bu itu sedikit risih di telinganya.
"Saya tidak masalah pak jika hanya dipanggil Salsa bahkan bu Norma jauh lebih senior dari saya" ungkapan itu ia lontarkan agar Norma tidak merasa bersalah
"Salsa kamu bawahan saya jadi semua orang di sini harus panggil kamu secara hormat, kamu harus bisa bedakan itu" Salsa hanya diam tidak menanggapi
"Mari bu Salsa bisa ikut ke ruangan saya, permisi pak" ajakan Norma langsung mendapat sambutan antusias dari Salsa karena dia jenuh hanya diam saja tidak ada arahan apapun. Rony hanya mengangguk tanpa melihat pergerakan mereka
——
"Bu Salsa mohon maaf tadi kita belum sempat bertemu secara langsung, saya hanya ingin sedikit memberi gambaran tentang kebiasaan bapak saat di kantor" Salsa menyimak yang diinteruksikan oleh Norma
"Setiap pagi sebelum datang bapak selalu minta dibuatkan kopi dengan gula seperempat sendok teh, dinyalakan laptopnya, disiapkan agenda hari itu dan menyampaikan planing agenda untuk besok, serta bapak paling suka jika ruangannya tidak terlalu terang jadi setelah bapak datang dan duduk lampunya bisa diganti dengan lampu kerja" Salsa mengangguk mendengar penjelasan dari Norma'Kenapa Rony sekarang suka kopi sedikit gula, padahal dulu gula bisa lebih banyak dari kopinya. Apa dia udah dewasa ya? emang orang dewasa kopinya harus pait?' gumamnya dalam hati
"Bu Salsa, buuu" lamunan Salsa seketika langsung buyar
"Baik bu Norma saya mengerti dan sebisa mungkin saya ikuti arahan dari ibu"
"Baik terima kasih bu, sekali lagi selamat bergabung"
"Terima kasih bu Norma saya kembali ke ruangan kerja saya"
Salsa meninggalkan ruangan Norma dan beranjak masuk ke ruangannya"Astagaaa bener bener udah kaya mau bobo" ucap Salsa reflek saat membuka pintu ruang kerjanya
"Ehmm" Rony berdehem membuat Salsa salah tingkat dan segera duduk di meja kerjanya, ruangan kerja itu sedikit redup tidak terlalu terang dan tidak terlalu gelap namun hangat.
"Pak maaf hari ini apakah ada berkas yang perlu saya kerjakan?" pertanyaan Salsa membuat Rony memasang wajah yang sedikit aneh, bukannya ia yang seharusnya bertanya ke Salsa apa ada berkas yang harus ia selesaikan.
"Pak mohon maaf, saya anak baru jadi sepertinya saya boleh di training sedikit setidaknya agar saya tau" sahut Salsa setelah melihat wajah Rony yang berubah.
Rony tiba tiba berdiri dan menghampiri Salsa tanpa mengatakan apapun."Eh mau apa?" wajah Salsa sedikit bingung dan ketakutan. Seketika ia memundurkan kursinya.
"Apasih katanya gak tau apa apa, biar ga malu maluin soalnya kamu disini saya gaji paling besar dari karyawan lain jadi kamu harus tau semuanya. Gausah kepede an"
Salsa sedikit kesal dengan kata kata yang dilontarkan Rony, namun dia tidak bisa membantah karena mau tidak mau Rony adalah managernya."Heh malah diem aja, denger ga saya ngomong" seketika lamunan itu buyar. Rony berdiri di belakang tempat duduk Salsa dan sedikit membungkuk untuk mengarahkan kursor laptop Salsa. Mereka sungguh dekat bahkan hampir tidak ada jarak, bahkan dagu Rony hampir menyentuh kepala Salsa.
Salsa mengusap ujung matanya dengan cepat agar Rony tidak melihat. Ia sungguh rindu dengan aroma khas tubuh itu bahkan aroma itu tidak pernah berubah sejak 5 tahun yang lalu.