45

2.6K 203 14
                                    

Langit mulai petang, matahari sudah redup tertutup awan dan bersembunyi. Salsa sudah keluar dari ruang observasi dan akan dipindah ke kamar inapnya. Tubuhnya masih terpengaruh obat bius jadi ia masih belum sadar.

Paul mendatangi dokter yang membatu operasi Salsa sebagai wakil dari suaminya yang tidak bisa datang menemani. Dokter menceritakan hal yang sungguh mengejutkan ketika Salsa kritis dan detak jantungnya menghilang sesaat ketika wanita itu tidak sadarkan diri. Beruntung takdir mengatakan hal lain, Salsa masih bisa tertolong meski tubuhnya masih perlu penanganan secara ekstra.

Setelah selesai dari ruangan dokter, Paul di antar ke ruangan bayi untuk melihat kondisi bayi Salsa.
Disana nampak ada beberapa bayi dengan waktu lahir yang bersamaan namun hanya bayi Salsa yang berjenis kelamin perempuan.
Air matanya tidak dapat di bendung, mungkin ini kali pertama ia meneteskan air mata.

Bayi lucu itu berada di gendongannya dengan terus menggeliat membuat pipinya bersemu merah.

"Hai adik bayi, ini oom" ucap Paul menempelkan telunjuknya pada hidung mungil itu

"Maafkan papi ya, sekarang oom yang gantikan buat gendong tapi nanti papi pasti datang" Paul menyeka air matanya.

Paul menimang dengan penuh hati-hati. Rasa nyaman dari goncangan yang ia ciptakan mampu membuat bayi mungil itu terlelap. Bibirnya yang kecil membuat pria itu semakin gemas.
10 menit berlalu waktu yang diberikan kini telah selesai, Paul menyerahkan bayi Salsa pada perawat yang tengah berjaga. Meminta ijin untuk memotret kelahiran bayi Salsa dengan alasan agar papinya bisa melihat.
Ya Paul sedari awal memang sudah berbohong atas ketidak hadiran suami Salsa saat persalinan karena harus dinas di luar negeri jadi ia yang menggantikan untuk menjaga Salsa.

Paul kembali ke kamar Salsa dan melihat wanita itu masih belum sadarkan diri. Novia dan Billa masih terjaga disana.

"Sayang gimana?" Novia menyambut Paul saat lelaki itu memasuki kamar

"Lucu, cantik, wajahnya Rony banget" Paul memperlihatkan foto bayi mungil itu pada keduanya

"Yaampun cantik sekaliiii. Gemas" ucap Novia yang kini membesar kecilkan gambar di ponsel kekasihnya

"Iya kak cantik ya, gembul pipinya" Billa pun ikut nimbrung untuk melihat.

"Salsa harus mendapatkan penanganan ekstra, setengah jam lagi ada dokter yang cek keadaannya" Paul merebahkan dirinya di sofa

"Kenapa?" ucap Novia dengan penuh khawatir

"Salsa sempat kritis, detak jantungnya hilang beberapa detik" ucap Paul menjelaskan

Novia hanya membungkam mulutnya dengan tangan karena dia tidak percaya hal itu sempat terjadi pada sahabatnya.

"Salsa harusnya sudah sadar sekarang tapi karena pengaruh obat yang di kasih dokter jadi dia masih harus dalam masa pemulihan" lanjut Paul

Novia, Billa, dan Paul tengah bercengkerama di sofa, menikmati makanan ringan yang dibeli oleh Paul saat ia membelikan popok untuk bayi Salsa.

"Sayang kamu datang?" Salsa yang terbangun tiba- tiba bertanya pada Paul
"Sayang kamu udah lihat adik bayi belum? cantik, lucu, matanya persis mata kamu" Salsa tersenyum di akhir kalimatnya

Ketiganya langsung beranjak dan menghampiri Salsa.
Novia mengusap kening sahabatnya yang berkeringat.

"Ca ini Paul. Tadi kita udah lihat adik bayi cantik kaya maminya" ucap Novia

"Paul? oh Paul" Salsa seperti merangkai puzzle yang ada di pikirannya. Pengaruh obat biusnya masih belum hilang total

"Kakak ada yang sakit?" tanya Billa mengusap lengan kakaknya

"Haus pengen minum" ucap Salsa

"Belum boleh ya tunggu dokter dulu" ucap Paul menimpali.

