52

3.1K 255 18
                                    

Seminggu telah berlalu. Sudah dua hari Rony meninggalkan apartemennya karena terkendala pekerjaan yang ada di Jakarta. Salsa sempat dipaksa untuk ikut dengan Rony namun dirinya masih mempertimbangkan hal baik dan buruknya.
Hari ini Salsa sudah siap mengajak Ara untuk pergi berbelanja dengannya. Dengan kacamata hitamnya Salsa pergi melesat untuk berjalan ke supermarket. Tidak terlalu jauh hitung-hitung mengajak anaknya menikmati udara segar meskipun matahari sudah mulai menaik.
Sebelum sampai di supermarket dirinya berbelok ke restoran untuk memenuhi janji.

"Hai. Apakabar" Salsa melepas kacamata hitamnya saat tiba di sebuah restoran.

"Serasa lama banget ya nggak ketemu" Paul menerima uluran tangan Salsa dan menggendong Ara
"Kamu apakabar?" Paul menatap lekat wanita di depannya

"Aku baik. Kenapa kamu kasih tau ke Rony sih persembunyianku. Jahat tau ga" ucap Salsa mencebikkan bibirnya.

"Dia maksa. Udah waktunya juga Sa. Nggak baik kabur lama-lama. Kasian kamu apalagi Ara" ucap Paul mencium Ara
"Rony mikir macem-macem nggak tentang kita?" tanya Paul dengan wajah datarnya

"Nggak lah meskipun sempet mikir aneh aneh soalnya kan kamu tidur di apart aku"

"Tidur di apart tapi di sofa mana sakit semua punggung aku"
"Eh aku masih belum ketemu Rony lagi. Aku harap semua baik aja sih" ucap Paul

"Semua bakal baik. Kamu yang bantu aku selama ini. Kamu yang selalu ada saat aku lelah lemah. Kamu yang dukung apapun yang aku lakukan. Rony bakal ngerti kok tentang itu" ucap Salsa menepuk punggung tangan Paul
"Kamu sahabat terbaik yang pernah aku temui. Laki laki muda mana yang mau jadi bapak sedangkan anak bayi itu bukan anak kamu. Mau membagi waktu untuk anak aku. Aku perlu mengucapkan beribu terima kasih atas apa yang kamu bantu buat aku Powl dan pastinya untuk Ara" ucap Salsa dengan mata yang berkaca-kaca

"Bahagia terus Sa. Aku galau banget nih gabisa berkunjung buat Ara. Tiba tiba udah gede aja nih anak" ucap Paul yang masih bermain dengan Ara

"Apasih lebay jadi nangis kan" Salsa mengusap air matanya

Dari belakang terasa ada yang merangkulnya. Mengusap halus kepalanya. Salsa seketika menoleh dan ternyata Novia.

"Selamat berbahagia ya mommy. Akhirnya lo nggak sendirian lagi. Nikmati peran lo jadi istri dan ibu udah gak perlu mikir aneh aneh" Salsa berbalik dan memeluk sahabatnya. Tangisannya semakin tersedu bahkan ia tidak mampu untuk mengucapkan apapun.

"Semua menjadi pelajaran Ca, buat lo buat Rony semoga di waktu mendatang gak terjadi lagi" ucap Novia mengusap punggung sahabatnya

"Terima kasih Nov, terima kasih lo udah baik sama gue. Mau berbagi Paul dengan Ara" ucapannya sedikit terjeda karena tertawa.
"Kayanya kalo gak ada Paul dan lo gue gak ngerti deh segimana stres nya gue" Salsa mengusap air matanya dan kembali duduk

Selama ini hanya Paul dan Novia yang selalu berkunjung. Saat Novia harus ke kampus maka Paul yang akan menemani Ara. Namun karena Novia yang juga masih bekerja maka waktu untuk menemani Salsa sangatlah singkat. Kadang pula jika Novia sedang kuliah online karena ada pekerjaan yang tidak bisa ditinggal maka hanya Paul yang datang menjenguk Ara hanya sekedar membawakan kebutuhan untuk bayi itu.
Candaan Paul untuk menjadi papa Ara pun di setujui Novia karena Novia tau karakter kekasihnya seperti apa.

Pernah suatu ketika saat ketiganya berada di apartemen Salsa, Paul yang sedang menggendong Ara membeo karena akan menikahi Novia dan Salsa sekaligus agar ia tidak perlu membagi waktu antara Novia dan Ara namun karena kesal Salsa pun menolak. Bagaimana bisa menikahi orang hanya agar tidak jauh dari anaknya.
Tawa itu mengisi seluruh ruangan. Paul dengan tingkah sulit ditebaknya membuat keadaan semakin meriah setiap waktunya.

Dia KembaliTempat cerita menjadi hidup. Temukan sekarang