Setelah menunggu 30 menit datang dokter untuk cek keadaan Salsa.
Semua sudah normal namun kaki Salsa masih belum bisa di gerakkan karena masih ada sisa obat bius disana.
Setelah seluruh pemeriksaan selesai dilakukan, dokter meninggalkan ruangan Salsa.

——
Malam sudah sangat larut bahkan semua yang berada di ruangan itu telah tertidur namun tidak dengan Salsa. Dirinya tetap terjaga. Jahitan diperutnya terasa panas. Kakinya kaku terasa sakit seluruh badan. Dingin suhu ruangan membuatnya menggigil.

"Nov. Novia" panggilnya lirih. Karena ruangan yang cukup besar jadi terdapat jarak antara dirinya dan Novia.

"Nov" panggilnya lagi karena ia sudah tidak tahan dengan rasa sakit serta suhu ruangan yang terlalu dingin.

"Sa butuh apa" Paul yang mendengar panggilan dari Salsa pun segera menghampiri wanita itu

"Boleh AC nya di matikan aja nggak?" pinta Salsa

"Kenapa? menggigil ya?" tanya Paul yang meletakkan punggung tangannya pada pipi Salsa untuk cek suhu tubuh wanita itu.

"Iya badanku sakit semua, ini sakit banget" Salsa menunjuk jahitan perutnya yang tertutup dengan selimut.

Paul langsung mematikan AC agar suhu ruangan dapat menghangatkan wanita itu.
Tidak lupa ia juga menaikkan selimut untuk menutupi badan Salsa.
Paul mengusap lengan Salsa dari balik selimut menguatkan wanita itu.

"Tidur Sa biar besok bisa ketemu adik bayi. Kan janjian sama suster jam 7 pagi" Paul tersenyum pada Salsa namun wanita itu hanya mengangguk mengiyakan

Salsa berusaha memejamkan mata namun rasa sakit di tubuhnya menolak untuk dibawa beristirahat.
Paul tetap duduk di kursi samping brankar Salsa menemani wanita itu beristirahat.
Lagi-lagi dirinya gagal untuk memejamkan mata.

"Lo mau cerita nggak?" ucap Paul memecah keheningan

"Hem? cerita apa?" ucap Salsa membuka matanya

"Siapa tau lo mau cerita tadi di ruang operasi gimana pas pertemuan lo sama adik bayi" ucap Paul melipat tangannya di dada

"Tadi dia nangis kenceng banget tapi aku cari kemana kok nggak ada wujudnya, kayanya sih baru keluar dari perut soalnya nggak keliatan dia" Salsa sedikit tersenyum saat bercerita

"Eh gimana rasanya, geli pasti ya waktu adik bayi diangkat dari perut lo" lanjut Paul

"Iya kaya kerasa ada tangan yang ubek ubek perut aku, kaya ada benda melekat yang diambil paksa gitu" ucapnya

"Sakit nggak?" tanya Paul antusias

"Engga sakit tapi rasanya aneh" Salsa tersenyum menampilkan deretan giginya

"Tapi lega kan?" Salsa hanya mengangguk

"Terus tiba-tiba aku ketemu sama ayah bunda, waktu itu aku cuma mikirnya kayanya aku bakal lewat ini soalnya udah di tungguin mereka berdua" intonasi Salsa seketika berubah

"Lo bilang apa ke mereka?"

"Nggak bilang apa-apa cuma mau cerita kalau sekarang aku lagi butuh banget pelukan dari mereka. Kehidupan yang aku lalui sekarang lebih keras dari sebelumnya" ucap Salsa menyeka air matanya
"Tapi tiba-tiba ada anak bayi yang lagi nangis kenceng banget tapi nggak ngerti datang nya dari mana" lanjutnya

"Terus?"

"Ada suster yang bisikin kalo anak aku lagi nangis minta dipeluk. Barulah bangun tapi rasanya kosong dan hampa" Salsa menarik selimutnya

"Lo hebat bisa lewatin semuanya ini" Paul mengusap kepala Salsa singkat

Ternyata wanita itu butuh bercerita. Mengutarakan ketakutan yang telah ia pendam sendiri. Kini keduanya melanjutkan bercerita hingga tidak terasa Salsa telah memejamkan mata.
Paul masih terjaga duduk di samping brankar Salsa untuk memastikan wanita itu beristirahat dengan nyaman.

✨✨
Selamat hari sabtu geng

Jangan lupa vote dan ramein di kolom komentar ya 🫶🏻

Enjoy!

Dia KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang